Bab 50 - Sebuah Pilihan

733 123 19
                                    

Selagi Kaveh bermeditasi, Dori merasakan kekuatan aneh yang datang dari gua yang menjadi pintu masuk Oasis Abadi. Perlahan, suara mobil besi terdengar melewati bebatuan yang terjal dan Dori segera melesat ke mulut gua untuk mencegah siapapun yang mengganggu proses Kaveh mendapatkan kembali kekuatan Nabu Malikata.

Dori memasang barier suara di sana. Dinding pelindung yang berpendar kemerahmudaan segera menjaga ketenangan di dalam oasis dari gangguan luar.

Kemudian, Dori berdiri di sana menatap jalan di hadapannya. Sudah ribuan tahun ia tidak bertarung. Kepercayaan dirinya rendah, tapi ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan Dewi-nya.

Tak lama kemudian, para pengganggu muncul. Dua mobil besi datang mendekat dan berhenti begitu mereka melihat gadis yang tingginya tak lebih dari 140 cm menghalangi jalan.

Sacramouche membunyikan bel dari dalam mobil.

Tin tin!

"Apa yang kau lakukan di sana? Menyingkir atau aku akan meledakkan tempat ini."

Dori berkata, "Coba saja kalau bisa."

Scaramouche menoleh ke arah Tartaglia di sampingnya dan berkata, "Cepat tembakkan rudalmu. Aku ingin segera menyelesaikan misi ini dan pulang."

Tartaglia menyeringai. "Tenang saja, adik kecil. Sebentar lagi kau bisa pulang dan menyusu ke ibumu."

Scaramouche memukul belakang kepala Tartaglia dengan seluruh kekuatannya. Kepala pria itu nyaris menghantam bagian depan mobil karenanya.

Ibu yang dimaksud Tartaglia adalah Archon Inazuma yang menciptakannya. Scaramouche sangat tidak suka seseorang yang mengungkit-ungkit wanita jalang yang telah membuangnya itu.

Karena tidak mau kepalanya terbelah, Tartaglia segera melakukan apa yang disuruh Scaramouche. Ia mengotak-atik papan kontrol yang dimiliki mobilnya dan segera saja bazoka muncul dari ruang mesin di samping lampu mobil. Bazoka tersebut kemudian menembakkan peluru ke arah gadis merah muda.

Awalnya Dori bisa menahan serangan. Ia membelokkan jalur peluru sehingga tidak menabraknya namun menabrak lantai atau langit-langit gua. Tapi seiring berjalannya waktu, serangan semakin banyak. Bahkan di satu titik, ledakan listrik dan angin nyaris menghancurkan tubuhnya.

"Dewi, cepat selesaikan meditasimu," pinta Dori dalam hati. Ia tak sanggup untuk menahan serangan lebih lama.

Dan seolah Sang Dewi mengabulkan doanya, Dori mendengar suara Kaveh memanggilnya dari tengah pulau.

Mata Dori segera berbinar. Sembari berlarian ke sana-sini menghindari ledakan, Dori berteriak, "DEWI! CEPAT PERGI DARI SINI! FATUI TELAH MENANGKAP TUAN DAN SEKARANG MEREKA INGIN MENANGKAP DEWI!"

Dori tahu kekuatan empat orang yang menyerangnya sekarang. Kaveh baru saja menjadi Dewi dan pria itu membutuhkan waktu beberapa hari sebelum benar-benar menguasai kekuatannya. Satu-satunya cara agar selamat adalah dengan pergi dari sana. Jika ingin melawan, sebaiknya menunggu hari lain saja.

Tapi Kaveh tidak sepemikiran dengannya. Dewi itu malah menghampiri mulut gua dan membuat Dori lagi-lagi berteriak, "DEWI! JANGAN KE SINI!"

Nahasnya, teriakan itu membuat Dori tidak fokus. Dottore dari mobil belakang berhasil membuatnya terpental jauh dari gua ke tengah-tengah danau.

Barier pecah.

Kaveh terkejut Dori melayang di udara. Ia segera memasang badan untuk menangkap Jinni itu dan menatap musuh di seberang dengan sorot mata tajam.

"Apa yang sedang terjadi? Apa maksudmu mereka telah menangkap tuanmu?"

Dori segera turun dari gendongan Kaveh dan berkata panik, "Mereka punya peti aneh di dalam mobilnya. Aku dapat merasakan keberadaan Tuan di sana. Hanya saja ...."

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now