BAB 53 - Pulang

901 125 40
                                    

Tujuan Kaeya membunuh Alhaitham tentu saja untuk memusnahkan buku pengetahuan terlarang. Dan begitu nyawa profesor Haravatat itu tiada, buku dalam genggapan Dottore juga turut lenyap menjadi abu yang menyatu dengan debu.

Jelas Fatui murka. 30 tahun percobaan mereka sia-sia hanya karena satu anak durhaka yang sok menjadi penyelamat. Jika seperti ini ceritanya, mereka harus mengulang semua percobaan, mengais residu Raja Deshret, dan membangkitkannya kembali di tubuh baru. Itu akan membutuhkan waktu lama dan proses mendapatkan kekuatan Sang Dewa di masa depan juga belum tentu berhasil.

Karena sudah mencapai batas kesabarannya, Pierro menghampiri anaknya. Ia mencekik leher pemuda itu hingga kakinya terangkat dari tanah. Diluc yang berdiri di samping mereka tidak mampu mencegah karena masih syok dengan apa yang baru saja terjadi.

Pierro lalu berkata, "Kau dan ibumu adalah penyesalan terbesar dalam hidupku."

Selama ini, Pierro tahu seperti apa Kaeya tumbuh di luar sana. Ia memiliki seseorang untuk mengawasi anaknya itu siang dan malam.

Pierro menyadari potensi Kaeya untuk bergabung kembali dengan Fatui cukup tinggi. Caranya memata-matai, caranya menyusup ke sarang musuh, semua Kaeya lakukan dengan baik.

Hanya saja, dendam Kaeya pada Fatui tak kunjung berakhir. Anak itu tidak bisa diharapkan untuk berkontribusi dengan Fatui. Sekarang, Kaeya bahkan menghancurkan rencana besar Fatui dan membawa kerugian besar.

Mengingat kenangannya akan sang anak yang tidak ada baiknya, cekikan Pierro semakin kuat. Kaeya berusaha melepaskan diri dengan cara mencakar tangan ayahnya, tapi percuma. Pierro jauh lebih kuat darinya. Leher Kaeya seketika patah begitu Pierro memutuskan untuk mempererat cengkeramannya.

Begitu bunyi krak terdengar, Pierro melepaskan tangannya. Kaeya seketika terjatuh seperti boneka kayu yang rusak. Matanya yang masih terbuka melihat ayahnya pergi untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia menghembuskan napas terakhirnya.

Kaeya, pemuda yang seumur hidupnya tidak pernah benar-benar bahagia, mengakhiri hidupnya di tangan sang ayah yang dibencinya.

Meski begitu, Kaeya sudah puas. Ia telah menyelamatkan Teyvat dengan kekuatannya sendiri. Kini Rukkhadevata tidak akan menderita menanggung beban yang diperbuat Raja Deshret seperti di masa lalu.

Kemudian, di detik terakhir sebelum kematian benar-benar menjemput Kaeya, wajah Nahida muncul di benaknya.

Dewi itu awalnya tidak mengatakan apapun. Pada akhirnya, Kaeya pertama kali bertanya. "Apa kau bangga padaku, Dewi-ku?"

Nahida melangkah ke depan dan berkata, "Kau bisa mendapat akhir lebih baik dari ini, Kaeya. Sayangnya kau tidak memberi dunia kesempatan untuk menyelamatkanmu."

Selama ini Kaeya menjalani hidupnya dengan penuh ketegangan. Meski ia hidup bersama keluarga Diluc, ia tidak pernah benar-benar mempercayai mereka. Obsesinya untuk membalaskan dendam kematian ibunya sangat tinggi sampai-sampai membuatnya gila.

Kaeya mengenakan topeng kebahagiaan setiap saat. Ia membohong semua orang, bahkan dirinya sendiri.

Ia membenci Fatui, tapi tak ada hari yang ia lewatkan untuk memata-mati mantan keluarganya itu. Ia bahkan belajar beberapa trik, seperti menyegel pikiran dari Para Dewa dari salah satu anggota Fatui yang menjadi informannya.

Seandainya Nahida mengetahui isi kepala Kaeya sejak awal, mungkin Dewi itu bisa menyelamatkan pemuda tersebut dan sang sahabat, Ahmar.

Tapi semuanya sudah terjadi dan waktu tidak bisa diputar kembali. Sekarang tinggal bagaimana caranya menghadapi hari esok setelah segala kehilangan yang terjadi hari ini.

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now