Bab 8 - Rumah Tangga

2.2K 243 28
                                    

Peringatan: Agak NSFW 🔞

***

Satu minggu bertengkar, satu hari baikan.

Mungkin itulah pola lika-liku kehidupan pernikahan Alhaitham dan Kaveh.

Setelah satu minggu berpisah, hari ini mereka kembali bermesraan layaknya sepasang suami yang baru saja menikah. Meskipun, sampai rumah Kaveh juga berakhir marah-marah karena rumah seperti kapal pecah.

"ASTAGA! APA-APAAN INI?!" teriak Kaveh begitu ia membuka pintu rumah.

Handuk tersampir di atas sandaran sofa. Tumpukan piring yang entah sudah beberapa hari tertumpuk di atas meja tamu. Kaos kaki di sudut ruangan, sementara meja makan dipenuhi tumpukan buku tiada akhir.

Kaveh berkacak pinggang saat berkomentar, "Zaman sekarang Akasha sudah mampu menampung ribuan buku dan dokumen, tapi kenapa kau masih menimbun buku seperti ini, AL HA I THAM!"

Alhaitham tidak mengatakan apapun. Ia membuka sepatu dan kaos kakinya dengan tenang, kemudian berpura-pura tidak ada yang salah dengan rumah kapal pecahnya.

Alhaithan kemudian membantu Kaveh untuk membereskan buku-bukunya dan berkata, "Apa kau tidak lihat terbitan tahun berapa buku-buku ini? Semua ini sudah diciptakan sebelum Akasha mampu menyimpan dokumen hingga 512GB seperti sekarang."

"Dan jelaskan padaku mengapa kau perlu membaca buku sekuno itu?!"

Sebelum Alhaitham membuka mulutnya untuk menjawab, Kaveh lebih dulu memotong.

"Ah, sudahlah. Aku tidak perlu tahu. Sekarang rapikan itu semua kalau kau mau aku tinggal di rumah malam ini."

Alhaitham sangat mengerti ancaman yang Kaveh berikan padanya. Ia hanya bisa pasrah menerima fakta bahwa kini ada kartu as di tangan Kaveh yang bisa membuatnya melakukan apapun demi pria itu.

Sungguh. Alhaitham memang akan melakukan segala cara agar Kaveh mau pulang ke rumahnya. Lupakan saja perdebatan semasa muda di mana ia justru mengusir pria itu dari rumah jika terlalu sombong berkeliaran di luar sana seolah tidak membutuhkan tempat tinggal. Sekarang, Alhaitham tidak masalah berlutut dan memohon pada pria itu untuk tinggal.

Selagi Alhaitham merapikan bukunya, Kaveh mengambil celemek dari dapur dan mulai membersihkan rumah. Ia mencuci seluruh piring, memasukkan seluruh pakaian kotor Alhaitham ke dalam mesin cuci, dan mengepel lantai kelabu yang seharusnya berwarna putih mengkilat.

Karena mereka belum makan malam, setelah itu Kaveh juga berniat memasak. Ia membuka kulkas, mengacak-acak lemari penyimpanan bahan makanan, dan mulai menyiapkan kari daging pedas. Syukurnya selama ini Kaveh menyimpan bahan makanan di lemari pembeku. Dengan begitu, meski ia pulang seminggu sekali, ia masih bisa memasak tanpa harus memaki-maki Alhaitham yang tidak pernah belanja.

Setengah jam kemudian, aroma lezat rempah-rempah dan kaldu daging memenuhi rumah. Alhaitham yang baru saja selesai merapikan kamar tidurnya mendongak untuk mengintip Kaveh dari celah pintu yang terbuka dan tersenyum. Ia sangat merindukan momen seperti ini. Terakhir kali Kaveh pulang mereka tidak sempat melakukan banyak hal yang berkaitan dengan kegiatan domestik.

Alhaitham segera bergegas ke dapur. Ketika Kaveh sedang bersiul sembari mengaduk-aduk masakan, Alhaitham melingkarkan lengannya pada pinggang Kaveh untuk memeluknya erat. Diciumnya lekukan leher sang pujaan hati sebelum ia memendamkan wajahnya di sana.

Kaveh membeku. Tangannya tak lagi mengaduk, sementara mulutnya yang masih mengerucut selepas bersiul belum sempat kembali normal saat tubuhnya merasakan pelukan hangat sang suami.

"Haitham?"

Ada keheningan panjang di antara mereka sebelum Alhaitham bergumam secara tidak rasional. "Panggil aku seperti tadi."

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now