Chapter 36 Sebuah Kilas Balik

132 30 41
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.

Semester baru akan dimulai beberapa hari lagi. Di sela-sela itu, mereka membuat janji kencan dengan Farhan yang sudah lama tidak mereka agendakan. Mereka sudah lama tidak bertemu dan jarang sekali komunikasi dengan cowok itu. Apalagi sejak tahun baru hingga libur semester yang membuat Farhan pulang ke kampung halaman.

Di sebuah kafe, Rani dan Najwa terlihat sibuk memesan makanan sembari menunggu Farhan yang katanya sedikit terlambat.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Jupri... ?" Koor Rani dan Najwa begitu seorang cowok bertopi yang nampak asing dengan santainya duduk di hadapan mereka.

"Inget nama ane Farhan... "

Cowok itu membuka topinya, memperlihatkan kepalanya yang botak. Membuat Rani dan Najwa heboh.

"YASALAMMMM... "

"Jupri!!!"

"Hhhh gimana? Botak begini cocok buat ane?" sahut Farhan mengelus-elus kepala plontosnya.

"Kayak tuyul yang ada." celutuk Najwa.

"Mana ada tuyul cakep begini."

"Cocok sih... " sahut Rani menunjuk kepala botak Farhan.

"Baju loe juga cocok, Ran. Hm loe makin sholehot aja ane tinggal mudik." timpal Farhan tersenyum genit menatap Rani. Sedangkan Rani terlihat sudah mengepalkan tangannya.

"Kalo loe Wa... " Kini Farhan beralih menatap Najwa.

"Apa? Loe berani ngomong, gue gampar." sahut Najwa garang.

"Ye makin kesini loe makin ganas aja kayak Rani." ujar Farhan tak berani melanjutkan aksinya.

"Ooo sekarang kami emang ikut Permuno alias Perhimpunan Muslimah #NoMenye-Menye! Jadi jangan macem-macem." ancam Najwa.

"Hahah jadi takut lanjutin wacana poligami nehhh." Farhan pun menciut.

"Gimana kabar kalian?" tanya Farhan lebih serius.

Rani dan Najwa mengatakan masih tidak baik-baik saja karena kasus itu. Sedangkan mendengar itu Farhan meminta maaf karena tak ada di Jogja saat dua ukhti itu sedang berjuang.

"Udah tiba-tiba ngilang, enggak ada kabar, muncul-muncul botak. Jangan jangan... " Alis Rani pun saling bertautan.

"Jangan-jangan?"

"Wahh jadi... wah wah gimana, Han? Lolos? Angkatan air, tanah, api atau udara nih?" heboh Rani.

"Itu avatar elah." delik Farhan.

"Ehh sorry, maksudnya lolos di mana? Angkatan udara, laut atau darat?" Rani menebak, kalo cowok itu pasti menghilang karena sedang mengikuti perekrutan pasukan berseragam loreng-loreng.

"Wah keren loe, Han." seru Najwa tak kalah heboh.

"Aseeeekk kudu syukuran tujuh hari tujuh malem nihhh." Rani tak berhenti selebrasi, menatap bangga kepala botak Farhan.

"Elah, ehm nggak." kilah Farhan, menggelengkan kepalanya pelan.

"Terus? Ohhh Masyaallah Tabrakallah... Labaik... Labaik." ujar Rani heboh.

"Enggak bilang-bilang Han, mau nitip doa nih." sahut Najwa, mencebikkan bibir.

"Bukan... "

"Lah terus loe botakin kepala kenapa, Jupri? Kalo enggak habis top up pahala di tanah suci sana?" cecar Rani, bingung karena semua tebakannya tak ada yang benar.

"Kepala loe kutuan, Han?" celutuk Najwa.

Farhan lalu menceritakan bagaimana kepalanya bisa menjadi botak seperti itu. Ternyata dua bulan yang lalu, dia tertangkap polisi karena nyabu bersama teman-temannya di sebuah vila saat malam tahun baru. Sejak itu, Farhan harus menjalani rehabilitasi karena kasusnya.

"Sorry, ane pasti udah ngecewain kalian." Farhan tertunduk malu di depan Najwa dan Rani.

"Loe beneran... ?" cecar Najwa, masih belum percaya sepenuhnya.

"Langsung kena mental nih ane. Baru coba-coba, langsung digrebek duluan." Farhan tertawa getir.

"Yasalam, apes banget loe, Han. Tapi alhamdulillah deh." Rani malah merasa lega mendengarnya.

"Padahal belum puas coba." celutuk Farhan yang langsung menabok bibirnya sembari memaki diri sendiri.

"Ehhh mulutnyaaaaa." delik Rani marah.

"Pengen ditabok deh Ran kayaknya." seloroh Najwa, menatap tajam Farhan.

"Itu artinya Allah masih sayang sama ane, makanya ane masih diingetin kan?"

Farhan lalu mengungkapkan penyesalannya. Selain rasa penasaran yang harus dikendalikan, dia juga sadar jika tidak boleh melampiaskan masalahnya dengan barang haram tersebut.

"Allah selalu ingetin, kita yang sering enggak peka. Dan mengakui kesalahan serta ridha dengan ujianNya adalah hal keren yang udah loe lakuin." ujar Rani menghibur Farhan.

Farhan mencoba tersenyum di antara desah penyesalannya.

"Rapi juga ya pak sipir botakin kepala loe." celutuk Rani. Rupanya kepala botak itu selalu menyita perhatiannya sejak tadi.

"Elah ini habis labaik-labaik." ujar Farhan malu-malu.

"Wah."

Farhan juga menceritakan bagaimana dia mencoba istiqamah dan membuktikan pertobatannya sepulang dari rehabilitasi. Benar-benar bukan perjalanan yang mudah baginya untuk menebus kesalahan itu.

"Hm udah waktunya, gue harus pamitan sama kalian sebelum pergi." ujar Farhan serius.

"Pergi?" koor Rani dan Najwa, bingung.

"Abah minta ane pulang biar bisa dirukyah tiap hari."

Farhan lalu mengeluarkan dua bungkusan dan memberikannya kepada dua cewek itu. Katanya buat kenang-kenangan.

"Harus banget?"

"Tenang ane bakal sering vc kalian." ujar Farhan mencoba menenangkan muka panik Rani dan Najwa.

"Ogahhh." koor keduanya, pura-pura mendelik malas.

"Gantian, waktunya buat kalian rukyah ane." bujuk Farhan.

"Siapppp."

***

Gimana ges?

Moga Farhan benar-benar bertaubat dan ke depannya terus istiqamah ya ges ya🥰

Muslimah Random (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang