°16°

353 68 13
                                    

.
.
.
.
.

Di kediaman timur, Sumire sebagai kepala pelayan tengah melakukan tes pada beberapa pelayan baru yang masuk pada hari itu.

Tes dilakukan untuk memeriksa seterampil apa mereka dalam membersihkan ruangan, juga melakukan tugas-tugas pelayan lain terutama memasak.

Kini tes terakhir, memasak, sedang dilaksanakan. Kelima pelayan baru menuangkan seluruh kemampuan mereka untuk memasak makanan lezat yang sesuai dengan aturan istana.

Lima porsi hidangan tersaji di depan Sumire. Kepala pelayan itu mencicipi satu persatu dan memeriksa dengan teliti. Setelah mencoba porsi kelima, Sumire meletakkan sumpitnya.

"Tes selesai. Untuk saat ini kerjakan hal dasar yang sudah kujelaskan sejak pagi tadi selagi aku akan menentukan siapa yang akan diterima sebagai pelayan khusus. Hasilnya akan kuberitahu nanti sore."

Sorenya, Sumire memutuskan dua orang diterima sebagai pelayan khusus. Tiga sisanya tetap menjadi pelayan biasa di timur. Pelayan yang biasa menjadi tangan kanannya sudah keluar karena dia memutuskan untuk menikah, jadi Sumire membutuhkan asisten baru. Dari pelayan-pelayan yang sudah lama ada di timur juga dia tes, dan ada dua orang yang dia terima. Pelayan khusus lama masih tersisa tiga orang, jadi kini ada tujuh pelayan khusus.

"Kalian kupilih secara khusus, mulai dari sekarang kalian akan membantuku mengurus kediaman ini dan calon permaisuri dengan lebih intens dibanding yang lain. Kuharap kalian bekerja dengan baik, jangan kecewakan siapapun."

"Baik, Sumire-san." Jawab mereka semua serentak.

"Sekarang kita harus mulai siapkan makan malam, ayo bekerja."

Sumire seraya mengkomando bahan-bahan apa saja yang harus diolah malam ini, dia juga memperhatikan anak buahnya bekerja. Salah satu pelayan menarik perhatiannya saat dia terlihat memasak dengan sangat baik.

"Untuk kali pertamamu kau bagus juga."

"Terima kasih, Sumire-san. Memang sudah keinginan saya untuk bisa menjadi juru masak yang baik bagi calon permaisuri di sini."

Makan malam tiba. Midoriya yang sudah kembali dari pusat disambut dengan makan malam seperti biasa. Dia menyadari rasa makanan yang agak berbeda.

"Sebelumnya juga lezat, tapi aku merasa kali ini terasa lebih segar." Puji Midoriya.

"Ada beberapa pelayan baru. Salah satu dari mereka menguasai bahan makanan dengan baik."

Midoriya mengangguk-angguk, lanjut makan dengan lahap.

Hari demi hari Sumire melihat jika kerja dari pelayan tersebut sangat bagus. Bahkan dari para pelayan yang sudah lama ada di sana kinerjanya lebih cekatan. Dengan segala pertimbangan, akhirnya dia mengajak pelayan itu bicara secara khusus.

"Bagaimana jika kau yang mengurus soal menu makanan calon permaisuri mulai sekarang?"

Pelayan itu terkejut. "Itu sebuah kehormatan, tapi apa tidak masalah, Sumire-san? Itu tugas yang sangat penting, bukan?"

"Ya, kulihat kerjamu sangat bagus. Aku tidak benar-benar akan melepaskan tanggung jawabku soal mengurus menu, tapi sebagian jadwal akan kuberikan padamu. Bagaimana?"

Pelayan itu tersenyum cerah, mengangguk. "Dengan senang hati."

.
.
.
.
.

"Oh." Midoriya menyadari sesuatu. "Apa kau asisten baru yang Sumire bicarakan?"

Pelayan yang tengah menata peralatan makan ke meja Midoriya tersenyum dan mengangguk. "Benar, Nona. Nama saya Aoi."

"Wah, makananmu sangat lezat. Aku menyukai bahan herbal yang kau campurkan karena aku juga sering membuatnya dulu."

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now