Bab 48 - Oasis Abadi

844 124 23
                                    

Ribuan tahun yang lalu, Ahmar pernah menghabiskan energinya untuk menyegel pengetahuan terlarang. Ia dapat merasakan daya hidupnya mengalir melalui nadinya sebelum terlepas begitu saja ke arah buku yang menjadi kutukan itu

Satu demi satu, ingatan akan orang-orang yang dicintanya dan masa kejayaan yang penuh tawa canda terbesit di benaknya. Dalam hati, ia menyadari inilah akhirnya, akhir dari segala penderitaan yang disebabkannya, baik pada orang lain maupun pada dirinya sendiri.

Sekarang, apa yang Alhaitham rasakan ketika Fatui merenggut kekuatannya sangat berbeda dengan apa yang ia rasakan di masa lalu.

Di dalam mesin yang memerangkap sekujur tubuhnya, Alhaitham tidak mendapatkan secercah harapan meski hanya dalam imajinasinya saja. Nama Kaveh bahkan tidak terlintas di benaknya sama sekali. Ia tidak mengkhawatirkan belahan jiwanya itu. Ia tidak sempat memikirkan apa yang terjadi pada Kaveh dan calon anaknya ketika ia tiada nanti. Kaveh mungkin akan menangis histeris sepanjang malam selagi berkabung atas kematiannya, tapi Alhaitham tidak bisa membayangkannya.

Sakit fisik dan mental yang Alhaitham rasakan tidak memberinya kesempatan untuk mengingat orang yang dicinta. Hanya kata-kata "inikah akhirnya?" yang Alhaitham dapat pertanyakan di dalam lubuk hatinya.

Namun, ketika Alhaitham sudah menyerah dan membiarkan matanya tertutup, tiba-tiba ikatan di tubuhnya terlepas. Ia jatuh lemas di atas mesin dengan kesadaran yang kian menipis, tapi napas belum habis.

Dari segala penderitaannya selama beberapa menit terakhir, Alhaitham masih diberi kesempatan untuk hidup kembali. Entah sebagai Ahmar atau hanya sebagai Alhaitham seorang, ia tidak peduli. Selama ia masih bisa melihat Kaveh, ia sudah lega.

Ah, benar.

Kaveh.

Alhaitham baru ingat. Saat ini pujaan hatinya itu sedang dalam perjalanan entah ke mana. Jika diingat-ingat arah terbangnya sang arsitek, Alhaitham memiliki sebuah dugaan.

Dipaksanya mata untuk terbuka. Dari lapisan kabut air matanya yang dikeluarkan ketika menahan rasa sakit tadi, ia mencari Diluc atau Cyno untuk diberinya perintah.

Sayangnya, bukannya Mahamatra atau keturunan Ragnvindr yang ia temui. Begitu pandangannya mulai jelas, ia hanya bisa melihat kimono khas Inazuma yang dikenakan oleh Scaramouche yang tengah berdiri di hadapannya. Begitu Alhaitham mendongak, buku berwarna merah darah yang menjadi mimpi buruknya sudah ada di tangan pemuda tersebut

Tawa puas Tartaglia terdengar nyaring dark samping Scaramouche. Pria jangkung itu segera merebut buku terkutuk dari rekannya dan berkata, "Kerja bagus, Scara. Sekarang kita tinggal mencari kuncinya."

Mata Alhaitham melebar.

"Ku-kunci? Apa maksudmu dengan kunci?" Dengan sedikit kekuatannya yang tersisa, Alhaitham bertanya karena tak mengerti apa rencana Fatui begitu berhasil merebut pengetahuan terlarang yang mati-matian ingin ia musnahkan.

Dottore yang mendengar pertanyaan itu menjawab, "Wah wah wah. Sepertinya kau belum pernah mencoba membuka buku ini setelah kau bangkit."

Alhaitham menatap Dottore meminta penjelasan.

"Karena suasana hatiku sedang baik, akan aku jelaskan." Dottore mengambil buku pengetahuan terlarang dari tangan Tartaglia dan mencoba untuk membuka sampulnya. Tapi begitu Dottore menyelipkan kukunya pada tepi halaman, buku itu berpendar lemah seolah terusik oleh pria yang lancang mengganggunya.

Alhaitham sekarang mengerti. Meskipun kembali utuh karena kebangkitannya, buku itu tidak bisa dibuka.

Situasi ini sama persis ketika Alhaitham menemukan buku tersebut untuk pertama kalinya dulu. Saat itu bahkan membutuhkan seluruh kekuatan Nabu Malikata untuk membukanya. Begitu ia mendapatkan pengetahuan terlarang, sang istri harus meninggal dunia sebagai gantinya.

Your Professor is Mine [Haikaveh]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang