Epilog

26 2 2
                                    

Ramai riu suasana hutan pinus saat ini, ratusan siswa SMA Bunga Bangsa tengah mengadakan kegiatan penanaman pohon yang diadakan setiap satu tahun sekali.

Kini, tatapan mataku tertuju pada sesosok cowok yang sibuk mengawasi jalannya acara, aku tersenyum sembari terus memandangnya lekat-lekat.

Tak lama, dia melihat ke arahku, melambai tangan sembari berjalan mendekatiku.

"Ngapain sendirian disini? Udah selesai nanamnya?" tanyanya ketika sampai di depanku.

"Udah," jawabku.

"Ikut aku yuk." Kak Vino menggandeng tanganku ke arah jembatan kayu yang ada di hutan pinus ini.

Sesampainya di jembatan kayu, aku berlari kecil mendahuluinya. "Udaranya sejuk banget," ucapku seraya merentangkan kedua tanganku, seperti hendak memeluk angin.

Entah sejak kapan Kak Vino sudah berada di sampingku, tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan mengelus puncak rambutku.

"Jalannya jangan sambil merem, Cil. Entar kepeleset, licin loh ini."

"Gapapa, kan ada kamu yang jagain," ujarku sambil cengengesan.

Kak vino meraih satu tanganku dan dimasukkan ke dalam saku jaketnya. "Dingin ya?" tanyanya.

"Lumayan, tapi enak banget udaranya."

Kita berdua berhenti di ujung jembatan, memandangi pepohonan rindang di sekitar kita. Aku menoleh ke arahnya, seulas senyum kembali timbul di bibirku. Tanganku terangkat menyentuh liontin kalung pemberian Kak Vino yang terpasang di leherku.

Setiap kali menatap wajah Kak Vino, aku selalu teringat dengan sebuah kalimat yang berisi, 'setelah hujan lebat melanda, pasti akan ada pelangi yang datang sebagai harapan baru'

Setelah aku melepaskan dia yang sempat datang dan pergi di hidupku berulang kali. Kini aku bersama orang yang jauh lebih baik, yang selalu menjagaku, dan tak pernah membiarkanku tergores sedikit pun.

Tak selamanya happy ending dari sebuah kisah dua sejoli yang rumit, berakhir dengan bersatunya kedua insan itu. Atau berakhir sad ending dengan terlukanya kedua belah pihak.

Happy ending dari kisahku kali ini, bukan berhasil bersatu dengan seseorang yang ku dambakan. Melainkan, berhasil melepaskan orang yang menjadi sumber bahagiaku sekaligus sumber lukaku. Dan berani memulai awal yang baru bersama orang yang mampu menyembuhkan lukaku.

Kini, si rumah singgah yang dulu sering di tinggalkan begitu saja, telah menemukan penghuni baru yang lebih tepat. Penghuni baru yang sangat telaten, memperbaiki isi rumah yang telah hancur berkeping-keping.

"Lo kenapa sih, ngikutin gue terus?" Suara omelan seorang gadis, menarik perhatianku dan Kak Vino.

Fita bersama Rendy berjalan ke arah kita berdua.

"Idih, siapa juga yang ngikutin lo, orang gue mau cari udara segar," bantah Rendy.

"Halah, alasan."

"Ada apa si, Ta? Ribut mulu," tanyaku.

"Nih, si tutup botol ngikutin gue terus," jawab Fita sambil melirik sinis Rendy.

"Mana ada, Sya. Tuh cewek aja yang kepedean," papar Rendy.

"Udah-udah, jangan berantem ntar saling suka loh," candaku agar mereka berhenti berdebat.

Sepasang manusia itu saling menunjukkan wajah jijiknya satu sama lain. Aku maupun Kak Vino yang menyaksikan hal itu, hanya tertawa melihat keduanya.

"Hai."

Sapaan dari seorang gadis yang baru saja datang, seketika membuat kita berempat terdiam.

"Sorry, ganggu kalian ya? Gue datang kesini mau ada yang gue omongin sama Fita juga Ersya," ujarnya tampak canggung.

"Mau ngomong apa, lo?" sewot Fita pada gadis itu.

Lisa mendekatiku yang kebetulan bersebelahan dengan Fita. "Gue mau minta maaf sama kalian berdua, terutama sama lo, Sya. Gue ngaku salah, semua yang gue lakuin emang nggak benar. Dan gue sadar, persahabatan kita jauh lebih penting dari segalanya, gue janji nggak akan mengulangi kesalahan yang sama."

Lisa menundukkan kepalanya. " Gue tau, gue nggak pantas berteman lagi sama kalian, tapi gue berharap kalian mau maafin gue."

Tanganku terulur meraih kedua tangan Lisa. "Gue udah maafin lo, Lis. Gue juga minta maaf kalo ada salah sama lo, dan jangan pernah ngerasa lo nggak pantas berteman sama kita, karna selamanya kita berempat bersahabat. Iya kan, Ta."

"I-iya," sahut Fita walau masih dengan nada sewotnya.

"Gue boleh peluk lo, Sya?"

Aku mengangguk. Kemudian, Lisa langsung memeluk tubuhku, disusul Desi yang sedari tadi berada di belakang Lisa ikut memelukku. Dan yang terakhir  Fita, meski sedari tadi menampilkan wajah sinis, tapi aku yakin dia juga ingin kita kembali berempat lagi.

Dan inilah ending yang sebenarnya, persahabatan kita berempat kembali utuh. Kebahagiaanku pun sudah utuh sempurna.

A/N

Hai, nggak kerasa ya, cerita rumah singgah udah benar-benar end. Tapi tenang, aku punya kabar gembira untuk teman-teman semua.

Setelah cerita rumah singgah end, bukan berarti ceritanya sudah selesai ya. Karna setelah ini, aku bakal bikin spesial part untuk kalian semua....

Spesial part nanti akan berisi tentang jawaban-jawaban permasalahan yang belum ada jawabannya di bab-bab sebelumnya. Gimana, penasaran nggak? Jadi jangan lupa nantikan spesial part dari cerita rumah singgah.

Thanks for reading and see you in the next stories

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rumah Singgah Where stories live. Discover now