°10°

381 70 4
                                    

.
.
.
.
.

Seseorang menyelinap masuk ke sebuah gedung pada tengah malam yang gelap. Barisan prajurit berjaga di sana sini dengan senjata tombak dan pedang serta penerangan obor besar, namun dia berhasil melewatinya dengan memanfaatkan setitik kelengahan penjagaan.

Di dalam gedung, dia mencari-cari sesuatu dalam rak besar dan menumpahkan sebagian besar isinya ke lantai. Suara berjatuhan benda yang tidak berat itu membuat tak ada kegaduhan dan penjaga sama sekali tak menyadarinya.

Usai menyelesaikan apa yang dia mau, dia pun kembali menyelinap pergi dengan sama lihainya dan membiarkan penjaga tak mengetahui apapun soal tugas mereka yang telah gagal.

.
.
.
.
.

Sudah sekitar sepuluh menit Midoriya tidak melakukan pekerjaannya. Bukan karena dia tengah malas atau jengah, melainkan hal yang dia dapati begitu tiba di pusat adalah sebuah petaka.

Ruang kerjanya porak poranda, seolah semalam ada angin ribut yang menyusup ke dalam ruangan dan mengacaukan segalanya. Terutama hal hang paling dia cemaskan adalah lemari dokumen yang isinya kini telah tumpah ruah berantakan di atas lantai.

"Bagaimana ini... bagaimana ini..." Midoriya terus bergumam selagi berjalan mondar mandir di ruangannya yang kacau.

Kirishima ikut cemas, tapi Midoriya yang tengah panik tak mudah untuk dia buat tenang. "Midoriya, tenanglah." Dia mencoba bicara untuk kesekian kalinya. "Kita bisa coba jelaskan, Yang Mulia pasti akan mengerti."

"Aku tahu... tapi meski begitu beliau pasti akan tetap marah besar..."

"Tidak ada cara lain, yang terbaik adalah dengan jujur menjelaskan segalanya."

"Menjelaskan apa?"

Suara yang datang tiba-tiba itu membuat Midoriya seketika terdiam di tempat. Perlahan dia berbalik melihat pemilik suara yang dia kenali itu. "Yang Mulia..." gumamnya.

Namun, tanpa perlu dijelaskan, Bakugou yang berdiri di depan ambang pintu sudah bisa melihat sendiri apa yang terjadi. Manik mata crimsonnya melebar memandang kekacauan yang ada.

"Apa yang terjadi di sini?" Tanyanya dengan penuh penekanan.

Midoriya terdiam. Dia ketakutan dan juga tatapan kemarahan putra mahkota benar-benar membuatnya tak bisa berkutik.

Bakugou melihat puluhan dokumen yang berserakan, robek, dan kotor oleh tinta. "Semua ini berkas penting, apa kau tidak tahu bagaimana kinerja istana akan sangat terganggu dengan kekacauan ini?!"

Midoriya tersentak, dan saat itu Kirishima segera maju menempatkan diri berada di antara Midoriya dan Bakugou sebelum kemarahan putra mahkota semakin menjadi.

"Yang Mulia, izinkan saya mewakilkan untuk menjelaskan kejadian ini. " ujarnya setelah dia berlutut dengan sebelah kaki untuk meminta kesempatan.

Manik crimson Bakugou menatap murka, tapi dia masih menahan diri. "Katakan."

Kirishima mengangguk. "Semua ini bukanlah kesalahan Nona Midoriya. Setelah kami tiba, tempat ini sudah menjadi sebagaimana Yang Mulia lihat sekarang. Kami tidak tahu apa yang terjadi, tapi kemungkinan seseorang menyusup masuk semalam dan menciptakan kekacauan ini."

Untuk sesaat, Bakugou hanya diam. Namun amarahnya akhirnya perlahan surut. "Panggilkan penjaga yang bertugas semalam, bawa dia ke gedung pertama."

"Baik." Kirishima segera bangkit berdiri dan bergegas pergi.

Kini hanya ada Bakugou dan Midoriya. Gadis itu masih sepenuhnya tak berani bicara dan menunduk menatap lantai. Bakugou menatap pada Midoriya, tapi dia memutuskan untuk tak bicara padanya dan hanya pergi meninggalkan ruang kerja itu.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now