Foto sampul -37-

33 3 0
                                    

Aku berjalan dengan kepala menunduk sedari tadi aku terus mengobrak-abrik isi tasku, mencari buku catatan yang sudah aku persiapkan untuk kegiatan kunjungan industri hari ini.

Saat ini aku tengah berada di salah satu tempat produsen batik tulis di Yogyakarta. Semua murid yang mengikuti kegiatan kunjungan industri di arahkan ke sebuah aula untuk diberikan materi seputar perusahaan ini.

Aku melangkah masuk ke dalam aula dengan lesu. Buku catatan yang sudah aku persiapkan tidak ada di dalam tasku, mungkin tadi aku lupa tidak membawanya. Tapi seingatku buku itu sudah ku masukkan ke dalam tasku sebelum berangkat ke tempat ini.

Di dalam aula aku mendaratkan bokongku tepat di kursi sebelah Fita. "Kenapa, Sya? Kok lemes gitu?" tanya Fita yang tampak bingung dengan raut wajahku.

"Buku catatan gue nggak ada, Ta. Terus nanti materinya gue catat pake apa?" ujarku dengan lesu.

"Catat pake HP lo aja, Sya. Bisa kan?"

"Bisa, tapi ngetik gue nggak secepat gue nulis. Kalo nanti ketinggalan gimana?"

"Gampang, tinggal nyontek gue, Sya. Gitu doang ribet."

"Kenapa murung gitu, Sya?" Sandy baru saja mendudukkan tubuhnya disebelahku.

"Buku gue nggak ada, San. Padahal tadi seingat gue, gue udah masukin ke tas."

"Coba cari lagi, siapa tau keselip."

"Udah, tapi masih nggak ketemu."

Sandy menyodorkan buku catatan miliknya ke hadapanku. "Pake punya gue aja, Sya."

"Ehem! Ehem! Ehem!" Terdengar suara Fita berdeham berulang kali.

Aku sangat tau apa maksud gadis itu. Pasti saat ini Fita tengah mengejekku karna perlakuan Sandy. Dan nanti saat keluar dari aula ini, Fita pasti akan menceritakannya dengan heboh pada Desi dan Lisa.

"Makasih, tapi nggak usah, San. Gue pake HP aja."

Saat tengah berbincang dengan Sandy, seseorang datang menepuk pundakku dari belakang. "Sya, lo di panggil kak Vino di depan pintu," ucap Rendy yang kini sudah terduduk di kursi belakang Fita.

"Ha? Gue di panggil kak Vino?" Aku mencoba memastikan ucapan Rendy.

"Iya tuh, orangnya tuh. Deket pintu." Rendy menunjuk ke arah pintu tempat dimana kak Vino tengah berdiri.

Tanpa pikir panjang aku pergi menghampiri kak Vino yang tengah bersandar di ambang pintu.

"Ada apa kak?" tanyaku terus terang.

"Nih buku lo, gue nemu depan pintu bus tadi." Setelah memberikan buku itu padaku kak Vino pergi begitu saja.

Aku menatap punggung tegap milik kak Vino dengan bingung. Setelah itu kembali menatap buku yang tengah aku pegang. Pasalnya aku sama sekali tidak membuka tasku di dalam bus saat berangkat ke sini, jadi rasanya tidak mungkin jika buku ini terjatuh dari dalam tasku.

****

Sesudah pemberian materi di  dalam aula tadi, kita semua diajak berkeliling melihat proses pembuatan kain batik. Mulai dari membuat desain motif, menggambar dengan lilin atau malam, sampai ke tahap pewarnaan, dan penjemuran kain batik.

Sesudah berkeliling, satu persatu kita semua diberi oleh-oleh kain batik hasil produksi perusahaan ini sendiri, sebagai hadiah kenangan-kenangan dari perusahaan.

Aku bernafas lega, akhirnya kegiatan kunjungan industri selesai juga. Walaupun masih ada satu tugas lagi, yaitu membuat laporan hasil kunjungan industri yang sudah siap menguji otakku nantinya, dan ditambah lagi harus mempresentasikannya di depan satu kelas.

Rumah Singgah Where stories live. Discover now