PREQUEL 1 - Bab Ekstra 4

753 89 2
                                    

How They End Up Become Husbands

Bab Ekstra 4 - "Friend" from Akademiya

Begitu keluar dari bis dan menginjakkan kaki di Desa Aaru, Kaveh merasa bebas. Meski terik matahari membakar kulit, sinarnya menyilaukan, dan hembusan angin berpasir menjadikan matanya perih, pengalaman baru di tempat asing membuatnya antusias.

Ia punya waktu setengah semester untuk meneliti arsitektur permukiman di perbatasan hutan tropis dan gurun tersebut sehingga ia bisa keluar dari rumah terkutuknya yang dihuni iblis tak berperasaan. Hari-hari terasa indah tanpa Alhaitham. Ia tidak perlu beradu argumen dengan manusia kepala batu itu, ia juga dapat menjelajah gurun dan merealisasikan angannya.

Sudah lama Kaveh ingin mendalami bekas kerajaan kuno Ay-Khanoum. Meski seumur hidupnya hanya mengenal hutan tropis dan Rukkhadevata sebagai Dewi pelindungnya, ia tidak bisa mengabaikan suara gurun yang memanggilnya dari kejauhan. Seolah pulang ke kampung halaman, Kaveh segera saja merasa betah tinggal di padang pasir.

Di minggu pertama, Kaveh tidak melakukan apapun yang menyangkut penulisan ilmiah. Ia hanya berkeliling, berkenalan dengan penduduk setempat, bahkan menikmati malam di depan api unggun sembari mengacungkan arak ke angkasa.

Merupakan hal yang umum di kalangan arsitek untuk mengalami secara langsung kehidupan subjek, dalam kasus ini warga Desa Aaru, yang ingin dianalisis. Kaveh menerapkan metode tersebut sehingga tidak ada bias ketika menyimpulkan karakteristik penduduk setempat.

Di minggu kedua, barulah Kaveh mulai mencari warga yang bersedia untuk didata lebih detail rumahnya. Ia mengunjungi rumah dengan usia bangunan terlama di sana dan mulai membuat sketsa ruang dan fasad yang ada.

Syukurnya sang pemilik rumah sangat ramah padanya. Pemilik rumah yang merupakan seorang pria pedagang kaya bahkan menawari Kaveh untuk tinggal bersama selama beberapa hari agar sang mahasiswa bisa mengerjakan tugas dengan baik.

"Kau datang ke tempat yang tepat. Namaku Saman. Aku adalah keturunan ketujuh yang mendiami rumah keluarga ini," ujar pria bertubuh kekar yang hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek ketika menyambut Kaveh di teras. Pemandangan seperti itu sudah biasa ditemukan di Desa Aaru mengingat iklim gurun yang panas membuat semua orang mengenakan pakaian setipis dan seminim mungkin.

Kaveh tersenyum. Begitu dipersilakan masuk rumah, ia tak tahan untuk tidak melihat-lihat interior di dalamnya. Matanya menyala, sedangkan rambut pirangnya bergoyang ketika kepalanya menengok ke sana kemari.

"Wah, terima kasih, Paman Saman. Rumah Paman sangat indah. Jelas ukiran yang di sana, gaya tiang penopang di tengah, juga bingkai jendala di luar bukanlah gaya arsitektur Sumeru. Arsitek rumah ini dulunya pasti orang Ay-Khanoum."

Saman terkekeh. "Begitukah? Aku tidak tahu banyak soal arsitektur. Tapi kalau kau memang tertarik untuk melihat-lihat, lakukan saja. Anggap rumah sendiri."

"Jadi aku benar-benar boleh tinggal di sini?"

"Tentu saja," ujar Saman sembari menjentikkan jarinya. Tiba-tiba, seorang pria berkulit gelap dengan senyum hangat keluar dari sebuah ruangan dan memberi hormat pada sang tuan rumah. Lanjutnya pada Kaveh, "Jika kau butuh sesuatu, katakan saja pada pria di sampingku ini. Namanya Aybak. Aku akan sering pergi berkeliling Sumeru, tapi anak buahku ini tidak. Dia akan menjagamu selama kau tinggal di sini."

Kaveh mengangguk. "Terima kasih, Paman Saman dan Paman Aybak." Ia merasa beruntung bertemu dengan orang-orang baik selama menjalani penelitiannya.

Hari-hari Kaveh menjadi sangat berwarna. Di sela studinya, ia bahkan dimintai tolong oleh Saman untuk mendesain toko barunya di Caravan Ribat. Itu akan menjadi pengalaman pertama Kaveh dalam merealisasikan desainnya menjadi bangunan yang nyata.

Semuanya sempurna. Pendidikan lancar, karir dimulai dengan baik, dan banyak warga yang ingin berteman dengannya. Kaveh tidak pernah mengenal orang tuanya. Sejak kecil dibesarkan di panti asuhan, ia merasa siapapun yang tinggal bersamanya adalah keluarga. Mungkin ada pengecualian untuk Alhaitham yang membuatnya sakit kepala. Tapi kali ini, ketika ia berkumpul bersama warga Aaru, Kaveh tak lagi merasa sendiri.

Namun, tentu saja bukan kehidupan kalau keseharian 100% lancar. Roda jelas berputar. Kadang bahagia di atas dan kadang tidak sesuai keinginan saat di bawah.

Genap satu bulan Kaveh di Desa Aaru, seseorang dari Akademiya datang menyapanya. Saat itu sudah malam. Lampu jalanan sudah menyala dan layar hologram pertunjukan turnamen kartu TCG antar bangsa di Teyvat sudah ditayangkan. Kaveh bersorak penuh suka cita ketika menonton bersama Aybak dan anak buah Saman lainnya saat ada aura gelap yang menghampirinya dari arah teras rumah.

Tidak ada yang menyadari pada awalnya. Kaveh yang sudah kehilangan setengah kesadarannya akibat meneguk setengah botol arak khas Aaru juga tidak merespon. Mahasiswa arsitektur itu baru terlonjak ketika sebuah suara dalam berbisik di telinganya, "Oh, jadi ini yang kau maksud penelitian?"

Jika Kaveh adalah kucing, mungkin seluruh bulunya tengah berdiri.

Kaveh menoleh secepat kilat. Ia melebarkan mata begitu melihat mimpi buruknya. "Alhaitham?!" Ia melihat ke sana kemari, ke arah jalanan, juga gerbang desa, tapi tidak ada siapapun atau apapun yang mendukung keberadaan penghuni lain rumahnya itu. "Bagaimana bisa kau ada di sini?"

Alhaitham mengulurkan map berlambang akademiya di tangannya. Ia menjelaskan, "Kebetulan. Aku juga ada penelitian di sini."

Omong kosong! Kaveh tahu Alhaitham. Setelah berbulan-bulan tinggal bersama, ia tahu pemuda jenius itu tidak memiliki ambisi untuk melewati segala macam aturan Akademiya walau itu menyangkut kelulusannya. Selama bisa mengakses perpustakaan, dapat berdiskusi dengan profesor ternama, Alhaitham sudah puas.

Ingin melakukan penelitian secara resmi? Jelas ada maksud tersembunyi di baliknya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku sudah bilang. Penelitian."

"Bah!" Kaveh memutar bola matanya. "Aku tidak percaya. Kau mendaftarkan proposal penelitian saja sudah aneh bagiku. Kemudian, dari seluruh tempat di Teyvat, bagaimana bisa kau memilih Desa Aaru? Pasti kau datang membawa malapetaka untukku."

"Apa yang kau bicarakan?" Alhaitham mendadak acuh tak acuh. Ia kemudian melangkah melewati Kaveh dan berjalan lurus ke arah sekelompok bapak-bapak yang tengah serius menganalisis kekuatan kartu TCG di layar hologram. "Permisi. Apa Bapak-Bapak sekalian tahu ke mana saya harus melapor untuk tinggal di Desa Aaru selama beberapa waktu ke depan?"

Aybak menoleh. Ia sempat bingung bagaimana bisa ada tamu di malam hari. Desa Aaru jarang kedatangan pengunjung setelah matahari terbenam. Tapi begitu melihat gaya berpakaian khas ibukota Alhaitham dan map Akademiya di tangan, Aybak segera tahu siapa pemuda di hadapannya. "Apa kau teman Kaveh?"

"Iya," jawab Alhaitham namun segera dibantah oleh teriakan Kaveh.

"BUKAN! Kami beda jurusan. Kami tidak mengenal satu sama lain."

Melirik Kaveh sejenak, lalu melirik ke Alhaitham setelahnya. Pada akhirnya, Aybak tersenyum. "Oh, anak muda. Silakan masuk. Tinggal saja di sini jika kau memang ingin mengadakan penelitian yang sama seperti Kaveh. Tidak perlu khawatirkan masalah perizinan."

Kemudian, salah seorang anak buah Saman berbisik sedikit kencang pada Aybak. "Eh, mau kau taruh mana dia? Semua kamar sudah penuh oleh kami. Apa kau lupa?"

Aybak tetap tersenyum. "Kaveh, kan, sendirian. Tempat tidur dia cukup untuk dua orang."

" ... "

" ... "

Hari-hari bahagia Kaveh resmi berakhir. Sejak Alhaitham tiba di Desa Aaru. Tidak ada bedanya situasi di sana dengan rumah mereka di Kota Sumeru.

Kedua pemuda itu perbedaannya seperti bumi dan langit, matahari dan bulan, air dan api. Alhaitham hidup berantakan, sedangkan Kaveh pecinta kebersihan. Alhaitham selalu tidur tepat waktu, sedangkan Kaveh harus menyalakan lampu dan menggerutu tentang penelitiannya di malam hari. Alhaitham membuat Kaveh kesal, begitu juga sebaliknya.

Tapi soal kehidupan asmara, jangan ditanya. Sejak Alhaitham tahu kalau Kaveh adalah pasangannya di masa lalu, bunga cinta di hatinya merekah dan tidak ada tanda-tanda layu dalam waktu dekat.

***

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now