Chapter 35 Si Random belum Hijrah

215 35 33
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hai Muslimah Random update lagi🥰
Moga kalian terhibur yaaa
Langsung aja capcussss
.
.
.
.

Matahari mengintip dengan berani melalui celah dedaunan dan menyorotkan sinar-sinar genitnya menembus jendela-jendela kamar. Menggoda hamba-hamba Allah agar menarik selimut kembali dan mengqada shalat subuh di waktu dhuhur nanti. Namun untunglah sejak subuh Rani sudah terbangun dan sibuk berbenah kamar tidurnya. Dia yang baru selesai mandi itu sedang mengeringkan rambutnya.

"Assalamu'alaikum sunrise." Monolognya sembari menatap keluar jendela kamar, membiarkan cahaya matahari menampar jerawat-jerawat di wajahnya.

"Ahh baru muncul loe? Telat loe ya."

"Gue udah wangi, udah cantik, nih tambah sholehot lagi."

"Tumben?"

"Jangan ngadi-ngadi loe, dari bulan kemaren gue udah enggak pernah begadang lagi." cerocos Rani.

"Halah."

"Apa? Tidur lagi? Ogah ya. Uang skincare dan seblak gue nanti enggak cair-cair." Monolognya teringat sebuah hadits, tidur di pagi hari dapat menghalangi pintu rezeki.

"Hari ini mau cerah? Panas? Atau puaanasss banget?"

"Request 'yang sedang-sedang sajaaa' karena kemaren Rani mulai ketombean, hiks. Padahal udah pake shampoo hijab."

Bahkan sang matahari pun kena mental. Jika selama ini tugasnya hanya berdzikir pada rabbNya, namun sekarang dia punya tugas baru untuk menampung curhatan random Rani itu. Memang 2 bulan sudah berlalu, tapi kelakuan muslimah satu itu sepertinya masih sama saja.

Jam dinding menunjukkan pukul 7.15 pagi. Rani memakai mukena lalu mendirikan shalat dhuha. Dalam doanya Rani memperbanyak istigfar dan memanjat syukur. Memohon ampun karena sempat terbesit dihatinya itu rasa sombong karena bisa bangun pagi dan beribadah. Karena sungguh semua itu tak terlepas dari kuasa Allah yang mengizinkan dan 'membangunkan' hambaNya di pagi hari untuk memulai kembali perjalanan di muka bumi. Serta bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada hambaNya melalui keutamaan-keutamaan waktu dhuha.

Setelah shalat dhuha, Rani terlihat sibuk memoles wajah di depan meja rias, menyemprot parfum dan memakai jilbab. Lalu ngacir ke teras rumah.

"Mau kemana pagi-pagi udah pake gincu?" seloroh Barry yang sedang mencuci mobil di halaman. Dia heran harus melihat adiknya itu memonyongkan bibir merah cabe-cabean.

"Gak kemana-mana."

Rupanya Rani sedang bersenandung. Kemana, kemana, kemana? Kuharus mencari kemana... Kekasih tercinta tak tahu rimbanya...

"Gincu merahmu itu mau kamu pamerin ke siapa? Si Jaenal?"

Jaenal adalah burung perkutut abah mereka yang nangkring dalam sangkar di teras rumah itu.

"Yasalam... dandan aja enggak boleh." protes Rani.

"Enggak ada yang bilang enggak boleh."

"Lagian ya Mas, enggak ada yang mau pamer-pamer ih. Rani tuh cuma pengen memperindah sesuatu yang ada dalam diriku ini, Mas. Salah satunya nih wajah Rani, di make-upin. Allah tuh suka sama sesuatu yang cantik dan indah. Hoo pahala kannn." cerocos Rani.

"Yayaya serah."

"Mau pamer atau tabarruj? Hmm lagian di rumah juga enggak ada siapa-siapa yang bisa digodain... "

"Siapa tau kalo kamu mau godain Jaenal." sarkas Barry yang sedang asyik membilas mobil.

"Malah Jaenal tuh yang godain Rani. Mesti Mas Barry yang ajarin dia genit kan?!" tuduh Rani.

Muslimah Random (TERBIT)Where stories live. Discover now