Chapter 31 Goodbye Cinta

177 44 83
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hai hai jumpa lagi sama muslimah random. Ada yang kangen gak nih??

Yuk langsung aja

HAPPY READING
.
.
.

Sebuah kabar baik datang untuk Najwa dan para korban. Hari ini pihak kampus mengeluarkan beberapa kebijakan salah satunya menyatakan penyelidikan resmi dan bersedia bekerja sama dengan polisi dan pengadilan. Sore itu, Rani dan komunitasnya terlihat sedang melakukan rapat di depan gedung perpustakaan.

"Syukurlah usaha kita akhirnya membuahkan hasil." ujar seorang cewek yang duduk melingkar di antara teman-temannya. Dia terlihat seperti seorang pemimpin dari kumpulan mahasiswi itu.

"Alhamdulillah... " koor para mahasiswi itu.

"Ini juga berkat Rani yang super gercep." sahut salah satu dari mereka melirik Rani yang sedang asyik menyesap es jeruk.

"Gue kasih tau kenapa gue bisa gercep..." desis Rani penuh misteri.

"Kenapa emang?" koor mereka penasaran.

"Ada gratisan pizza, kebab, bolen, batagor tiap kita kumpul kemaren... " nyengir Rani tanpa dosa sembari mencomot keripik di depannya.

"Allahu akbar Raniii... ampunnn deh." koor mereka.

"Jadi ini semua tuh berkat kebaikan hati ibu ketua tersayang kita yang suka bawain jajan." tukas Rani, menunjuk Maria, si pemimpin tadi, ketua komunitasnya.

"Ibu-ibu loe pikir gue emak loe... " sembur Maria.

"Pokoknya makasih Bunda ketua kita tersayang. Bunda ketua emang paling debest." ujar Rani mengacungkan jempol, diikuti lainnya.

"Gue udah hafal modelan Rani mah. Kalo urusan perut beres, insyaallah semua pasti beres." sambung Maria, hamba Tuhan dari server sebelah itu memang hafal dengan kalimat-kalimat ilahi tersebut.

"Ya enggak semuanya juga, Ukhti. Tapi insyaallah kalo semua bareng-bareng bisa beres kok. Bersatu kita teguh, bercerai kita malah jadi janda kinyis-kinyis." celutuk Rani.

"Ehhh ehhh." Koor mereka, tak terima dijandakan oleh Rani. Sebab yang sold out ke pelaminan saja belum ada batang hidungnya.

"Janda-janda, perlu dirukyah emang si Rani." desis Maria.

"Hehe canda, dimaafin enggak ibu ketua tersayanggg?!!" ujar Rani pura-pura takut, padahal biasanya ia memang selalu begitu. Bar-bar dan bikin ramai dalam forum.

"Tuh lagi, gue bukan emak elo."

"Angkat Rani jadi anakmu Buuuuu." Rani menghambur dan memeluk Maria.

"Ogah, yang ngantri udah banyak." sahut Maria mencoba melepas pelukan Rani. Teman-temannya itu pun sudah terbiasa melihat tingkah tom and Jerry keduanya.

"Gue duluan yang ngantri Buuuuu. Enggak inget loe?!!" ancam Rani, kembali memeluk Maria erat-erat.

"Kagakkkk."

"Pokoknya gue yang ngantri duluan."

"Evan... "

"Evan siapa, Buuuu? Yang ngantri jadi anak loe duluan."

"Mantan loe." desis Maria.

"Hah?"

"Ran... tuh."

Rani mengikuti arah telunjuk Maria. Dia melihat Evan sudah berdiri tak jauh dari mereka. Evan mendekat dan Rani mau tak mau beranjak menghampiri laki-laki itu. Rani membawa langkahnya menuju pohon yang tidak jauh dari sana. Kini keduanya terlihat duduk di atas bangku kayu di bawah pohon itu. Sampai beberapa saat, keduanya masih terdiam hingga Evan memutuskan untuk mengawali pembicaraan.

"Assalamu'alaikum. Halo Ran."

"Waalaikumsalam."

"Gimana kabarmu?"

Evan berbasa-basi menanyakan kabar Rani dan cewek itu menanggapinya dengan tenang. Rani merasa tidak ada gunanya marah-marah karena hanya akan membuat wajahnya mengalami penuaan dini, bisa mubadzir skincare mahal yang dipakainya itu.

"Makasih, udah mau menemuiku."

"Setidaknya gue harus mastiin kalo loe bener-bener sudah menebus kesalahan loe sama Najwa dan para korban."

"Kamu bisa mengawasiku, Ran."

"Gak perlu gue, ada Allah yang udah mengawasi."

"Iya, Ran."

"..."

"Hm setelah semua ini, rasanya aku gak pantes lagi buat mimpin BEM."

"Ini bukan waktu buat loe nyerah, Van. Kalo gue jadi loe, gue bakal jadiin ini awal baru buat jadi pemimpin yang lebih baik buat ke depannya."

"Maaf, Ran." Evan merasa malu sekaligus kagum dengan Rani. Rupanya selama ini ia hanya fokus untuk mencuri hati perempuan itu. Ia menyesal tidak mengenal Rani dengan baik.

"Aku juga mau minta maaf soal perkataanku dulu, kalo kalian gak bisa melawan Rendy. Aku merasa malu jika mengingatnya." ujar Evan.

"Allah selalu minta hambaNya buat berikhtiar saat menghadapi masalah, yakin dan berani saat memperjuangkan sesuatu yang benar." timpal Rani pelan tapi tajam.

"Aku akan mengingatnya." timpal Evan. Ia merasa malu untuk kesekian kalinya, perkataan Rani benar-benar menamparnya. Sedangkan di sampingnya itu, Rani sedang menghela nafas. Ia merasa dirinya terlalu berlebihan sudah bersikap dan berbicara seperti itu kepada Evan sejak tadi.

"Dan selamat, usaha kalian mendesak kampus berhasil. Aku janji bakal kawal kasus ini sampai selesai dan membuat Rendy mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya." ujar Evan dengan penuh kesungguhan.

"Ya walaupun sedikit terlambat, loe akhirnya ambil keputusan yang tepat juga." ujar Rani tulus.

Rani mengakui kesungguhan Evan untuk memperbaiki kesalahannya. Allah aja Maha Pemaaf, masa gue enggak? Lah itu kan Allah, gue ini cuma manusia biasa. Lah loe sebagai hambaNya ikutin dong perintahNya, gimana sih, batin Rani. Sepertinya dia masih perlu waktu buat maafin cowok itu gengs.

Evan tiba-tiba mengulurkan tangannya, mengajak Rani berjabat tangan.

"Ran... "

"Bukan mahram, Van." ujar Rani, menatap nanar tangan Evan.

"Anjirrrrr woi, ini gue sok suci enggak sih?!" Rani masih mengutuk dalam hati. Dia tiba-tiba teringat dirinya yang suka gelendotan di lengan Evan saat pacaran dulu. Duh Gustii ampuni dosa-dosa Rani...

"Oh, maaf, Ran." Evan menarik tangannya kembali. Keduanya pun terlihat semakin canggung.

"Ran?"

"... "

"Meskipun aku udah memperbaiki kesalahan, tapi tidak dengan hubungan kita kan?" ujar Evan tiba-tiba.

Rani mengangguk tegas dan berlalu meninggalkan Evan yang mencoba melapangkan dada bahwa mereka benar-benar sudah tak lagi bersama.

***

Gimana??

Rani dan Evan resmi putus ya ges yaa, siapa kemarin yang jadi penumpang kapal ini? Maaf kumatikan kisah mereka di chapter ini🙏😌

Masih penasaran sama kelanjutannya?
See you besok🥰🥰

Muslimah Random (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang