°8°

346 63 0
                                    

.
.
.
.
.

Siang hari. Cuaca cerah dengan langit biru berawan kapas putih. Angin berembus sepoi, membuat burung-burung riang berkicau merdu. Pepohonan bergemirisik lembut, menambah lantunan penanda cuaca baik.

Itu adalah hari yang tepat untuk berjalan-jalan keluar.

Setidaknya itu yang Midoriya harapkan.

"Ugh... "

Namun dia kini tengah berkutat dengan tumpukan dokumen istana. Cuaca cerah diluar hanyalah mimpi belaka untuk dia nikmati, yang ada dia terkurung di dalam ruangan, duduk bersanding meja penuh gulungan kertas.

Midoriya menggoreskan pena bulunya dengan patah hati. Sudah dua minggu ini dia menjalani latihan untuk mengurus dokumen istana yang menggunung. Selama itu juga dia hampir tidak punya waktu luang untuk bersantai menikmati pemandangan kediaman timur yang indah.

Jika dikurung di dalam ruangan dengan tumpukan buku, dia akan senang. Namun bersanding dengan dokumen rumit bukanlah hal favoritnya.

"Hiks... kumohon bebaskan aku dari sini. " ratapnya dalam hati.

Memang dia menyetujui untuk belajar menangani dokumen istana karena putra mahkota yang kesulitan menanganinya sendirian, tapi tetap saja Midoriya bukannya tidak menyesal.

Kirishima memperhatikan Midoriya yang lesu di dalam ruangan kerjanya. Dia melihat sekitar sebelum kemudian melangkah masuk, menepuk pelan pundak lunglai gadis itu.

"Mau istirahat sebentar? Aku akan bawakan cemilan kalau mau. "

Midoriya menoleh pada penjaganya itu dengan wajah kusut. "Ah, ya... Terima kasih banyak Kirishima-kun..." jawabnya dengan suara kecil karena dia memang lelah.

Kirishima tersenyum. "Aku akan segera kembali. "

Meninggalkan ruang kerja Midoriya, Kirishima yang sudah memastikan keadaan sekitarnya aman pergi ke dapur. Di sana dia bertemu dengan Sumire yang sibuk mengatur para bawahannya.

"Oh, Kirishima-sama, ada perlu apa? " sambut Sumire.

"Bisakah aku minta beberapa makanan kecil untuk Nona? "

"Tentu saja. Nona kewalahan lagi, ya?"

"Haha, ya begitulah. Dia masih perlu waktu untuk terbiasa. "

Sumire mengambil beberapa makanan kecil dan segelas teh, meletakkan semuanya ke atas baki kayu berpelitur mengilat. Dia menyerahkannya pada Kirishima. "Tolong beritahu ini pada Nona untuk menyemangatinya. Makan malam nanti akan menjadi hidangan favoritnya. "

"Oh, apa itu katsudon? " tebak Kirishima, kurang lebih dia pernah mendengar Midoriya membahas makanan kesukaannya.

Sumire mengangguk. "Karena tidak setiap saat kami boleh membuatnya untuk alasan kesehatan, Nona sangat senang saat kami menghidangkannya. "

"Baiklah, aku akan sampaikan itu. Terima kasih, aku akan kembali. "

Sekembalinya dari dapur, Kirishima mengetuk pelan pintu ruang kerja Midoriya yang memang terbuka sebelum dia masuk.

"Midoriya, aku sudah bawakan makanan kecilnya. Juga, Sumire bilang–"

Jenderal itu berhenti saat menyadari jika Midoriya tertidur dengan kepala di atas meja. Suara napas tidurnya terdengar pelan dan tenang.

Kirishima pun meletakkan nampan ke atas meja lain. Dia ingin membangunkan Midoriya karena tertidur seperti itu tidak baik untuk tubuhnya yang akan pegal saat dia bangun nanti, tapi dia juga tidak tega karena tahu Midoriya sedang lelah.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now