Chapter 3 Nawaitu Begadang

690 197 216
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gimana Senin kalian? Capek kan?
Lewat cerita ini semoga Rani bisa sedikit menghibur kalean ya😚😚

Tetep semangat yah!!😍💪💪💪

Happy reading!!

***

"YA SALAM TUGAS DEADLINEKUHHHHH."

Sesampainya di kamar, Rani langsung mendudukkan bokongnya di depan laptop. Dia mengutuk dirinya yang malah asyik mengobrol hingga kebablasan. Padahal tugasnya itu punya deadline pukul 12.00 malam teng. Jika mengumpulkannya lebih dari jam 12, Rani akan kehilangan sepatu kacanya, eh maksudnya dia akan kehilangan nilainya.

Rani memang keras kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rani memang keras kepala. Dia lebih sering mengerjakan tugas ketika deadline sudah di depan mata. Entah, antara pede dengan kemampuannya atau karena memang anaknya suka dengan tantangan. Namun sesuka apapun pada tantangan, jam terbang nugas di semester ini memang bikin Rani sering salto dadakan. Akhir-akhir ini dia jadi sering begadang mengerjakan tugas. Seperti malam ini, dia pun harus begadang lagi.

Karena waktu terus memburu, Rani segera menyiapkan starterpack begadang andalannya. Ternyata dia selalu memutar lagu-lagu Rhoma Irama untuk menemani ritual begadangnya itu.

Begadang jangan begadang

"Eh monmaap Pak Haji, kalo malam ini enggak begadang, Rani enggak punya nilai nih."

Kalau tiada artinya...

"Tenang, pokoknya sangat berarti Pak Haji, seperti kehadiran dia malam ini. Asekkkk."

Begadang boleh saja, kalau ada perlunya

"Salam Pak Haji!! Dari penganut begadang garis keras."

Rani menampar pipinya agar sadar dan kembali fokus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rani menampar pipinya agar sadar dan kembali fokus. Namun saat mulai fokus lagi, tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Najwa muncul di layar ponsel. Rani langsung menjawab panggilan tersebut.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Ran, loe tahu enggak malem ini malem apa?" panik Najwa di seberang sana.

"Hm malem Senin, tadi gue ikut dzibaan di masjid." Rani menautkan alisnya, bingung.

"Iya bun udah tau, gue juga denger dzibaannya."

"Masak loe denger bacaan dziba' gue tadi? Ini suara gue yang kekencengan atau toa masjid komplek gue yang ampuh, sampe loe yang jaraknya ribuan mil dari sini kedengeran." cerocos Rani lebay.

"Maksudnya gue dengernya dari masjid sini woi." sembur Najwa di seberang.

"Ooo, kirain. Terus selain malem ini adalah malem Senin, loe pengen malem ini jadi malem apa lagi? Malem satu Suro lahirnya para genderuwo?" Rani mengernyitkan dahi mencoba menebak maksud Najwa.

"Genderuwo-genderuwo, gue takut hantu, Rani. Hmm ini tuh malem deadline tugasnya Pak Vincent. Loe udah ngumpulin belom?" panik Najwa.

"Kalem Beb. Ini gue lagi ngerjain." ujar Rani santai seperti di pantai.

"Alhamdulillah, ternyata gue enggak sendiri." Najwa lega, menemukan komplotannya.

"Kayak enggak tau gue aja."

"Elah loe emang mahasiswi kaporitnya eh favoritnya Pak Vincent, Ran. Apa kabar gue yang enggak pernah mudeng di kelas beliu." keluh Najwa.

"Udah jangan bawel, insyaallah ntar gue bantuin." saran Rani.

"Tengkyuuu muachhh muachhhh."

Rani melirik jam di atas nakas. Menyesal, teringat tugas presentasi besok yang belum diselesaikannya juga.

"Makanya gue kira loe udah selesai. Dasar ya loe emang kelewat santuy." rutuk Najwa.

"Sesungguhnya Allah bersama hamba-hamba yang santuy." sahut Rani mencoba kalem di tengah gempuran deadline.

"Tapi santuy loe itu bikin sesat gue." cibir Najwa, santuy ala sahabatnya itu tak sesuai dengan kapasitas otaknya yang tak seencer tinta eyeliner.

"Inget Wa. Emang loe pernah lihat jurus kebut semalam gue itu gagal? Enggak kan? Yekannn?" ujar Rani dengan percaya diri.

Menurutnya, meragukan kapasitas diri sama saja meragukan Kebesaran dan Kekuasaan Allah. Nah lho.

"Sombong amat buk. Hati-hati jadi bestienya setan ntar." cibir Najwa.

"Hehe jangan dong. Cukup jadi bestienya loe ajahhh."

"Ogahhhh."

"Pokoknya kamuuuhhh... "

Selanjutnya dua ukhti-ukhti itu malah eyel-eyelan di telepon.

"Dahhhh gue mau lanjut. Wassalamu'alaikum." pamit Rani.

"Siapp. Waalaikumsalam."

Panggilan berakhir dan Rani kembali khusyuk mengerjakan tugas. Selanjutnya lagu-lagu Rhoma Irama itu pun mengalun bersama suara binatang malam hingga adzan subuh berkumandang.

***

Gimana ceritanya kali ini?

Sebenarnya chapter ini cocok kalo sekalian aku publish bareng sebelumnya. Tapi aku lupa hiksss.

Tapi gak apa-apa kan? Aku dimaafin kan?

Yang lupa sama alurnya boleh cek lagi chapter sebelumnya ya!!

Jangan lupa vote, komen dan follow, biar aku tambah semangat update❤❤❤

Muslimah Random (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang