Chapter 9 Hanya Dia

391 139 168
                                    

Assalamu'alaikum gaes!!!

Gimana dengan weekend kalian?😍😍 Gak kerasa besok udah Senin lagi ya 🥲🥲🥲

Alhamdulillah hari ini aku masih diberi kesempatan buat update kisahnya Mbak Rani si muslimah abal-abal. Mulai chapter ini ceritanya bakalan lebih seru!!! Para tokoh khususnya Rani bakal mengalami konflik lahir dan batin yang mengguncang kehidupannya sebagai muslimah. Pokoknya kalian bakal dibikin tambah geleng-geleng sama kelakuan Rani yang random dan tydack syar'iable/ukhtiable. Jadi mulai chapter ini siapin diri kalian agar tidak ikut depresot. Tengkyuuu buat kalian semua, luv luv luv.

HAPPY READING

***

Rani sedang bingung bagaimana cara mendapatkan uang untuk mengganti biaya perbaikan ponsel Umar. Karena tak mungkin dia meminta tambahan uang saku kepada abahnya, malu pemirsa. Sebagai pilihan terakhir, Rani pun memutuskan untuk pinjam uang kepada Barry.

Di teras rumah itulah Rani menemukan Barry. Dia langsung mendudukkan diri di samping abangnya yang sedang asyik berkutat dengan ponsel. Sedangkan Barry cuek saja dengan kedatangan adiknya itu. Padahal, Rani berkali-kali memainkan kaki di lantai, berdehem-dehem hingga tenggorokannya seperti sedang terkena radang, menabuh bangku yang sedang mereka duduki itu layaknya rebana, bermaksud agar Barry menyadari eksistensinya.

"Mas Barry... "

"Apa." sahut Barry tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Mas Barry laper enggak?"

"Hm... "

"Malem ini Mas Barry kepengen makan apa? Rani buatin deh... nasi goreng? Pasta? Bakmi kuah? Capcay?" ujar Rani dibuat-buat agar terdengar seramah dan semerdu mungkin.

"Kamu mau apa sebenernya?"

Barry sudah hafal dengan gelagat itu. Dia melirik Rani yang sedang menatapnya dengan wajah sok imut. Membuat Barry merinding disko.

"Enggak ada apa-apa kok. Mas Barry kan tau hobi Rani itu masakin orang... "

"Gak mau bilang ya udah. Mas juga lagi gak kepengen kamu masakin." timpal Barry, kembali fokus dengan ponselnya.

Sebenarnya bukan gaya Rani untuk berbelit-belit dan sok jaim depan abangnya. Tapi namanya orang mau ngutang ya, setidaknya harus tau adab basa-basinya. Bismillah.

"Hmm Rani mau pinjem uang... " ujar Rani.

"Buat apa?"

"Hmm... anu... "

"Anu apaan... "

"Itu Mas... Rani enggak sengaja habis ngerusakin hpnya Mas Umar."

Mendengar itu, sontak Barry menatapnya tajam.

"Tuh cerobohnya kumat lagi." rutuk Barry.

"Suerrr eh demi Allah deh, kali ini beneran musibah, Mas." kilah Rani.

"Kalo kamu gak ceroboh gak bakal jadi musibah, Ran." sarkas Barry.

"Ya Allah Rani udah bilang enggak sengaja kan, Mas... "

Agar tidak kena fitnah Barry lagi, Rani segera menceritakan detail insiden hp geprek Umar di rumah sakit.

"Ck kamu itu gangguin orang kerja aja. Makanya hati-hati, kasian tuh Umar." Barry berdecak.

Rani berdecih pelan. "Mas Umar aja enggak marahin Rani kayak gini... Hm Mas Barry emang suka lebay."

"Lebay-lebay palamu peyang!! Gimana kalo itu hp buat liputan? Umar gimana kerjanya?" Barry menoyor kepala Rani. Dia merasa adiknya itu tak punya rasa bersalah sedikitpun.

Muslimah Random (TERBIT)Where stories live. Discover now