Bab 3 - Hari yang Terlupakan

2.8K 316 39
                                    

Jam di Akasha masih menunjukkan pukul 8 malam, tapi Alhaitham sudah siaga menunggu Kaveh di teras rumah. Karena sudah tidak berminat membaca Deshret Philosophy, buku yang dipilihnya untuk mengisi waktu luang kali ini adalah 101 Cara Menjinakkan Kucing Liar.

Buku seperti itu sebenarnya bukan tipe buku bacaan Alhaitham, tapi kali ini ia HARUS membacanya. Ia sedang dalam perburuan kucing berbulu emas tersulit di dunia dan buku itu diharapkan dapat membantunya.

Ketika membaca cara ke-54, suara mesin motor Kawasaki masih belum terdengar dari ujung jalan. Alhaitham mulai gelisah dan ia berkali-kali membuka Akasha-nya untuk memperbarui lokasi Kaveh saat ini.

Ketika membaca cara ke-8 untuk kedua kalinya, Alhaitham telah mencatat di dalam otaknya apa-apa saja yang harus ia lakukan pada Kaveh agar pria itu tidak lagi punya alasan untuk pergi jauh dari sisinya.

"Haruskah aku membuat kandang besi untuknya?" Alhaitham memikirkannya sejenak sebelum bergumam, "Tapi nanti siapa yang membersihkan rumah?"

"Atau kupaksa Nahida untuk memecatnya?" Lagi-lagi ia memikirkan dampaknya dan ia berakhir menyimpulkan, "Tapi Kaveh adalah arsitek terbaik di Sumeru. Kalaupun tidak jadi dosen, dia tetap memiliki proyek di luar sana."

Sungguh merepotkan. Buku di tangannya tidak berguna, begitu juga dengan otaknya. Ia pun masuk ke dalam rumah untuk menukar buku bacaan. Kali ini bukunya berjudul Kenali Kepribadian Pasanganmu.

Alhaitham membacanya sembari bersandar di pintu pagar. Ia nampak begitu tampan berdiri di bawah cahaya rembulan. Kaos hitamnya pas memeluk tubuhnya membuat ototnya menonjol, rambutnya mencolok, dan kulit putihnya bersinar.

Tetangga yang lewat sudah pasti memelankan langkah mereka ketika berpapasan dengan Alhaitham. Mereka akan membuka mulut, meneteskan air liur, dan dalam hati bersyukur pada Rukkhadevata karena bisa hidup di era yang sama dengan pria tampan di hadapan mereka.

Semua orang mengagumi visual Alhaitham. Yang masa bodoh dengannya mungkin hanya satu, yaitu suaminya sendiri yang setelah ditunggu seharian, kini akhirnya menampakkan batang hidungnya.

Alhaitham tidak mendongak saat bel motor sang suami berbunyi untuk menyapanya. Ia lega Kaveh akhirnya pulang, tapi ia tidak menunjukkannya karena kesal pada sang pasangan. Saat ini hampir tengah malam yang itu berarti Kaveh terlambat 2 jam dari perjanjian awal.

Tiin! Tiin!

"Oi, katanya mau tidur? Kenapa masih di pagar? Aku nyaris ke bar Diluc karena kukira kau mengunciku dari dalam," ujar Kaveh dari atas motor. Helm yang baru saja dilepas dari kepalanya kini diletakkannya di atas tangki motor.

Dengan tenang, Alhaitham menutup bukunya. Ia berjalan masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Melihat itu, Kaveh senang. Itu berarti Alhaitham memperbolehkannya tidur di rumah walau ia pulang terlambat.

Kaveh kemudian memarkir motornya di sebelah Audi milik sang suami, melepas tabung plastik dari punggungnya, dan dengan antusias mengikuti Alhaitham masuk ke rumah tercinta.

Hanya saja, ketika Alhaitham berada di dalam rumah, sebelum Kaveh bisa melangkah masuk, profesor dingin itu sudah menutup pintu.

Kaveh terbelalak. Dengan refleks ia menahan pintu kayu di hadapannya agar tidak tertutup.

Terjadilah peperangan antar suami di tengah malam. Alhaitham mendorong dengan raut wajah datar, sementara Kaveh mendorong dengan raut wajah masam.

Alhaitham berkata, "Kau terlambat. Sudah kubilang jika terlambat kau tidak boleh masuk rumah."

Kaveh menggeram, "Urgh, peraturan macam apa itu? Bertahun-tahun aku tinggal di sini dan kau tidak peduli aku pulang pukul berapa. Jangan hanya karena kunci rumahku ketinggalan hari ini kau bisa berbuat seenaknya."

Your Professor is Mine [Haikaveh]Kde žijí příběhy. Začni objevovat