ketemuan -39-

28 3 0
                                    

Pagi ini sengaja aku memesan taksi online untuk berangkat ke sekolah. Semalam aku sudah menyuruh Lisa untuk tidak menjemputku hari ini. Karna hari ini aku sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya.

Sesampainya di sekolah, aku melangkah masuk ke dalam gerbang dan mendapati pak satpam yang tengah terduduk manis didepan pos satpam, beliau menyapaku sembari tersenyum ramah. Lantas aku pun membalas sapaannya dengan tersenyum balik.

Mataku melihat ke sekeliling halaman sekolah yang masih tampak sepi. Sesaat aku mengeratkan jaket rajut yang tengah aku kenakan kala merasakan dinginnya udara pagi.

Langkahku terus terayun melintasi koridor yang yang tak kalah sepinya dengan halaman sekolah. Kali ini tujuanku bukan langsung menuju kelas, melainkan menuju ke ruang OSIS. Sesuai permintaan kak Vino semalam yang memintaku menemuinya di ruang OSIS.

Langkahku terhenti tepat di depan ruang OSIS, saat melihat pintu ruang OSIS masih tertutup rapat. Aku menghela nafas berat, kemudian berniat pergi dari sana. Namun tidak sengaja aku mendengar percakapan dua orang dari dalam ruang OSIS.

Karna rasa penasaran, aku menempelkan daun telingaku di dekat pintu. Sekilas aku bisa menebak pemilik suara dengan nada berat itu, suara itu sudah sangat tidak asing bagiku. Aku yakin pemilik suara itu adalah kak Vino. Dan yang satunya lagi, aku tidak bisa menebak itu suara siapa.

Walaupun sudah aku tempelkan telingaku di pintu, tapi tetap saja aku tidak bisa mendengar obrolan mereka dengan jelas. Tetapi aku sedikit bisa mendengar mereka menyebut nama Dira beberapa kali. Sepertinya mereka memang sedang membicarakan soal Dira.

Suara dari keduanya tidak lagi terdengar, sepertinya mereka memang saling diam. Masih dengan posisi yang sama aku menunggu mereka melanjutkan obrolannya. Namun seseorang tiba-tiba membuka pintu ruang OSIS dari dalam, membuatku nyaris tersungkur ke lantai. Untungnya dengan cepat seseorang menangkap badanku.

Perlahan aku mendongak ke atas menatap wajah orang yang menangkap tubuhku. Ternyata kak Vino, cowok itu menatapku dengan eskpresi bingung. Dan sepertinya tebakanku benar, pemilik suara itu adalah kak Vino.

Aku segera menjauhkan tubuhku dari kak Vino. Dan beralih menatap cowok yang tengah berdiri di sebelah kak Vino, yang ternyata adalah Bima. Sepertinya mereka cukup dekat dan kalau tidak salah dulu mereka satu SMP.

"Vin, gue cabut yah," pamit Bima seraya beberapa kali menepuk-nepuk bahu kak Vino sebelum pergi.

Mata elang kak Vino menatapku cukup lama. Membuatku yang ditatap merasa sedikit gugup.

"Nguping lo?" tanyanya dengan raut wajah datar.

"Ha? Si-siapa yang nguping? Enggak kok, orang gue mau nyender di pintu tiba-tiba ada yang buka pintunya," alibiku.

Kak Vino tampak menghela nafas sebelum berkata, "ikut gue ke dalam."

Aku membuntutinya masuk ke dalam ruang OSIS. Cowok itu terlihat menduduki sebuah kursi yang di depannya terdapat meja berukuran sedang, bertuliskan wakil ketua OSIS.

"Ada apa sih, kak? Pake nyuruh gue ke sini?"

"Duduk," suruhnya sembari mengarahkan dagunya ke arah kursi yang terletak di depan mejanya.

Aku menurut dan segera mendarat bokongku di kursi itu. "Gue udah duduk. Sekarang ngomong, lo mau apa?"

"Okay, tanpa basa-basi gue mau langsung aja ngomong ke lo. Jadi, karna udah dua kali gue celaka karna nolongin lo, gue mau minta imbalan dari lo," ujarnya seraya bangkit dari kursi kebesarannya dengan bersedekap tangan.

Cowok itu berjalan mendekatiku, kemudian mengambil posisi duduk di meja denpanku.

Perlahan demi perlahan kak Vino mendekatkan wajahnya ke wajahku. Tatapan matanya tampak menatapku begitu dalam. Aku menahan nafas saat wajah kita semakin berdekatan.

Rumah Singgah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang