°15°

323 57 0
                                    


.
.
.
.

Midoriya menatap pada Bakugou yang terlelap tidur di futonnya.

"Apa Yang Mulia butuh sesuatu yang lain?"

"Jangan pergi. Aku ingin... kau tetap di sisiku."

Perkataan itu membuat Midoriya terdiam. Apa yang barusan dia dengar? Apa Bakugou mengatakannya hanya karena efek demamnya atau memang dia berniat memintanya tinggal? Entahlah, Midoriya tidak mengerti. Tatapan manik crimson itu membuatnya bingung.

Namun Midoriya sedikitnya paham jika Bakugou tengah merasa kesepian. Di hari peringatan kematian ibunya dia sakit, dia yakin pria itu setidaknya merindukan perhatian ibunya.

"Baiklah, saya tidak akan pergi." Midoriya mengurungkan niatnya untuk beranjak. "Tidurlah, saya akan tetap di sini saat Yang Mulia bangun nanti."

Karena itulah dia masih berada di ruangan Bakugou. Duduk menunggui. Namun dia tidak bisa membaca dengan tenang seperti sebelumnya, atensinya tertuju pada sosok pria yang berbaring di hadapannya itu.

"Apa... hubungan kami semakin berkembang?" Pikirnya. Dia masih bingung soal maksud di balik perkataan Bakugou tadi, tapi ada satu kemungkinan.

Apakah Bakugou mulai memiliki perasaan padanya?

Jika memang demikian maka sebenarnya itu bagus untuk status hubungan mereka sejak awal. Nantinya mereka akan menikah, jadi memiliki perasaan satu sama lain adalah hal yahg baik.

Namun masalahnya, Midoriya adalah pengantin palsu. Hal itu membuat gadis itu merasa bersalah jika dia juga memiliki perasaan pada putra mahkota.

Midoriya memang ingin menjalani perannya sebaik mungkin dan tidak menyulitkan siapapun, tapi dia juga tidak ingin menjadi penipu sepenuhnya. Semua pemikiran itu membuatnya gelisah.

Dia menghela napas pelan. "Jangan terlalu memikirkannya dulu... Belum tentu Yang Mulia memang mulai memiliki perasaan padaku..."

Bakugou mengernyit dalam tidurnya. Dia pasti kembali mendapat mimpi-mimpi aneh efek dari demamnya. Obat memang membantunya tidur nyenyak, tapi karena suhunya belum begitu turun dia kembali sulit tidur dengan tenang.

Midoriya mengambil kain kompres dan mencelupkannya ulang ke dalam air hangat, memeras airnya dan kembali meletakkannya ke dahi Bakugou. Dia juga mengambil satu kain lain yang masih kering untuk mengusap keringat yang muncul di sekitar pelipis dan leher pria itu.

Bakugou akhirnya terbangun, efek obatnya tidak terlalu lama saat demamnya masih tinggi. Tapi setidaknya dia sudah berhasil tidur cukup lama tadi. Midoriya kembali mengusap peluh di pelipisnya dengan lembut.

"Apa Yang Mulia ingin minum lagi?"

Suhu tinggi badannya membuat Bakugou sering dehidrasi. "Ya..."

Midoriya membantunya untuk sedikit bangun dan menempelkan bibir cangkir ke mulutnya. Bakugou meminum beberapa teguk sebelum kembali berbaring.

"Kau sungguhan masih di sini..." gumam Bakugou.

"Tentu saja, saya sudah berjanji tadi."

Bakugou bernapas dengan sedikit berat dan hangat. "Sudah malam, pergilah. Kau harus kembali ke timur."

"Saya akan tinggal di pusat hari ini. Saya sudah menjelaskan pada Koshi-san dan Kirishima-san tadi."

"Begitu..."

Midoriya memeriksa suhu dengan menempelkan telapak tangannya ke kening Bakugou. "Masih agak tinggi, kuharap besok akan segera turun."

Bakugou mendengus. "Ini sudah biasa, besok pagi juga hilang."

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now