°21°

273 49 0
                                    

.
.
.
.
.

Midoriya menghela napas panjang. Dia tengah meratapi bagaimana kemarin dia membuat Bakugou mengendongnya pulang ke istana. Setelahnya dia terbangun di sebuah ruangan yang pernah dia gunakan saat bermalam di kediaman utama, dan saat Kirishima memberitahu putra mahkota mengendongnya pulang, dia sangat tak bisa mempercayainya.

Membuat calon kaisar mengendongnya, Midoriya berpikir dirinya pasti akan mendapat banyak cibiran dari orang-orang istana yang melihatnya. Mungkin sikapnya akan dianggap tidak sopan atau semacamnya.

"Jangan khawatir, siapa yang tidak boleh mengendong tunangannya pulang?" Kirishima berusaha menenangkannya kemarin.

Yah, mungkin memang benar. Tapi Midoriya tetap tak bisa tenang, terlebih saat dia kemudian berada di dekat Bakugou. Gadis itu sedikit menjaga jarak setelah kemarin banyak merepotkannya tanpa sadar.

Untungnya hari ini Bakugou sibuk di luar ruangan, jadi Midoriya punya waktu untuk mengusir keresahannya. Kini dia mencoba fokus dengan tugas pertemuan bersama beberapa pejabat istana, menggantikan Bakugou yang harus pergi keluar istana. Dengan pengalaman yang sudah dia dapat dari mengikuti pertemuan dengan Bakugou beberapakali, dia menghadiri acara itu dengan cukup lancar.

"Midoriya-sama, bisakah saya membahas satu masalah di sektor pekerjaan saya?"

"Ya, tentu. Aku akan mendengarkan."

Rapat berlangsung serius dan tenang. Namun di antara para pejabat yang hadir, ada salah satu dari mereka yang nampaknya tidak benar-benar fokus pada tugasnya di pertemuan itu.

"Aku mau datang hanya karena ini seharusnya adalah pertemuan dengan Yang Mulia." Hana menatap kesal ke arah Midoriya yang tengah sibuk berdiskusi. "Tapi dia! Dia kembali membuat kesempatanku bertemu Yang Mulia pupus! Sudah keberapakalinya ini?!"

Masao tengah dapat tugas di luar kota, panggilan rapat pun digantikan oleh Hana sebagai calon penerusnya. Dia tidak menolak perintah itu karena mendengar Bakugou yang akan datang, tapi ternyata putra mahkota itu kembali berhalangan hadir.

"Rasanya Midoriya-sama sering menjadi pengganti Yang Mulia." Terdengar bisikan percakapan dari beberapa pejabat.

"Yah, jadwal Yang Mulia pasti begitu menumpuk dan bertabrakan. Aku sendiri sih tidak masalah, Midoriya-sama terlihat bisa mengerjakan tugasnya dengan baik."

"Aku setuju, kehadirannya juga seperti angin segar. Senang melihat sosoknya yang cantik."

"Benar, Yang Mulia selalu serius dan tegas, jadi dia seperti membuat kita sedikit lebih tenang."

Hana mendecih sebal dalam hati mendengar sanjungan-sanjungan itu. Ingin rasanya dia bangkit berdiri dan pergi dari ruangan itu segera.

Pertemuan selesai, pejabat satu persatu meninggalkan ruangan. Hana berpapasan dengan Midoriya saat dia akan keluar, reflek dia memberi salam dan tersenyum palsu padanya.

Midoriya tersenyum, membalas salamnya. "Menggantikan Tuan Masao? Pasti sulit ya, aku tahu rasanya."

"Haha, ini bukan masalah besar untuk belajar menjadi penerus ayah."

"Berjuanglah, kau pasti bisa menjadi pejabat yang baik seperti Tuan Masao."

"Saya akan berusaha." Hana menunduk berterimakasih, dan dia pun melihat cincin pertunangan menghiasi jari manis tangan kanan Midoriya. "Ingin rasanya kubuat jarinya tak bisa mengenakan cincin itu lagi."

Semua pikiran-pikiran buruk Hana hanya terjadi di otaknya. Dia tak bisa berbuat banyak saat Kirishima menjaga gadis itu, dan tak ada pelayan yang bisa dia kambing hitamkan untuk melakukan hal buruk pada Midoriya.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now