Chapter 19 Sang Pemilik Hati

234 71 81
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

HAPPY READING!!!
.
.
.

Rani bersabar dengan orang rumah yang tak membiarkannya mengurung diri di kamar. Hingga malam tiba, dia memberi ultimatum agar tak mengganggunya. Dia akan sibuk merancang resolusi diri. Hari ini Rani menyadari banyak hal dalam dirinya yang harus banyak dirubah. Menyadari jika dia harus cepat dirukyah.

Dalam sebuah catatan, Rani membuat list-list, mulai dari list resolusi ibadah, keuangan hingga kewarasannya selama ini.

Tiba-tiba Rani jadi teringat dengan orang-orang yang hadir di hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba Rani jadi teringat dengan orang-orang yang hadir di hidupnya.

“Abah, Mamah suwun selalu lebihin uang saku Rani. Maap enggak bisa kalem, enggak bisa diem hiks. Saranghae til Jannah, pokoknya Rani sayang Abah Mamah. Dannnn tengkyu buat Mas Barry, donatur setia kelangsungan stok jajan dan program ke-glowingan Rani. Kalopun kadang jahil, tapi Rani maafin kok. Manusia enggak ada yang sempurna yekannn?! Karena kesempuarnaan hanya milik Allah swt semata.”

Momen bersama keluarganya itulah yang terus membuat Rani meminta kepadaNya untuk menjadikan mereka kembali sebuah keluarga kelak di surga nanti.

“Ning Aliya dan keluarga besar Pondok Pesantren Al-Hidayah Jogja. Suwun, terima kasih udah diizinkan untuk menunjukkan cinta dan takzim kami kepada para ulama. Mugi keluberan barakahipun selalu. Aamiin.”

Rani teringat dengan sahabat dan teman-temannya, Najwa, Umar dan Farhan. Meski tak setiap waktu selalu bersama tapi Rani tahu jika mereka selalu membantunya mengambil hikmah-hikmah di setiap kejadian.

Mengingat itu semua membuat Rani sadar, jika selama ini dia selalu dikelilingi orang-orang baik dan shalih. Harusnya dia selalu bersyukur dengan menjaga mereka dengan baik pula, misalnya soal Umar dan Aliya yang seharusnya tak perlu dia pusingkan. Apalagi sekarang dia sudah sangat pusing, karena Evan, pacar barunya itu sedang di fase bucin-bucinnya.

***
Umar terbangun dari tidurnya begitu mendengar suara alarm berbunyi. Di tengah dinginnya malam itu, Umar beranjak mengambil wudhu. Segera menyempurnakan malamnya dengan shalat tahajjud.

“Ya Allah, jadikanlah Umar seseorang yang selalu mendukung kebahagiaan yang dipilih Dik Rani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ya Allah, jadikanlah Umar seseorang yang selalu mendukung kebahagiaan yang dipilih Dik Rani. Aamiin.”

Nyesek. Itulah yang dirasakan Umar saat Rani mengatakan sedang berpacaran dengan seniornya di kampus. Ternyata Umar diam-diam sudah lama naksir Rani, adik sahabatnya sendiri. Umar juga punya alasan untuk menyembunyikan perasaannya selama ini. Dia bahkan tak pernah berani gombal atau menggoda Rani, hanya karena ingin menjaga dan menghormati cewek itu.
 
Maharani…
Kata Mbah Gugel aku ini rajanya act of service
Itu Ran, love language alias bahasa cinta
Bentukan ukhibukka fillahku sama kamu
Dulu aku pernah sekali gombal, tapi kamu ketawain
Aku masih inget
Waktu itu hari Kamis
Aku semester 7, kamu kelas 2 SMA
Musim panas, suhu hampir 33 derajat
Kamu masih inget, Ran? Panasnya maasyaallah sekali
“Mas Umar??”
Pekikmu saat  aku baru turun mak jlek dari motor
Aku terpogoh-pogoh, mendekatimu
Lalu menyodorkan plastik berisi sesuatu
“Kamu tau apa yang orang butuhin saat panas-panas begini? Khususnya aku?!”
“Hm apa ya, Mas? Es krim?”
Aku menggeleng
“Es teh?”
Aku menggeleng lagi
Alismu bertaut bingung, menerima bungkusan dariku
“Terus apa dong?”
Jus You, Ran.”
Tiba-tiba hening
Kamu mematung dan aku gugup
“HAHAHAHA”
Nah, kena aku
Embuh, apa kamu sedang ngetawain mukaku yang merah gosong habis liputan. Atau,
Wajahku yang memerah sedang menahan malu. Atau,
“Maaf, Mas. Tapi Rani lagi puasa… ”
Aku segera menangkup kedua tangan, minta maaf
“Haha makasih Mas. Jusnya Rani simpen dulu ya, nanti buat buka.” Sambungmu.
Aku malu sampe langit ke tujuh
Sedangkan kamu mencoba menahan tawa ngakakmu itu
Btw jusnya ini jus apa sih, Mas?”
“Hehe anu… Ran.”

            Di sisi lain, menjadi seorang jurnalis membuat Umar sibuk liputan. Setelah 3 tahun berkelana, Umar ingin kembali ke Jogja. Selain soal pekerjaan dan karirnya, dia tak bisa memungkiri jika ingin selalu berada didekat Rani seperti dulu. Menyayangi Rani bukan sebagai adik sahabatnya tapi sebuah perasaan laki-laki pada perempuan dewasa. Sejak kembali itulah, Umar mencoba pdkt. Namun belum sempat dia menyatakan perasaan, Rani sudah keburu diambil orang. Meski begitu, Umar sangat bersyukur bisa kembali berada di dekat Rani. Sembari berharap, dia diberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya suatu hari nanti.

***
Gimana2?? Hmm ternyata oh ternyata selama ini Umar diam2 memendam perasaan kepada Rani.

Wah sebenernya perasaan kamu gak bertepuk sebelah tangan loh, Ran😃

Tapiiiii

Sekarang yang ada Rani lebih dulu memilih Evan untuk mengobati kesepian dan memenuhi dahaga kasih sayang yang akhir2 ini ia dambakan.

Sooo, gimana kelanjutan kisah mereka?

Nantikan di next chapter yaaaa❤

Muslimah Random (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang