°36°

358 45 9
                                    

.
.
.
.
.

"Cukup lama juga." Ujar Bakugou, yang kini duduk di depan Midoriya dan Kirishima yang juga bersimpuh tanpa alas duduk. Midoriya menunduk memandangi pangkuannya sendiri.

"Ah, maaf. Tadi ada serangan serigala-"

"Serigala?" Bakugou mengernyit. "Bagaimana bisa?"

"Kami tidak sengaja masuk ke wilayah mereka. Tapi tidak masalah, semua baik-baik saja."

Bakugou mempercayai itu karena Kirishima adalah jenderal yang hebat. Dia kemudian melihat pada Midoriya. "Untung saja Kirishima berhasil mengejarmu." Ujarnya, membuat Midoriya mengenggam jubahnya dengan ketakutan. "Kalau tidak, kau sudah akan diterkam."

"Maafkan saya... pikiran saya sangat kacau..."

"Sebenarnya dia bisa melarikan diri, tapi tadi ada insiden kecil yang membuat serigala itu-"

"Diam." Desis Bakugou. Kirishima langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

Putra mahkota itu mendengus, kembali melihat pada Midoriya yang masih menunduk. "Kenapa kau lari tadi?"

"Saya tak menduga... Yang Mulia akan datang..."

Yah, itu wajar. Siapa yang tidak akan panik saat seorang dengan status tertinggi di negara ada di rumahnya.

"Yang Mulia..." panggil Midoriya pelan. "Saya mengerti jika Anda dan Jenderal Kirishima datang untuk memberi atau menyampaikan hukuman saya. Saya juga seharusnya tetap berdiam di dalam penjara setelah semua yang saya lakukan. Saya tak seharusnya melarikan diri, tapi..."

Dia mengeratkan genggamannya pada jubah. "...saya mohon maaf. Saya akan menerima semua konsekuensinya nanti, apapun itu, saya tidak akan melawan. Namun, berikan saya kesempatan. Berikan saya waktu. Saya tidak tahu harus berapa lama, tapi... setidaknya mohon beri saya waktu untuk bisa memastikan teman-teman saya dan anak-anak di panti asuhan aman. Ada sebuah alasan mengapa saya harus melindungi mereka."

Midoriya bersujud hingga keningnya menyentuh lantai. "Saya mohon, Yang Mulia, beri saya waktu."

Kirishima menatap dengan alis menukik sedih. Midoriya benar-benar mengakui dirinya bersalah dan tak berdaya, tapi dia tetap ingin melindungi apa yang penting dalam hidupnya.

Manik crimson Bakugou menatap datar. "Kau banyak sekali bicara. Padahal aku sama sekali belum menjelaskan alasanku jauh-jauh datang ke sini." Dia mendengus lagi. "Berhenti bersujud, tegakkan punggungmu."

Midoriya menurut, tapi dia tetap menundukkan kepalanya.

"Memang, aku datang untuk membahas soal hukumanmu, soal apa yang harus kulakukan setelah penipuan besar yang kau lakukan." Bakugou bersedekap. "Tapi itu hanya salah satu alasan."

Mendengar itu, Midoriya sedikit mengangkat wajahnya dengan bingung.

"Aku sudah dengar dari Todoroki. Dia menjelaskan segala yang kau telah beritahukan padanya saat kau ada di kediamannya."

Midoriya terdiam sejenak. "Semuanya...?"

"Semuanya." Ulang Bakugou. "Aku tahu, soal alasanmu menipu kami, dan alasanmu nekat kabur dari penjara. Aku tahu semuanya."

"Kalau begitu... alasan Yang Mulia datang langsung..."

"Yah, aku awalnya ingin memastikan apa memang itu alasanmu. Tapi pertanyaanku sudah terjawab." Bakugou menatapnya "Aku akan mengabulkan permintaanmu, aku akan memberimu waktu."

Manik emerald Midoriya tergenang, segera air mata berlinang turun di wajahnya. Dia membungkuk rendah. "Terima kasih, saya sungguh berterima kasih, Yang Mulia." Ujarnya dengan air mata berjatuhan ke lantainya.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now