°19°

273 50 1
                                    

.
.
.
.
.

Sekembalinya ke istana, Midoriya menghapus seluruh penyamaran dan lega saat dia sudah menjadi dirinya lagi. Memakai dandanan palsu itu melelahkan.

Bersama Kirishima mereka melaporkan segala hal yang dilihat dan informasi yang didapatkan pada Bakugou. Koshi pun bergegas melakukan penyelidikan tambahan berdasar info yang didapat. Masih hanya bisa dilakukan diluar tempat bisnis, tapi Koshi punya rencana untuk mengumpulkan bukti-bukti lain.

"Kerja bagus." Bakugou menutup buku laporan. "Juga ada satu pertanyaan."

"Ya, ada apa Yang Mulia?"

Bakugou menatap ke lengan Midoriya. "Kenapa dengan perban itu?"

Sontak Midoriya menurunkan lengan pakaiannya yang tanpa dia sadari tak sengaja sedikit tersingkap dan membuat perban putihnya terlihat. "Eh ini..."

"Dia terluka saat melindungi anak yang akan dipukul oleh pengawas di sana." Kirishima mengambil alih jawaban. "Saya menyesal tengah ada jauh darinya, jadi hal itu tak terelakkan..."

"Itu akan membuat pengawas lain curiga, sama sekali tidak masalah." Ujar Midoriya.

"Apa kau sedang mengampangkan soal lukamu lagi?"

Midoriya menelan ludah mendengar Bakugou yang terdengar kesal. "Ma-maafkan saya..."

Bakugou menghela napas. "Apa yang terjadi?"

"Anak itu menjatuhkan tembakau dari keranjang, saya menghalangi saat pengawas akan memukul untuk kedua kalinya." Midoriya memegang lengan kirinya yang terbalut perban. "Membayangkan jika anak-anak itu sering menerima luka semacam ini sejak lama membuat saya sedih..."

"Mereka akan mendapat tambahan sanksi berat kekerasan pada anak, segera setelah kita meringkus mereka nanti."

"Ya, saya harap bisa secepatnya."

"Kembalilah ke timur, jangan hiraukan pekerjaan di sini dan istirahat lebih awal."

Midoriya tahu Bakugou tidak akan membiarkannya berdebat kali ini. "Kalau begitu saya permisi, Yang Mulia."

.
.
.
.
.

"Nona!" Sumire menghambur Midoriya dengan pelukan begitu gadis itu tiba di kediaman timur. "Saya lega Anda kembali dengan selamat!"

"Te-terima kasih Sumire, tapi aku tak bisa bernapas..."

"Ah, maafkan saya!" Sumire bergegas melepas pelukannya. "Apa Anda baik-baik saja? Tidak terluka?"

"Ya, aku baik-baik saja–"

"Lengan kirinya lebam, sisanya baik-baik saja." Potong Kirishima, yang membuat Midoriya mendelik protes padanya.

"Apa?! Lebam?! Kenapa bisa?!"

"Ah, bukan masalah besar kok. Tabib istana sudah mengobatinya, akan segera sembuh."

Sumire nampak sedih. "Nona pasti lelah, mari, saya akan segera siapkan makan malam."

"Ya, aku akan menunggu."

Sumire pergi ke dapur. Midoriya langsung menghela napas.

"Kirishima, kenapa kau seperti berniat untuk memberitakan soal lukaku ke semua orang...?"

Jenderal itu tersenyum. "Aku hanya menjalankan tugas dari Yang Mulia, untuk membuatmu tidak menganggap lukamu itu hal yang sepele."

"Kau hanya akan membuat orang-orang panik... Hah, sudahlah... aku ingin duduk..."

Tak berapa lama kemudian makan malam dihidangkan. Sumire dan Aoi menata hidangan di meja Kirishima dan Midoriya.

"Menu kali ini bagus untuk meningkatkan tekanan darahmu, Nona Midoriya." Ujar Aoi usai meletakkan makanan buatannya, juga sebuah sumpit. "Silakan makan yang banyak."

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now