PREQUEL 1 - Bab Ekstra 1

1.3K 108 17
                                    

How They End Up Become Husbands

Bab Ekstra 1 - Roommates

Akhir semester empat di tahun kedua adalah hari-hari yang mendebarkan bagi para mahasiswa Akademiya. Bagaimana tidak? Nasib mereka ditentukan dari nilai kumulatif selama dua tahun menimba ilmu di universitas terbaik di Teyvat.

Mahasiswa dengan nilai kumulatif rendah siap-siap saja harus didepak dari Akademiya. Bukannya gelar sarjana yang disandang, mereka malah pulang membawa malu pada keluarga di rumah.

Terkesan jahat memang. Terlebih lagi, standar Akademiya jauh di atas universitas lainnya. Bisa dibilang, mahasiswa dengan peringkat terakhir di Akademiya merupakan mahasiswa berprestasi apabila kuliah di negara lain.

Hukuman kejam Akademiya itu sudah terkenal seantero Teyvat. Meski begitu, tetap saja ada ribuan mahasiswa lokal maupun luar Sumeru yang berbondong-bondong mendaftarkan diri mereka untuk menimba ilmu di sana.

Apa alasannya?

Itu karena Akademiya memberikan banyak manfaat bagi orang-orang yang serius ingin belajar dan mengembangkan potensi diri mereka.

Semakin berprestasi mahasiswa, semakin banyak kemudahan hidup yang didapat.

Misalnya saja, mahasiswa yang berhasil mendapat nilai kumulatif di atas ambang batas pada semester empat berkesempatan untuk mendapat pendanaan riset yang bernilai puluhan jutaan mora.

Tidak ada batasan waktu juga untuk riset mereka. Ada mahasiswa yang 10 tahun belum lulus, tapi penelitiannya tetap didanai karena topik yang dipilihnya menyangkut hal krusial di Teyvat.

Sepuluh mahasiswa dengan nilai tertinggi di setiap fakultas juga mendapatkan manfaat tambahan. Beasiswa sudah pasti di tangan. Jika mereka berminat menjadi dosen atau peneliti yang mengabdi di Akademiya, ruang kerja sudah disiapkan untuk mereka di Akademiya.

Dan untuk mahasiswa terbaik di setiap fakultas, ada hadiah tambahan dari Akademiya.

Terlepas dari biaya penelitian, hidup mereka ditanggung sepenuhnya oleh universitas. Makan di kantin gratis, biaya transportasi ditanggung, bahkan mereka mendapat uang saku rutin setiap bulannya.

Tak hanya itu, mereka juga diberi kediaman yang layak alias rumah untuk tinggal.

Ya. Rumah.

Sekali lagi .... RUMAH!

Bagi mahasiswa yang merantau dan kondisi ekonomi mereka di bawah rata-rata, penawaran itu sangat menggiurkan. Bisa dibilang, tujuan dari setengah mahasiswa Akademiya yang belajar di akhir semester empat adalah untuk mendapatkan hadiah utama tersebut.

Mungkin hanya Alhaitham yang tidak tertarik. Mahasiswa dari Haravatat itu hanya tahu belajar, belajar, dan belajar. Ia datang ke Akademiya bukan untuk mendapatkan huruf A dalam laporan semesternya. Ia memang serius mencari ilmu tanpa memusingkan ujian. Dan justru orang seperti dialah yang dihargai Akademiya.

Dan tentu saja hasil tidak akan mengkhianati proses. Orang-orang seperti Alhaitham-lah yang menjadi peringkat pertama di setiap fakultas.

Di awal semester lima, pemuda berambut perak itu sudah dapat menghuni rumah baru di komplek hunian Akademiya.

Selama ini Alhaitham tinggal di rumah neneknya seorang diri. Rumah masa kecilnya telah lama dijual untuk membayar kebutuhan sehari-hari sang nenek dan dirinya. Kemudian ketika neneknya meninggal beberapa waktu yang lalu, Alhaitham berniat menjual rumah mereka juga agar ia bisa membeli rumah yang lebih dekat dari Akademiya.

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now