HTS -44-

27 4 0
                                    

Aku berlari dengan nafas yang tersengal-sengal juga keringat yang bercucuran di pelipisku. Langkahku terhenti tepat di depan pintu aula yang tertutup rapat, mencoba mengatur deru nafasku yang masih tersengal-sengal akibat berlarian dari halaman sekolah menuju lantai paling atas, pastinya melewati beberapa anak tangga yang tak sedikit.

Pelan-pelan aku membuka pintu aula hingga menimbulkan bunyi decitan membuat seisi aula menoleh ke arahku, tak terkecuali kak Vino yang kini menatapku dengan dahi yang berkerut.

Cowok itu mendekat ke arahku, dua tangannya di masukkan ke dalam saku celana. "Kenapa bisa telat? Niat ikut tes nggak?"

Andai cowok itu tau hanya karna ingin ikut tes seleksi calon anggota OSIS aku harus berdebat dengan Bunda yang tak mengizinkan ku masuk sekolah hari ini. Dan aku rela berlarian datang ke sekolah untuk mengikuti tes, padahal kondisiku belum sepenuhnya fit disebabkan insiden kemarin. Bahkan aku sempat dihukum membersihkan halaman sekolah karena terlambat sampai di sekolah.

Itu semua aku lakukan karna tak mau dianggap pengecut yang tidak menepati janji. Jika hari ini aku tak mengikuti tes seleksi calon anggota OSIS, maka aku akan dianggap gugur dan tidak bisa masuk anggota OSIS. Dan aku juga tidak mau kak Vino mengira bahwa aku sengaja tak mengikuti tes karna tidak mau menepati kesepakatan kita berdua.

Sayangnya aku tidak punya cukup tenaga untuk menjelaskan semu itu. "Maaf, Kak." Hanya kata itu yang mampu keluar dari mulutku.

"Yaudah cari tempat duduk sana."

Setelah kalimat itu keluar dari mulut Kak Vino aku bergegas menghampiri Lisa yang melambai padaku. Kebetulan kursi di samping gadis itu kosong.

"Sya, kok lo bisa di sini? Bukannya kata Bunda hari ini lo nggak masuk sekolah? Btw, keadaan lo gimana udah baik-baik aja? Atau lo masih lemes?" cecer Lisa tanpa jeda.

"Lis, gue baik-baik aja kok. Masalah masuk sekolah ceritanya panjang, gue sampe harus debat dulu sama Bunda. Ntar aja ceritanya."

"Tapi muka lo pucat banget, Sya."

"Emang iya? Mungkin karna gue habis lari-larian kali ya. Gue juga belum sempat sarapan tadi karna takut terlalu kesiangan."

"Mending lo izin ke UKS aja, Sya."

"Ehem.." Mendengar dehaman aku menoleh ke arah sumber suara, ternyata Bima. "Ini soalnya, Sya. Kerjainnya nyantai aja waktunya masih lama kok," ujarnya kemudian melangkah pergi setelah memberiku selembar soal.

Bima adalah salah satu kandidat wakil ketua OSIS yang menjadi partner kak Vino. Dan saat ini ketiga pasang calon ketua dan wakil OSIS tengah menjadi panitia tes seleksi calon anggota OSIS baru.

****

Tes tulis baru saja berakhir, semua para peserta tes di beri waktu lima menit untuk beristirahat sebelum tes wawancara di mulai.

"Sya, lo beneran nggak mau izin dulu ke UKS? Atau minimal lo izin beli sarapan bentar gitu. Sumpah muka lo pucat banget," tutur Lisa sembari menempelkan punggung tangannya pada keningku.

"Gue beneran gapapa kok." Aku menyingkirkan tangan Lisa yang berada di keningku. Sebenarnya aku memang merasa badanku lemas dan kepalaku sedikit pusing, mungkin karna efek belum sarapan dan lari-larian tadi pagi.

Seseorang menaruh bungkusan kantong plastik di depanku. "Buat lo," ucapnya.

Aku mendongak menatap Bima dan bungkusan itu secara bergantian. "Ini apa, Bim?"

"Itu air mineral, roti, sama vitamin biar badan lo nggak lemes. Dan cepetan habisin sebelum tes wawancara di mulai," ujar Bima yang kemudian kembali pergi.

Rumah Singgah Where stories live. Discover now