kembali? -40-

27 3 0
                                    

Aku tercengang menatap kehadiran seseorang yang kini tengah berdiri di hadapanku sembari tersenyum manis ke arahku.

Senyum itu, senyum yang selalu ingin aku lihat, senyum yang selalu membuatku luluh saat melihatnya.

"Rafael," lirihku pelan tanpa mengalihkan pandanganku darinya.

Rafael mendekatiku, berjalan sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Cowok itu berhenti tepat di depanku, rambutnya tampak berterbangan terkena hembusan angin. Jujur detik itu juga aku terpesona, saat melihatnya beberapa kali menyugar rambut yang menghalangi pandangannya.

"Boleh minta waktunya sebentar, Sya?" tanyanya dengan santai tanpa rasa canggung sedikit pun.

"Maaf tapi aku lagi janjian sama orang."

"Reina?"

"Iya, kok tau?"

"Aku sengaja suruh Reina buat minta kamu ke sini," akuhnya membuatku tercengang untuk yang ke dua kalinya.

"Buat apa?"

"Aku butuh kamu, Sya. Aku butuh tempat cerita."

Rafael mengandeng tanganku, mengajakku duduk di atas pasir. "Duduk sini, aku mau cerita."

Bukannya cerita, Rafael malah tampak melamun. Kedua matanya menatap lurus ke arah ombak yang berada di depan sana.

Aku menepuk pundaknya beberapa kali. "Raf, katanya mau cerita? Kok malah ngelamun, sih."

"Oh iya, Sya. Sorry-sorry."

"Mau cerita apa, sih? Kayanya kamu lagi sedih gitu?"

Rafael menghela nafas lalu sedikit tersenyum. "Aku abis putus."

"Ha? Bukannya baru kemarin nyebutnya masih pacar, kok tiba-tiba putus. Kapan putusnya?"

"Kemarin malam putusnya. Kemarin kan, aku udah cerita kalo aku sama dia udah nggak cocok lagi."

Dengan ekspresi yang masih terlihat kaget, aku hanya bisa diam tidak tau ingin berpendapat seperti apa. Antara ingin senang atau sedih mendengar kabar ini.

"Aku udah capek sama semuanya, dan kayanya emang udah nggak bisa dipertahanin lagi," sambungnya.

Setelah menjelaskan hal itu Rafael kembali terdiam, begitu juga dengan aku. Mata kita sama-sama menatap ke arah ombak.

Beberapa saat kemudian Rafael kembali berucap, "kamu sendiri gimana, Sya?"

Segera aku menoleh ke arahnya. "Ha? Gimana apanya?"

"Emm, siapa tau lagi deket sama cowok gitu?"

"Oh enggak, nggak lagi dekat sama siapa-siapa."

"Serius?" Rafael menatapku seraya menaikkan sebelah alisnya.

Aku mengangguk. "He'em"

"Eh Raf, Reina beneran nggak ada disini?"

"Dia lagi rebahan di rumahnya," ungkapnya terlihat santai.

Mendengar jawabannya aku segera beranjak dari dudukku, menatap Rafael dengan berkacak pinggang. "Bisa-bisanya yah, kamu ajarin Reina bohong."

"Kalo nggak kaya gitu emang kamu mau aku ajak ke sini?" Rafael ikut berdiri.

"Ya, ya nggak tau." Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain.

"Pasti nggak mau, kan? Kemarin aja pas kita ketemu di taman, kamu kaya menghindar gitu, Sya."

"Eh awas." Rafael menangkis sebuah bola yang nyaris menghantam kepalaku.

Sehabis itu, tangan kekar Rafael beralih mengelus kepalaku dengan lembut. "Kamu nggak apa-apa, Sya?"

Rumah Singgah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang