Chapter 2 Marhaban Ya Sahabat

907 231 332
                                    

Assalamu'alaikum manteman🥰

Alhamdulillah bisa update chapter 2. Semoga kalian makin enjoy buat baca karyaku yang banyak kurang dan typonya ini ya❤❤❤

HAPPY READING
.
.
.
.

Menjadi muslimah tentu harus pandai-pandai menahan dan mengontrol diri. Namun lain lagi dengan Rani. Selain ngegas dan sedikit tidak sabaran dia ternyata agak-agak psikopat. Psikopat gimana? Lihat saja di dalam kamar itu.

Tak Tak Tak...

Rani sedang serius menatap layar komputer dan ke-10 jarinya dengan brutal menekan keyboard hingga terdengar nyaring bunyi "Tak Tak Tak". Inilah kelakuannya, karena orang yang berperasaan tak akan pernah mengetik dengan sekejam itu. Bukti pun semakin kuat melihat adanya tumpukan keyboard rusak dengan kondisi mengenaskan. Jadi sebagai sesama muslim hendaklah kita mengingatkan Rani agar mengubah ketikan keyboardnya menjadi "Tak Tik Tak Tik Tuk suara sepatu kuda", agar terlihat lebih manusiawi. Atau "Tak Tak Tak Dung" (baca: bunyi hadrah) agar terdengar lebih islami.

Rupanya Rani sedang mengerjakan tugas yang dilihat dari tingkahnya itu, mesti harus segera diselesaikan. Namun baru dua baris paragraf yang didapat, terdengar suara Barry Salim Munandar, abangnya dari luar. Rani langsung melesat pergi ke keluar kamar.

"Yessss boba gue udah dateng!!!"

Di depan kamarnya itu, Rani berpose seperti patung Liberty. Itu tuh, patung perempuan dengan satu tangan diangkat sembari membawa obor. Tapi Rani enggak bawa obor juga gengs, obornya dia modifikasi dengan ponsel. Kreatip sekali dia.

Di depan Rani alias ruang tengah itu sudah ada kedua orang tuanya, Pak Munandar dan Bu Shinta, Barry abangnya lalu seorang cowok asing yang sedang menatapnya. Refleks, Rani buru-buru masuk ke dalam kamar.

"Ya Allah malu bangettttt."

"Woiii... woi... "

"Apa tadi woiiiii???"

Selain merutuki penampilannya yang hanya memakai babydol lengan pendek dan tidak memakai jilbab, Rani lebih mengutuk tingkahnya, terlebih pose patung libertynya itu.

"Ehhh... tapi... tadi itu beneran dia?"

Demi memenuhi rasa penasarannya, Rani buru-buru mendekatkan telinga ke pintu kamar. Sedangkan obrolan orang-orang di ruang tengah itu pun terus berlanjut.

"Liburan atau gimana, Nak Umar?" tanya Pak Munandar.

"Kerja, Om. Alhamdulillah dapat kerjaan di Jogja." jawab cowok bernama Umar yang tersenyum ramah kepada Pak Munandar dan Bu Shinta.

"Hiyaaa malu enggak loe Rani?? Setelah ribuan purnama enggak ketemu malah loe liatin pose patung liberty loe itu!" sesal Rani, bermonolog di balik pintu kamarnya.

"Eitsss jadi Mas Umar bakal tinggal di kota ini lagi??"

Cowok itu adalah Umar Faruq, teman semasa kuliah Barry. Dulu Umar sering main ke rumah dan Rani pun akrab dengannya. Namun setelah wisuda, Umar pindah ke Semarang karena urusan pekerjaan. Semenjak itu, Rani dan Umar sangat jarang bertemu selama 3 tahun. Umar pun hanya sesekali main ke Jogja. Chatting? Sosmed? Jarang juga. Ya maklum jika keduanya tak seakrab dulu. Bahkan Rani pun tak tahu kabar kedatangan cowok itu di rumahnya, malam ini.

Rani kembali membuka daun telinganya lebar-lebar, menajamkan pendengaran. Sedangkan Pak Munandar dan Bu Shinta menyambut hangat kembalinya sahabat putranya itu.

"Lancar-lancar kerjaannya Nak Umar, aamiin." harap Pak Munandar yang diikuti amin ketiganya.

"Ya wis, kalian ngobrol sana." sambungnya

Muslimah Random (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang