Bab 34 - Wasiat

978 132 18
                                    

Di sepanjang perjalanan pulang, Kaveh terus saja mengomeli Alhaitham. Pria itu menyebutkan kesalahan suaminya mulai dari saat mereka masih menjadi mahasiswa hingga detik itu.

Sejak Alhaitham mendapatkan kekuatan Raja Deshret, kepribadiannya berubah menjadi lebih hangat. Namun, Kaveh terus menyalahkan sikapnya yang dingin di masa lalu.

Sebagai Raja Deshret juga salah di mata Kaveh. Pria itu terus menerus menggerutu tentang ketidakadilan di antara mereka. Kekuatan yang berbeda menjadi kesalahan Alhaitham yang enggan menjadi manusia biasa saja.

Energi Kaveh seolah tidak ada habisnya untuk memaki sang suami. Ketika mobil tiba dan mereka sudah masuk rumah, tetap saja Kaveh mengomel.

"Alhaitham! Lihat itu! Lihat semua lilin itu! Pengharum ruangan itu! Pemutar musik itu! Aku melakukan semua ini karena merasa bersalah sudah meninggalkanmu ke Liyue. Sekarang, aku tidak lagi merasa kasian padamu. Tadi Kaeya mengatakan sesuatu soal tragedi yang menimpanya di Liyue. Ia menyebutnya sebagai kutukan karena membuat suami orang kesal. Aku yakin kalau semua malapetaka itu karena ulahmu!"

Rasanya Alhaitham ingin meremas kepala Kaeya sialan itu.

Karena Kaveh sudah menebaknya, Alhaitham tidak berusaha menutupinya. Sejak ribuan tahun yang lalu, ia memang terang-terangan atas tindakan yang ia lakukan.

Alhaitham berkata, "Kalau aku yang melakukannya, memangnya kenapa? Aku sedang memberinya pelajaran agar jera."

"Pelajaran apa yang kau berikan?! Dia bukan mahasiswamu."

Alhaitham menjawab, "Tapi ia merebut istriku!"

"I-istrimu?" Mendengar Alhaitham memanggilnya dengan sebutan yang harusnya untuk gender lain membuat Kaveh tergagap.

Sejak lama, hal-hal feminin dianggap sebagai yang anggun, lembut, cantik, dan yang perlu dilindungi. Meskipun kesetaraan gender ada di Teyvat, orang-orang yang mendapat sebutan feminin kebanyakan wanita. Ketika seorang suami memanggil pasangan wanitanya dengan sebutan "istri", itu seperti rayuan kuat dari yang keras untuk yang lembut.

Dalam pernikahan Alhaitham dan Kaveh, yang keras atau yang disebut suami sudah dipastikan Alhaitham. Sementara itu, yang lembut dan feminin adalah Kaveh. Meski begitu, Alhaitham tidak pernah menyebut Kaveh sebagai istrinya. Istri untuk wanita dan jelas tidak pada tempatnya jika memanggil Kaveh yang seorang pria dengan sebutan itu.

Hanya ketika Alhaitham gagal membedakan Kaveh dan Nabu Malikata, ia menganggap pasangannya sebagai istrinya. Dan menurut Kaveh, entah mengapa itu seksi.

Sepertinya Kaveh sudah sepenuhnya mabuk sekarang. Ia hilang akal dan tidak lagi bisa membedakan mana yang salah dan benar.

Selagi Kaveh hanyut dalam pikirannya, Alhaitham berkata, "Sudahlah. Berhenti bertengkar. Hari sudah malam dan saatnya kita tidur."

Kaveh melebarkan matanya. "Ti-tidur?!"

"Iya. Apa kau tidak mengantuk?"

"Tapi besok hari Minggu."

Alhaitham tahu ke mana arah pembicaraan Kaveh, tapi ia tidak menginisiasi apapun. Ia membiarkan Kaveh mengatakan keinginannya sendiri.

Dengan percaya diri, Alhaitham bertanya, "Memangnya kenapa kalau besok hari Minggu?"

"Ya, kita tidak perlu khawatir jika bangun siang, bukan?"

"Hmm, biasanya kau ada pertemuan di hari Minggu. Tidak pergi menemui Rana untuk membahas perjalanan ke Liyue?"

"Aku bisa melakukannya Senin. Kasihan anak itu jika aku terus menerus mengajaknya bertemu. Kapan dia bisa mengerjakan PR-nya kalau begitu."

"Lalu, bagaimana denganmu? Apa kau tidak ada PR?"

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now