PREQUEL 1 - Bab Ekstra 3

848 94 22
                                    

How They End Up Become Husbands

Bab Ekstra 3 - Past Lovers

Sejak malam itu, Alhaitham dilanda kekalutan. Butuh waktu berhari-hari baginya untuk memproses segalanya. Ia tak lagi mengganggu Kaveh dengan perdebatannya yang berlebihan. Ia lebih memilih untuk diam mengamati sembari menguak rahasia hubungannya dengan sang pujaan hati di masa lalu.

Merasa aneh dengan gerak-gerik Alhaitham, Kaveh menegurnya di sore hari. "Mengapa kau memelototiku seperti itu? Sekali dua kali aku bisa mengabaikannya. Masalahnya kau seperti ini sudah lebih dari seminggu! Apa kau sudah gila?"

"Siapa yang memelototimu? Tidak baik jika seseorang terlalu percaya diri."

BRAK!

Kaveh menggebrak meja makan dengan kedua tangannya. Ia mencondongkan tubuhnya untuk mengintimidasi Alhaitham yang tengah duduk di seberangnya.

Wajah mereka bertemu. Jarak yang hanya sejengkal membuat Alhaitham membeku sejenak.

Mata Kaveh menyipit saat berkata, "Kau! Apa yang ada di otak berlubangmu itu, Alhaitham? Kau tidak sedang merencanakan pembunuhanku agar kau bisa menguasai rumah ini sendirian, bukan?"

Alhaitham menyeringai. Ia tidak takut dan ia menggunakan cara Kaveh untuk berbalik mengintimidasi. Wajahnya dimajukan dan jarak di antara mereka menjadi tak lebih dari lebar tiga jari. Napas panas Kaveh dapat ia rasakan dan darahnya mendidih antusias karenanya.

Alhaitham ingin melakukan sebuah percobaan pada Kaveh tanpa sepengetahuan pemuda itu. Ia pun berkata, "Kaveh, belakangan ini kau sering mengigaukan nama seseorang. Apa kau memiliki kekasih?"

"Apa?" Mata Kaveh melebar. "Apa yang kau bicarakan? Mana mungkin aku sempat berkencan di saat tugasku dari Akademiya menggunung."

"Benarkah? Kalau begitu, apa kau sedang jatuh cinta?"

"HAH?"

"Siapa pria itu, Kaveh? Kutebak, dia lebih jelek dariku."

"ALHAITHAM!"

"Aku yakin tubuhnya kurus kering, kepribadiannya lembek, dan otaknya konslet."

"Kau!" Kaveh mendengus. Ia menghindar dari pemuda di hadapannya dan kembali berdiri tegak. Dilipatnya tangan di dadanya selagi ia berkata, "Aku tidak punya seseorang yang kucinta sekarang. Tapi kalau aku punya, jelas dia adalah pria berkualitas."

"Oh ya?" Alhaitham menyeringai. Ia tak menyangka Kaveh tidak meralatnya ketika ia menyebutkan pria dan bukannya wanita.

Kaveh mengangguk sembari menerawang kejauhan. Ia teringat akan mimpi-mimpi acaknya. Di sana selalu ada seorang pria yang sama sedang menemaninya. Ia tidak pernah begitu jelas melihat wajah pria tersebut, tapi ia ingat lekukan tubuh yang selalu disentuhnya dalam mimpi.

Kaveh berkata, "Dia pasti sangat tampan. Dadanya bidang, otot perutnya berundak, dan ia memiliki banyak kebijaksanaan di hatinya."

"Oh? Tapi aku juga tampan, memiliki dada bidang, dan otot perut yang berundak. Aku juga seorang mahasiswa Haravatat. Aku memiliki kebijaksaan di atas rata-rata. Apa bedanya pria khayalanmu itu denganku?"

Kaveh tertawa. "Hahahahaha. Kau memiliki kebijaksanaan? Omong kosong apa yang kau ucapkan? Menerimamu sebagai mahasiswa adalah satu-satunya kesalahan Haravatat selama seabad ke belakang."

"Hmm, baiklah, baiklah. Kebijaksaan tidak bisa dinilai secara objektif. Kalau begitu ...." Alhaitham menarik tangan Kaveh hingga pemuda itu nyaris terjatuh di atas meja makan. Dengan penuh dominansi, Alhaitham kemudian meletakkan tangan di genggamannya itu di atas dadanya. "Bagaimana dengan ini? Apa menurutmu ini kurang cukup untuk membuktikan kalau tubuhku lebih hebat dari imajinasimu?"

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now