Bab 49 - Misi Penyelamatan

716 125 12
                                    

Butuh waktu satu jam bagi Cyno dan Diluc untuk terbebas dari penjara air yang dibuat oleh Tartaglia. Mereka rela membakar dan menyengat tubuh mereka dengan api dan air sebelum akhirnya dapat bergerak bebas.

Jubah Diluc bahkan sampai terbakar. Ia segera melepaskan jubahnya itu dan menatap Gunung Damavand dengan wajah masam. Pria itu biasanya tidak memiliki banyak ekspresi, tapi kali ini kekesalannya sudah mencapai batas. Alisnya pun bertaut, sementara bibirnya terlipat ke dalam.

Efek penjara air pada Cyno lebih buruk dari Diluc. Karena pria itu berelemen electro yang teraktivasi tiada ampun apabila terkena air, tubuhnya konslet. Pakaiannya juga gosong dan nyaris lengket dengan kulit dan butuh waktu lama untuk menyembuhkan dirinya.

"Sekarang bagaimana?" tanya Cyno pada Diluc.

Saat mereka ke gurun untuk membantu Alhaitham, mereka mengendarai mobil dari Kota Sumeru. Tapi begitu mereka mencari mobil yang Diluc bawa, Cyno menemukan bahwa tebing di dekat mereka longsor menimpanya. Ada bekas tanah gosong di sekitar patahannya.

Ia merasa dejavu. Kejadian itu tak jauh berbeda dengan saat di Dar al-Syifa. Meski begitu, bukan badai penyebabnya. Cyno yakin itu adalah ulah Diluc.

"Bisa-bisanya kau menembak ke atas tebing. Mobil kita jadi gepeng."

Sebenarnya itu ulah Cyno. Ia sempat menyambarkan petir dengan membabi buta dan membelah tebing sebagai dampaknya. Tapi karena Diluc merasa tidak ada gunanya berdebat, ia memilih untuk tidak berkomentar. Ia pun berkata, "Kita bisa cari mobil Fatui dan menggunakannya ke Oasis Abadi yang Alhaithan maksud."

"Mobil Fatui?" Cyno tertawa mengolok. "Lihat sekelilingmu. Semuanya sudah meledak. Tidak ada yang tersisa untuk kita."

Diluc meraih sabernya yang sempat terlempar dan ia menggenggamnya dengan erat untuk melampiaskan amarah. Ia bergumam pada dirinya, "Bagaimana bisa lagi-lagi seseorang mati di hadapanku?"

Dulu ayahnya. Diluc tak mampu melawan monster dan berakhir dilindungi oleh sang ayah hingga mati mengenaskan di lengannya.

Sekarang Alhaitham. Kekuatan Diluc mungkin sudah meningkat untuk membantu Alhaitham melawan musuh namun tetap saja hasilnya sama-sama buruk.

Kemudian, Cyno menepuk pundaknya. Mahamatra itu berkata, "Jangan sedih. Alhaitham masih hidup. Kita hanya perlu mengeluarkannya dari peti."

"TAPI BAGAIMANA CARANYA?!" Bentak Diluc yang membuat Cyno terkejut. Sekujur tubuh pria itu gemetar. Bisa dibilang, Alhaitham adalah salah satu dari segelintir orang yang menjadi temannya. Dan jika status pertemanan itu sudah disandang, hati Diluc akan tersayat jika sesuatu terjadi pada mereka.

Di tengah kekalutan isi otak Diluc, tiba-tiba suara roda mobil yang berputar susah payah melawan pasir terdengar dari kejauhan. Karena Diluc dan Cyno sedang dalam mode waspada, mereka segera menoleh ke arah sumber suara.

Mengejutkannya, entah mendapat bantuan dari Dewa atau Dewi mana, sebuah mobil yang Cyno kenal datang menghampiri. Itu adalah mobil kecil yang hanya muat empat orang. Warnanya berwarna hijau tua yang sudah mulai kusam dan ada banyak goresan akibat termakan usia.

Tighnari datang dari wilayah hutan tropis ke gurun mengendarai hobil patroli milik pelindung hutan setempat. Wajah tegangnya seketika nampak lega begitu ia menemukan Cyno.

Melihat pakaian robek-robek sang Mahamatra, Tighnari segera menghentikan mobil dan berlari ke arah sang suami. Ia memeluk Cyno erat-erat sebelum memindai sekujur tubuh pria di hadapannya.

"Apa kau baik-baik saja?"

Cyno mengangguk. "Jangan khawatir. Tidak ada yang buruk dari luka ini."

"Tapi bagaimana bisa ini terjadi? Apa yang mereka lakukan padamu?"

Your Professor is Mine [Haikaveh]Место, где живут истории. Откройте их для себя