Bab 13 - Dar al-Syifa

1.6K 193 37
                                    

Peringatan:
Mungkin pejalanan kali ini akan berbeda dengan lore genshin. Lagi pula sejak awal Alhaitham dan Kaveh pun bukan reinkarnasi dua Dewa-Dewi Sumeru 😁

*
*
*

Nasi biryani sungguh lezat. Berbagai macam rempah Sumeru yang ditambahkan saat menanak beras basmati membuat aromanya begitu semerbak. Daging berkualitas yang direbus hingga nyaris hancur membuatnya lumer di mulut.

Sarapan Kaveh pagi itu sungguh nikmat. Teh susu yang dihidangkan dengan es membuat teriknya matahari gurun tidak terlalu menyiksa.

Selesai makan, Kaveh bersandar dengan malas di dinding restoran sembari menepuk-nepuk perut buncitnya. "Ah, aku kenyang."

Alhaitham melirik pasangannya tanpa tahu harus berkomentar apa. Perlu diakui, makanan rekomendasi Kaveh memang nikmat. Pada akhirnya, ia berkata, "Minta resepnya pada pemilik kedai agar kau bisa memasaknya di rumah."

Mendengar itu, Kaveh memutar bola matanya. "Kau hanya mencari alasan untuk membuatku memasak. Mengapa tidak kau minta saja sendiri dan kau yang memasaknya?"

"Untuk apa aku memasaknya? Yang suka, kan, kau."

"Tapi kau bisa memasaknya untuk diberikan padaku, bukan?"

Alhaitham dengan tenang menyeruput teh susu hangatnya sebelum menjawab, "Aku tidak suka memasak."

"Urgh. Kau sangat menyebalkan."

Melihat Alhaitham dan Kaveh berdebat membuat Kaeya sakit kepala. Untuk melerai mereka, ia berakhir menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan ekspedisi. "Ngomong-ngomong, kapan pemandu gurun yang kau ajak kerja sama tiba?"

Kaveh buru-buru menegakkan tubuhnya dengan mata berbinar. "Oh, maksudmu Azariq?"

Kaeya mengangguk.

"Harusnya dia datang pagi ini. Sebentar. Biar aku hubungi dia." Setelah sibuk dengan Akasha-nya untuk beberapa saat, Kaveh melanjutkan, "Dia sudah melihat kita di sini, tapi tidak segera datang karena masih harus menunggu rekannya."

"Memangnya kapan rekannya datang?" tanya Rana penarasan.

"Katanya sekarang masih di Sumeru, ah, maksudku Kota Sumeru. Jadi mungkin sekitar tiga jam lagi."

"...."

"...."

"...."

Apa-apaan itu? Kalau rekannya ternyata ada di Kota Sumeru, sekalian saja mereka berangkat bersama pagi tadi. Sekarang mereka jadi harus menunggu tiga jam tanpa melakukan apapun.

Bisa dibilang, pemandu kesiangan itu membuat mereka memiliki agenda tambahan berwisata dadakan.

Untuk mengisi waktu luang, Alhaitham, Kaveh, Kaeya, dan Rana memutuskan untuk menjelajah Desa Aaru.

Mereka berbelanja banyak makanan instan untuk perbekalan, membeli suvenir untuk oleh-oleh, dan lain sebagainya.

Mereka juga bertemu Azariq di gerbang desa. Pria yang berasal dari salah satu suku gurun itu memiliki tubuh kekar dan berwajah garang yang membuat Kaeya dan Rana lega karena yakin Azariq bisa melindungi mereka di gurun pasir.

Kaveh tertawa bangga sembari menepuk-nepuk punggung penuh otot Azariq. "Haha. Tenang saja, teman-teman. Gurun adalah taman bermainnya. Ia tahu segalanya dan pandai bertarung. Dulu waktu aku kuliah, dia membantuku melawan buaya di oasis. Dia membunuhnya dan kami pesta daging malam itu."

"...." Mendengar itu, Alhaitham sangat-sangat tidak nyaman. Dengan suara dingin, ia lalu berkata, "Kau berniat survei reruntuhan atau berburu buaya? Yang kita butuhkan adalah orang berotak, bukan berotot."

Your Professor is Mine [Haikaveh]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang