Chapter 22 Boyfriend vs Boy Friend

221 57 115
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

HAPPY READING
.
.
.
.

Setelah perjalanan move on Rani tentang Umar tak berjalan mulus, kini perjalanan kisah cintanya pun sama saja. Pacaran dengan Evan pun tak sebahagia yang dia pikirkan, karena ketua BEMnya itu cukup sibuk bahkan ketika weekend tiba. Rani pun bertanya-tanya, mengapa Allah bisa sekejam ini kepadanya.

Hari ini Rani pun seharusnya berkencan dengan Evan, tapi cowok itu masih ada acara BEM di luar kota. Sebagai gantinya, semalam dia memboking Barry dan Najwa, tapi abangnya itu ada acara tersendiri dan Najwa ada part time. Karena frustasi, Rani pun iseng menelpon Evan.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Van, kamu udah pulang dari acara kemaren?" tanya Rani.

"Baru aja pulang... kenapa sayang?"

"Kamu udah enggak sayang ya sama aku?" tuduh Rani, saat mengucapkannya ia malah merasa geli sendiri.

"Kenapa kamu ngomong gitu?" heran Evan di seberang sana.

"Weekend ini kamu batalin kencan, weekend kemarin juga kita enggak jadi jalan. Akhir-akhir ini kamu gak punya waktu buat aku!!" kesal Rani.

"Iya maaf bukannya aku sengaja tapi acara kemarin itu emang penting, sayang. Ya udah aku janji besok setelah kelas selesai kita kencan..."

"Besok aku enggak free." ketus Rani. Dia tambah badmood mengingat besok ada kelas seharian.

"Kalo gitu nanti malem aku jemput kamu, kita nonton ya." Bujuk Evan.

"Ntar malem ada pengajian di komplek." dalih Rani.

"Hm aku beneran baru sampe kosan Ran dan aku capek banget." keluh Evan di seberang sana.

"Hm ya udah deh kamu istirahat aja. Aku juga bisa pergi kencan, healing-healing sendiri." tukas Rani.

"Pergi kemana?" delik Evan di seberang jalan.

"Kemana ajalah. Terserah aku." kesal Rani.

"Lagian kamu itu seorang muslimah, lebih baik diam di rumah daripada kelayapan sendiri enggak jelas di luar."

"Enggak sedirianlah. Ada malaikat di kanan kiri aku tuh." ketus Rani.

"Kamu itu dibilangin, Rani."

"Ya udah deh ya, selamat istirahat. Dahhhh." ujar Rani bersiap menutup telepon.

"Makasih sayang, tapi bener kamu jangan kelayapan sendiri, lebih baik di rumah, beres ...."

"Hah apa, Van? Suara kamu enggak jelas, putus-putus. Hah? Eh sinyal aku tiba-tiba ilang. Aku tutup yaaa. Wassalamu'alaikum." cerocos Rani.

Klik. Rani mematikan panggilan.

"Siapa loe, ngatur-ngatur." decak Rani dengan kesal

"Argghhhhh sebel."

Rani memilih menyudahi kemarahannya dan mencoba memikirkan seseorang yang bisa diajaknya healing-healing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rani memilih menyudahi kemarahannya dan mencoba memikirkan seseorang yang bisa diajaknya healing-healing. Satu nama langsung terlintas di pikiran Rani.

"Assalamu'alaikum. Halo Mas Umar?!"

Sedangkan di ujung sana.

Jovi, rekan kerja Umar yang sedang menginap itu mengguncang tubuh si empu kamar yang masih terlelap. Rupanya sedari tadi ponsel Umar berdering dan mengganggunya yang juga sedang asyik tidur. Dengan beberapa guncangan itulah, Umar terbangun dan langsung meraih ponselnya.

"Assalamu'alaikum. Halo Mas Umar?!" seru Rani di seberang sana.

"Waalaikumsalam, iya Ran."

"Mas Umar baru bangun ya?" celutuk Rani, mendengar suara parau Umar.

"Hehe iya Ran."

Umar mengucek-ucek matanya, mencoba mengumpulkan nyawa. Dia bertanya-tanya kenapa Rani menelponnya saat weekend. Memang akhir-akhir ini Umar sengaja mengurangi intensitas apelnya ke rumah Rani. Bukan menjauh, dia hanya ingin menghargai hubungan cewek itu dengan sang pacar.

"Maap ya Mas, udah bangunin... " ringis Rani.

"Haha santai Ran, ada apa?"

"Hehe gak apa-apa sih, Mas. Lagi gabut aja." nyengir Rani di seberang sana.

"Walah kirain ada apa... "

Mendengar itu, Umar menghela nafas. Dia terlihat meregangkan tubuh, kolet-kolet di atas kasur. Sedangkan jam dinding di kamarnya itu menunjukkan pukul 10.00 pagi.

"Oh ya hari ini Mas Umar sibuk enggak?"

"Nggak Ran, kenapa?"

"Rani lagi bosen banget di rumah, Mas. Mana Rani capek habis nugas juga. Pengen healing gitu... " keluh Rani.

"Ya maksud Rani, siapa tahu Mas Umar mau ikut healing-healing juga." sambungnya.

"Hm ayo kutemani."

"Beneran, Mas?"

"Iya, kamu pengen kemana?"

"... "

"Ya udah aku siap-siap dulu."

Umar yang sudah meniatkan diri untuk istirahat dan rebahan seharian, langsung jenggirat bangun dari kasur. Niat rebahannya harus dibatalkan dan niat baru untuk membahagiakan Rani harus disegerakan. Bukankah selama janur kuning belum melengkung dia masih harus banyak-banyak berikhtiar?

***
Assalamu'alaikum

Gimana part kali ini? Seru gak??

Maaf kalo part ini kependekan, author lagi enggak mood nih🙃

Moga kalian tetap semangat yahh

Oh ya jadwal update muslimah random kayaknya bakal aku ubah. Yang biasanya author up setiap hari, muslimah random bakal up seminggu 3 kali di hari weekend (Jumat, Sabtu, Minggu)

Next????

Byeeee

Muslimah Random (TERBIT)Where stories live. Discover now