Awal semuanya -01-

366 78 125
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi yang menandakan berakhirnya semua mata pelajaran hari ini. Semua siswa siswi tampak berhamburan keluar dari kelas, mereka semua berbondong-bondong menuju parkiran sekolah untuk segera pulang. Terkecuali bagi siswa siswi yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli. Setelah pelajaran berakhir, anggota voli diharuskan segera bersiap untuk berlatih.

Selepas berganti pakaian aku berdiri di depan cermin ruang ganti, membenarkan jersey voliku agar terlihat rapih. Aku menatap pantulan diriku sendiri dari atas sampai bawah, memastikan tidak ada yang salah dengan penampilanku. Tanganku bergerak mengumpulkan rambut-rambut panjangku dan menguncirnya menjadi satu.

"Sya..." panggil Lisa teman dekatku dengan suara yang melengking, Lisa baru saja keluar dari bilik kecil tempat berganti baju.

"Kenapa?" tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari cermin.

"Gue baru inget, tadi Alisa bilang sama gue kalo hari ini kita latihan bareng anak SMA Garuda," jelasnya dengan panik.

"Terus, emang kenapa? Kan pelatih kita sama sekolah sebelah sama-sama pak Farhan, wajarlah kalo latihan bareng."

"Bukan itu masalahnya, tapi jam latihannya dimajukan tujuh menit sesudah bel pulang."

Aku melotot pada Lisa yang kini menatapku dengan wajah panik. "Kok lo baru ngomong sih, Lis."

"Ya gue lupa anjir. Yaudah sekarang kita cepat-cepat ke lapangan yuk," ajak Lisa gadis itu segera berlari membereskan tas ranselnya.

Biasanya latihan akan dimulai 15 menit setelah bel pulang sekolah berbunyi, tapi kali ini pak Farhan memajukan jamnya menjadi tujuh menit sesudah bel pulang berbunyi, dan aku sama sekali tidak tau tentang info itu. Pantas saja saat aku masuk ke dalam ruang ganti, tak ada satu pun orang di dalam.

****

Aku dan Lisa berjalan menuju lapangan dengan tergesa-gesa, jangan lupakan eskpresi kita berdua yang saat ini tengah panik. Wajah marah pak Farhan terus berputar-putar di kepalaku, aku tak bisa membayangkan betapa malunya terkena hukuman di depan para anak SMA Garuda.

Aku menghentikan langkahku begitu juga dengan Lisa yang ikut menghentikan langkahnya. Didepan sana mereka semua terlihat tengah melakukan pemanasan, yang artinya latihan telah dimulai.

Lisa memegang lenganku lalu menggoyang-goyangkannya. "Sya, gimana nih? gue malu kalo sampe dihukum depan anak-anak SMA Garuda."

"Dari tadi gue juga mikirin itu, Lis."

"Lo ke sana duluan deh, Sya. Ntar gue nyusul di belakang." Lisa sedikit mendorong maju tubuhku.

"Kok gue sih, Lis."

"Ya terus siapa, Sya?"

"Kita bareng-bareng aja, yuk." Aku menarik lengan Lisa dan menghimpitnya.

Kita berdua berjalan pelan-pelan mendekat ke arah pak Farhan dengan menunduk menahan malu. Aku yakin saat ini tatapan mereka semua pasti mengarah pada kita berdua.

"Ma-maaf, pak. Kita telat," ucapku yang kini sudah berdiri dihadapan pak Farhan.

"Kenapa kalian berdua bisa telat?" Tanya pak Farhan dengan tegas namun nada bicaranya masih terdengar santai.

Aku meremas celana voliku sembari menunduk, sama sekali tak berani menatap mata tajam milik pak Farhan. Walaupun pak Farhan orangnya sabar dan baik, tapi terkadang sekalinya marah dia akan sangat tegas dan terlihat menyeramkan. Ditambah lagi rasa malu karna menjadi pusat perhatian banyak orang, kalau bisa aku ingin menghilang saat ini juga.

Rumah Singgah Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz