Chapter 29 Sefruit Ikhtiar

170 41 50
                                    

HAPPY READING!!!

.

.

.

.

Rani merebahkan dirinya di atas kasur. Seharian dia mondar-mandir masuk kelas dan mengurus kasus. Evan juga menepati janjinya karena pagi itu BEM membuat rilis pers untuk mendesak kampus agar cepat bertindak dan memberikan perlidungan hukum untuk para korban.

Memikirkan hal itu, Rani jadi teringat Umar. Karena berita yang dibuat Umar, hoaks yang dibuat Rendy pun bisa diklarifikasi. Rani segera mengambil ponsel dan menelponnya.

"Assalamu'alaikum Mas."

"Waalaikumsalam, Ran. Ada apa?"

"Hmm enggak apa-apa Mas, Rani mau bilang makasih dan minta maaf."

"Minta maaf kenapa Ran?" Umar terdengar heran di ujung sana.

"Maaf Rani tadi pagi udah ngerepotin Mas Umar, minta cepet-cepet rilis beritanya." ujar Rani merasa segan.

"Ya Allah aku kira ada apa. Santai aja." Umar terdengar menghela nafas, lega.

"Makasih ya, Mas." ujarnya senang.

Rani merasa bersyukur Umar selalu ada untuknya belakangan ini. Di saat dia merasa sedih karena apa yang dialami Najwa dan Evan yang sudah melukainya.

"Aku cuma menjalankan pekerjaanku. Malah kamu yang sudah menguras tenaga dan pikiran buat bantu para korban. Kamu bener-bener Rani yang selalu keren itu."

"Mas Umar... Mas juga kok. Mas adalah jurnalis terkeren yang pernah Rani kenal!!" ucapnya terharu, sendu.

"Kamu bisa aja. Makasih, Ran."

Senyum Rani mengembang menghiasi wajahnya. Dia merasa tiba-tiba semilir angin sedang membelai lembut hatinya. Ah Mas Umar... kamu seperti sedang mengipasi hatiku. Adem.

Di ujung sana, Umar pun merasa lega. Suara Rani sudah naik 5 oktaf dan itu adalah kabar gembira buatnya. Sudah cukup dia melihat Rani murung berhari-hari.

"Oh ya. Mas Umar masih di kantor?" kepo Rani.

"Hm i-iya, Ran?"

"Mas Umar mesti belum makan malam kan? Rani anterin makan malam ke kantor ya?!" tawar Rani kemudian.

"Eh makasih Ran. Tapi malem ini mau makan bareng Jovi sekalian ngopi di luar." selanjutnya terdengar suara Jovi mengajak Umar makan.

"Beneran, Mas?"

"Iya, ini kita udah siap otw."

"Ohhhh gitu, ya udah jangan lupa makan ya, Mas." ujar Rani.

"Iya. Semoga Allah selalu memberi kesehatan untuk kamu dan teman-teman yang sedang bantu kasus itu. Kamu harus tetep semangat, jaga kesehatan kamu... " pinta Umar.

"Siap komandan!! Aku bener-bener makasih, Mas." Rani sudah mleyat-mleyot sedari tadi.

Di ujung sana, Jovi hanya geleng-geleng kepala menatap rekan kerjanya itu. Ahh sekarang bukan rekan kerja lagi tapi mantan rekan kerja. Ya Umar dipecat siang itu ketika menemui atasan untuk menagih beritanya yang tak kunjung rilis. Sedangkan berita yang diterima Rani adalah rilisan berita yang dikirimkannya kepada media lain.

"Mar sadar... loe baru dipecat." seloroh Jovi, melihat Umar mesam-mesem menutup telepon dari Rani.

"Kalo gitu malem ini traktir kopi, Jov." nyengir Umar, terkekeh.

Muslimah Random (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang