Bab 9 - Kenikmatan Oasis Abadi

2.5K 233 12
                                    

Peringatan: agak NSFW 🔞

***

Semalam sungguh luar biasa. Jelas mereka melakukan banyak hal dalam berhubungan seksual selama tujuh tahun pernikahan, tapi apa yang terjadi semalam berbeda. "Kenikmatan Oasis Abadi" yang Alhaitham sebutkan dan cara pria itu memanggil Kaveh seolah ia adalah seorang Dewi membuat perasaan di antara mereka sedikit berbeda dari biasanya.

Alhaitham seperti binatang buas yang sedang berahi. Ia seperti sedang kerasukan dan menekan Kaveh di atas kasur dengan sangat kasar. Meski begitu, Kaveh tetap bisa merasakan cinta pria itu padanya hingga ia tidak bisa untuk menahannya melakukan apapun yang ia suka.

"Kau adalah milikku!" ujar Alhaitham di tengah geramannya yang begitu seksi.

"Apa kau bisa merasakan Kenikmatan Oasis Abadi milikku? Aku menyemprotkannya ke dalam rahimmu. Kau tidak pernah mengatakannya, tapi aku tahu kau mencintaiku. Kau jelas bersedia untuk mengandung anakku. Dewi-ku, kita akan menjadi orang tua yang hebat sebentar lagi."

Alhaitham mana mungkin mengatakan hal-hal tidak masuk akal seperti itu? Kaveh pikir ia mengenal sang suami luar dan dalam, tapi yang semalam itu jelas tidak ada dalam kamusnya.

Alhaitham seperti orang yang berbeda.

Masalahnya, bukan hanya si kutu buku itu. Kaveh pun merasa dirinya juga bukan dirinya sendiri.

"Yang mulia, ah ... pe-pelan-pelan," itu adalah desahan cabulnya sepanjang malam.

Apa Kaveh sudah gila? Bagaimana bisa ia memanggil Alhaitham dengan sebutan Yang Mulia? Ia bahkan begitu lemah di atas ranjang. Tidak ada inisiatif, tidak juga beradu dominansi dengan Alhaitham seperti biasa yang mereka lakukan.

Pagi harinya, ketika mereka membuka mata untuk menyambut sorotan sinar mentari dari jendela, keduanya sama-sama malu. Alhaitham bahkan tidak berani menatap Kaveh terlalu lama. Pria itu buru-buru turun kasur dan dengan kikuk berkata, "A-aku akan menyiapkan sarapan untukmu. Kau mau teh atau kopi?"

"Urgh!" Kaveh bangun dengan kepala yang berdenyut. Jawabnya ringan, "Susu hangat. Jangan lupa tambahkan madu."

Mendengar itu, Alhaitham membeku. Susu hangat dengan madu adalah minuman kesukaan Nabu Malikata. Di masa lalu, jika Raja Deshret sedang tidak sibuk, ia akan menyiapkan sarapan untuk pujaan hatinya. Ia menyeduh susu hangat dan membuat roti yang ditaburi serbuk gula. Mereka akan sarapan bersama di taman dan Nabu Malikata menari untuknya.

Gurun pasir sangatlah tandus, tapi setiap Nabu Malikata melangkah, bunga bermekaran di atas jejak kakinya. Raja Deshret biasanya akan memetik setangkai padisarah dan menyematkannya di antara helaian rambut pirang Dewi-nya.

Ia akan memeluk Nabu Malikata dari belakang dan berbisik, "Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Terima kasih sudah berada di sisiku dan menemaniku."

Nabu Malikata akan memutar tubuhnya untuk menatap sang raja dan tersenyum. "Aku sudah berjanji padamu. Apapun yang terjadi, apapun yang kau lakukan untuk negeri ini, aku akan berada di pihakmu. Gapailah anganmu, Ahmar. Jangan takut karena aku akan selalu ada di sini untuk menemanimu."

Ingatan dari masa lalu mendadak menerjang benak Alhaitham dan membuatnya sakit kepala. Sepertinya ia juga memerlukan susu hangat seperti pesanan reinkarnasi Nabu Malikata di hadapannya.

Alhaitham lalu pergi ke dapur. Biasanya susu diminum dari gelas tinggi, tapi kali ini ia memilih cangkir rendah seperti yang Nabu suka. Ia memberi dua sendok teh madu untuk kemanisan yang pas di lidah Sang Dewi sebelum menghangatkan roti yang biasa ia beli untuk sarapan setiap harinya. Tak lupa ia menaburkan bubuk gula sebelum meletakkannya di meja makan.

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now