Chapter 26 Ukhti Support Ukhti

180 46 67
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Muslimah Random update lagii
Moga kalian enjoy yaaa🥰

HAPPY READING
.
.
.
.

Siang itu, Farhan menemani Rani dan komunitasnya menyebar petisi. Mereka akan mencoba terus mencari dukungan dan pantang menyerah untuk mendesak BEM dan kampus yang saat ini masih saja bungkam.

Keduanya terlihat sedang beristirahat sejenak di depan gedung perpustakaan.

"Nih minum."

"Tengkyuuu."

Rani menerima air mineral dari Farhan dan langsung menegaknya. Tenang, dia udah baca bismillah kok gengs.

"Alhamdulillah . . . "

"Jangan capek-capek buk, nanti yang nyakitin ane... maksudnya yang minta ane buat jajanin seblak siapa?" Farhan mencoba menghibur Rani yang terlihat kelelahan.

"Farhan..."

"Gimana? Njjih Ndoro? Naon... ?"

"Jam berapa? Gue mau balik ke kelas dulu." Rani bersiap beranjak.

"Aman masih jam segini. Ayo ane anter... " Farhan pun ikut beranjak.

"Ayo Han, sekarang."

Keduanya pergi dari teras gedung dan menuju kelas. Rani terlihat lelah dan berjalan dengan gontai. Farhan yang berjalan di sampingnya itu ekstra siaga menjaga, takut jika saja ukhti itu pingsan beneran.

Memasuki koridor, mereka malah disambut riuh mahasiswa. Memang kasus pelecehan Najwa sedang panas-panasnya menjadi topik pergibahan di kampus mereka.

"Ini mah si cewek yang kegatelan, kalian tahu kan gimana kerennya Kak Rendy."

"Munafik deh."

"Ngaku aja. Khilaf kali."

"Aib kok diumbar-umbar, di medsos apalagi. Naudzubillahi min dzalik."

Mendengar itu, kuping Rani panas. Dia tak tahan dengan suara-suara jahat yang terdengar di sepanjang koridor, seolah menyangkal apa yang dialami para korban. Sedangkan Farhan yang ada di sampingnya itu gagal menahan Rani yang sudah lebih dulu menghambur ke arah mahasiswa-mahasiswi itu.

"HEH, GUE DENGER BACOTAN KALIAN SEMUA YA!!" rutuk Rani.

"Eh Mbak loe juga ngapain tiba-tiba bacotin kita juga hah?" sembur salah satu mahasiswi, tak terima.

"Karena bacotan kalian enggak mutu!" rutuk Rani tajam.

"Ohh jangan-jangan elo cewek yang sok-sokan jadi korban itu ya??" celutuk cewek lainnya.

"Wah tega banget sumpah, kita itu sama-sama perempuan." sembur Rani.

Rani enggak habis thinking dengan perkataan nyinyir dan super julid cewek-cewek itu.

"Makanya jangan sampe mengundang syahwat laki-laki, ini nih akibatnya."

"Eh sebelum bacot, suruh dulu tuh si Rendy jaga syahwatnya!!" protes Rani. Menurutnya Rendy harus dirukyah agar bisa menahan syahwatnya yang tak terkontrol itu.

"Namanya juga cowok." seloroh cewek lainnya.

"Terus kalo dia cowok halal-halal aja buat ngelecehin gitu???" rutuk Rani, miris dengan kelakuan mereka yang berusaha mati-matian membela Rendy.

"Hmm kasihan banget Kak Rendy ... "

"Inget ya, Allah aja murka banget sama cowok yang nyakitin cewek lewat omongan. Terus ini si Rendy malah udah nyakitin fisik dan mental korban. Double tuh Allah murkanya." ujar Rani.

"Hahah kenapa malah kultum sama kita, Mbak??" cibir cewek berjilbab itu.

"Hahaha." Diikuti gelak tawa lainnya.

Farhan pun terkejut. Pedas juga pikirnya omongan perempuan-perempuan itu. Farhan melihat wajah Rani yang memerah menahan amarah.

"Loe emang hobi kultum ya, Ran. Dari tadi loe udah mirip sama mamah dedeh tau." bisik Farhan yang ada di sampingnya itu, menambah delik marah Rani.

"Diem loe."

"Udah, enggak usah peduliin mereka. Kita pergi ke kelas aja ya ... " bujuk Farhan sebelum perang dunia ke 3 terjadi.

"ENGGAK."

Rani belum menyerah untuk memberantas lambe-lambe jahat itu. Farhan mau tak mau memilih menyerah.

"Terus siapa tadi yang bilang aib? Yang kalian katain aib itu, justru karena korban berani speak up, korban lain jadi ikut melapor!!" sambungnya.

"Hmmm sok-sokan." cibir mereka.

"Woya enggak apa-apa itu lebih berguna daripada kalian yang cuma bisa bacot sama nyinyir doang. Jadi muslimah yang kerjaannya cuma bisa nyinyir doang, aib juga tuh!! Hati-hati ya jangan sampai jadi beban agama kita sendiri... " rutuk Rani.

"Apaaa?" delik cewek berjilbab itu tak terima.

"Awas diketawain malaikat dari atas woii." seloroh Rani penuh kemenangan.

Rani dan Farhan pergi dari mahasiswi-mahasiswi itu dan berjalan kembali menyusuri koridor. Dari jarak beberapa meter itu, mereka melihat Evan sedang menghadang di depan kelas. Farhan memilih kabur meski Rani memohon untuk ditemani. Karena gagal menggandeng Farhan, Rani memilih terus berjalan, mencoba tak menghiraukan keberadaan Evan.

"Ran, aku mau ngomong sebentar."

"Cepetan." ketus Rani, entah kenapa hari ini dia harus bertemu dengan orang-orang yang membuatnya darah tinggi.

"Aku mau minta maaf soal kemarin. Yang udah aku lakuin ke kamu, Najwa dan semua korban itu bener-bener salah." akunya kemudian.

"Oh loe udah sadar? Bagus deh, meski pake nunggu orang-orang harus julidin BEM dulu." sahut Rani.

"Mulai sekarang aku sama BEM bakal desak kampus buat segera nyelesain masalah ini." janji Evan mencoba meyakinkan Rani.

"Itu emang tugas loe kali." cibir Rani.

Tanpa pamit, Rani segera masuk kelas.

"Maaf mas mantan, loe brengsek sih. Hikshiks" batin Rani makin patah hati.

Demi Allah Rani tak setangguh kelihatannya saat menghadapi Evan tadi. Hatinya nyesek dan sakit. Sejulid dan setega apapun itu, dia hanyalah seorang manusia biasa yang punya perasaan. Hiya.

Sedangkan Evan hanya bisa menatap Rani yang menghilang di balik ruang kelas. Dia berjanji setidaknya pada dirinya sendiri, agar tidak menjadi laki-laki yang pengecut.

***
Gimana??

Jangan contoh omongan mbak2 diatas ya tsayyy. Kita sebagai sesama perempuan emang harus saling punya empati, harus saling support. Minimal jangan nyinyir dan julid 😌

Terus,

Gimana ada tanda-tanda Evan dan Rani balikan gak nih??

Penasaran?

Tunggu di next chapter yahh
See yaaaa

Muslimah Random (TERBIT)Where stories live. Discover now