°14°

355 66 4
                                    

.
.
.
.
.

Beberapa hari kemudian. Midoriya baru saja bangun dan selesai mandi saat kemudian melihat jika ada setelah pakaian baru di kamarnya yang tengah Sumire siapkan.

"Baju itu..."

"Ah, maaf karena kemarin saya tak sempat mengabari, Nona. Tapi mohon untuk dikenakan pada hari ini." Sumire menunjukkan dengan lebih jelas pakaian itu. Hampir seluruh kain yang dijahit berwarna hitam pekat.

Midoriya menyadari itu adalah pakaian untuk sebuah acara khusus.

"Ada peringatan apa hari ini?"

"Meninggalnya Mendiang Permaisuri Mitsuki."

Midoriya terdiam. Permaisuri Mitsuki, tak lain adalah ibu Bakugou. Midoriya ingat jika beliau telah meninggal sejak beberapa tahun lalu. Saat itu negara juga berkabung lama layaknya saat kaisar wafat.

Sumire mulai memakaikan pakaian panjang hitam itu pada Midoriya. Aksesoris yang digunakan sangat minim untuk menghormati suasana acara nanti. Cukup hanya dengan rapi dan sederhana saja sudah cukup.

Kirishima datang saat Midoriya sudah siap pergi. "Mungkin nanti Yang Mulia akan terlihat lebih pendiam dari biasanya, tapi itu memang yang selalu dia lakukan ketika di hari peringatan mendiang permaisuri. Jadi, jangan merasa jika dia tengah marah padamu."

"Aku mengerti."

Kediaman utama sudah dihiasi dengan banyak rangkaian bunga ketika Midoriya datang. Sebenarnya semua kediaman didekorasi demikian, hanya saja Sumire baru memulai menghiasi kediaman timur setelah Midoriya berangkat. Meski bunga-bunga itu nampak indah, Midoriya kurang lebih tahu makna di baliknya adalah suasana berkabung.

Acara peringatan kematian mendiang permaisuri dimulai tak lama kemudian. Hal pertama yang dilakukan adalah mengunjungi pusara. Biasanya hal itu dilakukan bersama-sama, tapi Kirishima bilang Bakugou tak menyukai cara itu. Dia lebih suka jika pergi dengan sedikit orang, jadi dulu hanya Bakugou dan Kaisar Masaru yang pertama menjenguk pusara. Baru setelahnya seluruh pejabat lain boleh berkunjung usai keluarga inti pergi.

Namun kaisar telah wafat, jika masih mau mengikuti caranya yang dulu maka Bakugou akan berkunjung sendirian.

Sebelum Bakugou pergi, Koshi pergi menemui Midoriya.

"Nona, maukah Anda menemani Yang Mulia?"

Midoriya mengangguk. "Apa Yang Mulia sendiri tidak masalah?"

"Saya sudah menanyakannya tadi dan Beliau bilang tidak masalah asal Nona mau."

"Ya, saya tidak keberatan kalau diizinkan."

Midoriya diantar menemui Bakugou yang sudah siap berangkat. Koshi dan Kirishima tidak ikut ketika mereka pergi, menuruti aturan yang belum diubah.

Lokasi pusara anggota istana tidaklah terlalu jauh. Mereka hanya berjalan sekitar sepuluh menit dari gerbang belakang melalui jalur kecil namun terawat. Itu masih merupakan daerah pribadi istana, jadi mereka tidak melewati pemukiman warga. Kawasan istana memang sangat luas.

Melewati gerbang besi hitam besar yang menjadi pintu masuk, Midoriya melihat banyak pusara para pendahulu dari keluarga inti istana, jenderal-jenderal ternama, pejabat-pejabat penting, bahkan ada beberapa warga biasa yang dianggap berjasa bagi negara. Semua terjaga dan diurus dengan baik.

Midoriya terus melangkah mengikuti Bakugou yang berjalan di depannya. Hingga akhirnya langkah mereka terhenti di depan dua pusara yang nampak serupa. Milik Mendiang Permaisuri Mitsuki dan Kaisar Masaru.

Di kanan, nisan Kaisar Masaru nampak masih sangat baru. Nisan Mitsuki masih terjaga, tapi jelas berbeda karena telah ada di sana beberapa tahun lebih awal.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now