Chapter 8 HP Geprek

420 136 139
                                    

Hari ini Rani mulai masuk kampus kembali. Pagi menjelang siang itu dia naik ojol untuk pergi ke kampus karena motor warisan Barry yang biasa dipakainya itu mogok. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Rani menyaksikan sebuah kecelakaan. Rupanya seorang anak kecil tertabrak sepeda motor saat menyeberang jalan.

"Pak Pak tolong berhenti Pak." heboh Rani menepuk pundak bapak ojol.

"Iya Neng ini udah berhenti, kan ini lagi macet gara-gara kecelakaan di depan itu." sahut bapak ojol, mengerutkan dahi melihat kehebohan Rani menepuk pundaknya. Pasti panas tuh pundak digaplokin Rani.

"Ehehe iya Pak maaf. Saya turun dulu ya Pak, mau bantuin." ujar Rani bersiap turun dari motor.

Rani segera turun dari motor dan berlari ke arah kerumunan. Dia yang mantan calon anggota palang merah di kampus itu langsung mendekati anak kecil itu dan memeriksa keadaannya. Kaki dan kepala anak itu terluka, dia pun segera menelpon ambulan.

"Ngapunten, maaf Pak Lik, Pak De, Bu Dhe, Mbak Yu, lebih baik jangan dipindah dulu, dibiarin seperti ini saja, nggih. Saya sudah panggil ambulan." ujar Rani melarang beberapa orang yang bermaksud memindah korban.

Rani terus memeriksa keadaan korban hingga tim kesehatan datang. Dia terlihat ikut menemani korban ke rumah sakit. Sesampainya di sana, mereka pun langsung disambut perawat di koridor.

"Korban tertabrak sepeda motor saat menyeberang jalan, menurut saksi kepala korban membentur aspal. Kaki kanan sepertinya terkilir dan... " ujar petugas kesehatan.

BRUUKKK

Bahu Rani tak sengaja bersenggolan dengan seseorang saat ikut mendorong brankar pasien. Membuat ponsel seseorang yang disenggolnya itu jatuh. Rani hendak memungutnya, namun tiba-tiba sebuah brankar lain yang membawa pasien datang melindas ponsel tersebut. 

PREKKK 

KRESSSSSSSS.

Rani meringis ngilu. Seorang cowok buru-buru memungut ponsel itu.

"Astagfirullah hal adzim, saya minta maaf... " ringis Rani mendekati sang pemilik ponsel.

"Saya juga minta maaf karena jalan... "

"Mas Umar?"

Rani terkejut. Ternyata Umar adalah cowok yang memungut ponsel itu sekaligus seseorang yang tak sengaja disenggolnya tadi. Alamakkk.

"Ya Allah Mas, maafin Rani. Rani enggak sengaja." panik Rani melihat ponsel Umar sudah tergeprek, tinggal disambelin terus ciduk nasi panas sepiring.

"Gak apa-apa Ran, aku juga minta maaf karena jalan terburu-buru. Kamu... "

"Haduh tapi hpnya Mas Umar gimana??? Mas Umar tunggu disini sebentar ya Rani mau ke dalem. Sebentarrr aja. Mas, beneran Rani bukan mau kabur!!" panik Rani bersiap beranjak.

"Ran, kamu gak apa-apa?" Umar malah gagal fokus dengan baju Rani yang belepotan darah.

Tak ada jawaban karena Rani sudah melesat pergi. Sembari menatap punggung Rani yang menghilang di balik ruangan, Umar tersadar dan kembali memeriksa ponselnya.

"Waduhh."

Layar ponselnya itu sudah hancur blesek masuk ke dalam. Umar garuk-garuk kepala.

"Ya Allah, harus ngejar liputan lagi."

Umar tidak terlalu masalah dengan ponselnya karena harus segera pergi menemui narasumber. Namun Rani sudah memintanya menunggu dan jika pergi, dia takut Rani bingung mencarinya. Umar lalu memutuskan pergi mencari Rani dulu. Namun baru beberapa langkah beranjak, terdengar Rani memanggil.

Muslimah Random (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang