°39°

199 38 0
                                    

.
.
.
.
.

Midoriya bangun dengan tubuh sedikit pegal karena semalaman tidur tanpa alas di lantai kayu yang dingin. Dia mengusap matanya dan beranjak duduk, melihat sekitar.

Ada cahaya dari jendela kecil di ruangan kosong tempat dia berada. Sudah pagi. Kemarin entah Hana membawanya ke mana, matanya ditutupi dan dia tiba-tiba dilempar, dikunci di sebuah ruangan kosong.

Dia penasaran akan sampai kapan dia dikurung di sana, meski jika dipindahkan pun sepertinya juga bukan pilihan yang bagus.

Duduk meringkuk dengan bersandar pada tembok dingin, Midoriya menghela napas pelan. Dia penasaran dengan kondisi panti, Hana sungguh tidak akan mengusik mereka, kan? Lalu soal Bakugou dan Kirishima... apa yang mereka akan pikirkan soal hal ini? Midoriya yakin mereka akan tahu apa yang terjadi padanya.

Menyentuh ke garis leher pakaiannya, Midoriya terkejut saat tak bisa menemukan kalung cincinnya. Dia menoleh ke sekitarnya, tidak menemukan apapun. Pasti jatuh di suatu tempat tanpa dia sadari. Dia merasa sangat bersalah dan sedih karena telah menghilangkan benda berharga itu.

"Padahal aku sudah berjanji akan menjaganya..."

Sepi. Dingin. Kosong. Midoriya memeluk kedua lututnya. Dia ingin pulang, dia ingin ada di rumah dan tempat-tempat yang dia sukai.

"Bodoh, jangan berpikir seperti itu," pikirnya. Dia sudah memutuskan untuk pergi, jadi dia tidak boleh menyesalinya.

Kunci pintu ruangannya terdengar dibuka dari luar. Midoriya menatap sosok yang kemudian masuk dan berdiri di ambang pintu.

"Oh, ternyata sudah bangun sendiri. Baguslah. Aku tidak perlu repot meneriakimu untuk bangun." Hana berjalan masuk.

Midoriya tetap diam, melihat gadis itu kemudian berdiri satu meter darinya. "Berdiri, kita akan pergi."

Perkataan itu membuat Midoriya mengerjap, ternyata dia tidak dikurung terlalu lama. "Ke mana?"

Hana tertawa kecil. "Tidak seru kalau kukatakan sekarang, nanti kau tahu sendiri. Cepat berdiri."

Kemanapun dia akan pergi, Midoriya tahu jelas itu tidak akan menuju tempat yang baik. Tapi tidak ada pilihan. Midoriya berdiri, mengekori Hana keluar dari ruangan kosong itu.

.
.
.
.
.

Dengan bantuan Kaminari yang mendapat informasi jika ada sekelompok orang asing yang kadang terlihat berkeliaran di kota, Bakugou dan Kirishima mendapat petunjuk besar dari koneksi dan penyelidikan yang mereka lakukan. Segera setelah mendapatkan kemungkinan lokasi, mereka bersiap untuk pergi.

Kaminari yang saat itu ada bersama mereka, menemukan bersama petunjuk itu, menatap gelisah pada dua orang yang sibuk bersiap itu.

"Ano, kalian benar-benar akan langsung pergi?"

Kirishima selesai memasang pedang di sabuknya. "Iya. Lebih cepat lebih baik, kan?"

"Benar, tapi..." Kaminari sempat ragu sejenak sebelum kembali bicara. "...aku berpikir... jika mungkin bisa ikut dan membantu..."

"Eh?"

"Bukannya aku meragukan kalian, tapi... aku pasti tidak akan bisa tenang hanya diam di sini..."

"Tidak bisa," ujar Bakugou. "Kau tidak punya keahlian bertarung, di sana pasti akan ada situasi bahaya."

Kaminari menunduk sedih. "Benar... saya nanti memang hanya akan jadi beban."

Bakugou bukannya merendahkan, tapi dia tidak mau adanya korban jika sejak awal bisa dia cegah. "Tetaplah di sini. Kau masih harus menjalan tugas untuk merahasiakan masalah ini dan ketidakhadiran Midoriya dari orang lain."

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now