°38°

219 41 4
                                    

Author note--

Ahem
Dear readers sekalian,
Maaf update kali ini kedelay lama, tapi itu bukan karena author males-malesan.
Author sengaja sekalian tulis sampai akhir cerita.
Iya, jadi author sekalian publish sisa cerita sampai end.
Sisa cerita hasilnya ada 4 chapter baru, chapter akhir yang paling panjang.
So, selamat membaca~

.
.
.
.
.

Midoriya terkejut saat dia melihat seseorang menodongkan pedang padanya begitu dia berbalik. Mata pedang yang dipegang oleh seorang pria berbaju gelap itu terlihat berbahaya, tapi Midoriya diam-diam memperhatikan sekitar. Masih ada jalur yang bisa dia gunakan sebagai pelarian jika dia segera bergerak cepat.

Kakinya sudah hendak berputar untuk segera berlari pergi, tapi dia terdiam begitu mendengar seseorang lagi muncul di belakangnya. Tak lama setelah itu dua sosok lagi muncul. Mengepungnya dari empat arah dengan pedang teracung ke lehernya.

Midoriya menelan ludah dengan berat. Apa mereka semacam penjahat gang? Tapi dia tak pernah mendengar ada hal semacam itu di kotanya sejak dulu.

Manik hijaunya kembali memeriksa daerah sekitarnya. Jalur pelariannya semakin sempit, tapi jika dia bisa bergerak dengan reflek menghindar yang bagus, dia bisa–

"Percuma saja," ujar seseorang yang datang dari bayangan gelap gang, berjalan mendekat.

Awalnya suara itu seperti familiar, tapi Midoriya tak yakin. Sampai kemudian sosok itu melangkah ke cahaya temaram. Mata Midoriya melebar menatap terkejut.

"Kau pikir dirimu bisa melarikan diri tanpa terbunuh?"

Sosok itu menatapnya dengan tersenyum kecil. "Hana-sama..." gumam Midoriya.

"Halo, calon permaisuri–ah, bukan, Nona Penipu."

Midoriya terdiam. Sejak kapan Hana ada di kotanya?

"Bagaimana dengan acara melarikan dirimu? Apa menyenangkan bisa bersama dengan orang-orang panti itu lagi?" Hana terkekeh melihat raut Midoriya yang campur aduk.

"Asal kau tahu saja, aku bukan baru saja tiba di sini." Hana perlahan memutari sekitar empat sosok yang mengepung Midoriya. "Aku tahu kau akan datang ke sini, tempat yang kau lindungi. Meski aku tidak langsung menemukanmu, aku hanya perlu menunggu."

Midoriya sedikit mengepalkan tangannya. "Apa yang kau mau, Hana-sama? Ingin aku kembali ke penjara sekarang juga?"

Hana tertawa kecil. "Sebenarnya iya, tapi aku sekarang punya keinginan lain." Dia berhenti di belakang antara dua pria bayarannya itu. "Jangan melawan dan ikut aku."

"Bagaimana kalau aku menolak?"

"Kau menemui nenek tadi untuk bertanya soal anak panti asuhanmu. Kau beruntung aku tidak membuat anak itu tersesat lebih jauh dan hanya membuat nenek itu membawamu saja."

Midoriya terdiam. Dia dijebak, dia sama sekali tak menduga nenek tadi adalah suruhan Hana. Jadi memang benar para penjahat itu sejak awal tidak ada di kotanya. Mereka orang bayaran.

"Kalau kau menolak? Hm, mungkin harus kukatakan jika empat orang yang ada di sekitarmu, dan mungkin beberapa tambahan lagi akan kukirim ke tempat kesayanganmu itu."

Tangan Midoriya gemetar. Dia tahu itu akan terjadi, dia tahu Hana akan menggunakan panti asuhan untuk mengancamnya. Sama seperti yang Kisami lakukan

Midoriya telah mengalami hal buruk dengan menuruti perkataan Kisami, tapi dia tidak mungkin akan menolak saat ini. Panti asuhan kembali dalam bahaya. Midoriya sudah berhasil melindunginya sampai saat ini, mana mungkin dia akan menyerahkannya begitu saja?

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora