Bab 56 - Tarian

1K 145 20
                                    

Alhaitham adalah pria yang jenius. Setelah kehilangan pengaruh Raja Deshret sepenuhnya, ia juga kembali menjadi dirinya yang tenang seperti sebelumnya. Cukup satu kali saja dijelaskan, ia sudah mengerti apa yang terjadi selama beberapa hari ke belakang. Ia tahu Fatui gagal mendapatkan buku pengetahuan terlarang dan ia mati sebagai salah satu dampaknya.

Yang Alhaitham tidak habis pikir adalah apa yang Kaeya lakukan. Sejak awal ia telah mencurigai pria tersebut. Tapi ketika ia berusaha untuk mencari tahu latar belakangnya, ia diingatkan oleh Barbatos untuk tidak terobsesi dengannya.

Seiring berjalannya waktu kebenaran terungkap. Siapa ayah Kaeya, siapa ibu Kaeya, apa hubungan mereka dengan Alhaitham dan Kaveh, semuanya terbongkar.

Hanya saja, siapa Kaeya?

Pria itu lebih dari sekadar anak malang yang kehilangan ibunya setelah menyelamatkan orang lain. Pria itu lebih dari sekadar anak penjahat yang memporak-porandakan Teyvat.

Pria itu memiliki identitasnya. Seorang ksatria dari Mondstadt. Seorang saudara, sahabat, dan juga teman yang selalu berbagi kehangatan.

Setelah mendapatkan banyak pengetahuan dari Irmisul, Alhaitham memahami sesuatu. Kaeya jelas bukan orang jahat. Bisa dibilang, ia adalah pahlawan dalam kasus kali ini.

Kaeya mungkin terobsesi untuk balas dendam pada ayahnya, tapi apakah pria itu membunuh orang yang dibencinya?

Jelas Kaeya memiliki kesempatan untuk melakukannya di Oasis Abadi, tapi ia lebih memilih untuk membunuh Alhaitham.

Mengapa ia melakukannya?

Itu karena Kaeya tahu betul siapa itu Fatui melebihi siapapun.

Kaeya sudah memperingatkan Raja Deshret sebelum pergi ke gurun untuk memulai pertempuran, tapi sang raja terlalu percaya diri untuk mendengarkan masukan dari manusia biasa.

Kaveh mungkin berencana untuk memberikan buku pengetahuan terlarang karena berpikir Dewa-Dewi lain akan membantunya untuk melawan Fatui di masa depan namun Kaeya jelas tahu itu tidak akan terjadi.

Yang datang ke gurun hanya 4 dari 11 petinggi Fatui. Itu berarti, masih ada jauh lebih banyak pasukan mereka di luar sana yang belum Alhaithan temui. Dan melawan kurang dari setengahnya saja Alhaitham harus mati dan Kaveh kehilangan kekuatan Dewi-nya. Alhaitham tidak bisa membayangkan jika Tsarisa turun tangan langsung membantu pasukannya.

Jika Alhaitham berada di posisi Kaeya, ia jelas akan membunuh dirinya sendiri.

Alhaitham memikirkan itu semua saat Kaveh menciumnya. Ia masih terlalu hanyut dalam kejadian di Oasis Abadi yang Tighnari dan Cyno ceritakan sebelumnya sampai-sampai ia tidak terlalu memerdulikan perasaan pujaan hatinya yang baru saja berkabung untuknya.

Demi Kaveh, Alhaitham pun mengabaikan semua yang ada dibenaknya untuk beberapa saat. Ia memejamkan mata untuk merasakan kehangatan yang diberikan sang terkasih dan membiarkan Kaveh mencuri napasnya dalam ciuman.

Setelah Kaveh puas melampiaskan rasa rindu, Alhaitham dan yang lainnya keluar dari Sanctuary of Surasthana. Sorakan dan pujian pada Dewa-Dewi yang dilontarkan oleh mahasiswa segera menyambut mereka di pelataran.

Alhaitham secara refleks meraba telinganya untuk mengaktifkan penyumbat telinga, tapi yang ia temukan hanyalah hiasan telinga khas gurun yang biasa Raja Deshret kenakan di masa lalu.

Ini sungguh keterlaluan.

Belum lagi ketika pencari berita di Sumeru yang tanpa takut maju ke depan untuk mewawancarainya. Alhaitham malas menjelaskan dan mendorong Kaveh sebagai penggantinya.

"Dewi, umn, maksudku Dewa Bunga. Maafkan kami atas kelancangan kami ketika mengajukan beberapa pertanyaan. Ini semua demi pengetahuan atas apa yang terjadi di Sumeru beberapa hari ini. Mohon kebijaksanaannya."

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now