Bab 21 - Menjadi Imortal

1.4K 168 8
                                    

Setelah menghabiskan malam yang liar, mana mungkin Alhaitham dan Kaveh bangun pagi. Tubuh dewata Alhaitham mungkin dapat pulih dengan cepat, tapi tidak dengan Kaveh. Ia membutuhkan waktu setidaknya setengah hari sebelum akhirnya siap menyambut hari.

Matahari sudah nyaris tenggelam di ufuk barat saat Kaveh membuka matanya. Ia terbangun dengan bunyi tulang remuk dan harus bersusah payah menyeret tubuhnya agar ia bisa duduk di tepi kasur.

Kaveh masih menggosok-gosok matanya dengan malas saat ia merasakan keberadaan Alhaitham di kamar. Dengan suara yang masih mengantuk, ia menyapa, "Selamat pagi, Hayi."

Alhaitham tersenyum. Ia duduk di samping Kaveh dan dengan lembut mengulurkan secangkir minuman di hadapan pasangannya. "Kopi untuk arsitek. Kali ini aku tidak salah membuat."

Pandangan matanya berangsur-angsur jelas ketika ia menatap suaminya. Ingatannya akan apa yang terjadi semalam juga perlahan kembali dan itu membuat wajahnya merona.

"Ah, umm, terima kasih." Kaveh mengambil kopi buatan Alhaitham dan meminumnya untuk menenangkan diri. Tapi begitu ia melihat sekeliling dan menyadari kalau ia sedang tidak berada di kamarnya sendiri membuatnya menyemburkan kopi ke wajah Alhaitham.

Pfft!

Tentu saja Alhaitham terkejut. Ia sedang bersikap lembut dan sebisa mungkin tidak memicu pertengkaran, tapi Kaveh tiba-tiba meludahkan kopi yang dibuatnya susah payah ke wajahnya sendiri.

"A-apa yang kau lakukan?!"

"AH!" Kaveh seketika panik dan takut Alhaitham marah, tapi ia juga tertawa melihat wajah bodoh suaminya basah karena kopi. "Hahahaha! Maaf, maaf. Hahaha astaga bagaimana bisa ini terjadi?"

Kaveh buru-buru mencari kain di sekitarnya dan berakhir menyeka wajah Alhaitham menggunakan selimut yang membalut tubuh telanjangnya.

Setelah memastikan suaminya tidak marah, Kaveh bertanya, "Jadi semalam itu bukan mimpi?"

"Apa kau biasa mimpi basah seintens itu setiap hari?" tanya Alhaitham ketus.

"Hehe. Mana mungkin. Semalam kau sangat luar biasa, Haitham. Dua jempol untukmu." Suasana hati Kaveh sedang baik dan ia masih menggoda suaminya walau telah berganti hari.

Alhaitham menjawab, "Umn. Kau juga hebat. Sekarang cepatlah mandi dan kembali ke perkemahan. Terlalu lama menyihir mereka untuk tidur sangat menguras energiku."

Saat Alhaitham menyebutkan perkemahan, Kaveh baru ingat kawan-kawannya yang terperangkap dalam gelembung sihir. Normalnya Kaveh merasa tidak enak memanipulasi anggota timnya seperti itu demi kesenangan pribadi. Hanya saja, hari-hari seperti ini sangat langka. Sisi egois Kaveh tidak ingin kemesraannya dengan Alhaitham disudahi begitu saja.

Ketika Alhaitham beranjak dari tempat tidur, Kaveh buru-buru melompat ke punggung sang suami dan memaksa Alhaitham menggendongnya. Dengan nada menggoda, Kaveh berkata, "Hayi, bantu aku mandi. Aku tidak bisa menyeka tubuhku dengan tangan lemah ini."

"Lemah apanya? Kau masih bisa bergelantungan di punggungku seperti ini."

"Eh, ini beda. Ayo bawa aku ke kamar mandi. Apa kau tidak takut kalau cahaya dan penyelamatmu ini pingsan di bak mandi?"

Wajah Alhaitham memanas begitu Kaveh mengungkit pengakuannya semalam.

"Eh, tunggu sebentar. Apa Khaj-Nisut punya kamar mandi? Di mana kita mandi di masa lalu?"

Alhaitham mendesah pasrah mendengar itu. "Kita mandi di kolam."

"Kolam?"

Tanpa menunggu waktu lama, Alhaitham membawa Kaveh ke kolam yang tak jauh dari paviliun mereka. Di sana ada sebuah gazebo mewah dengan kolam yang terhubung dengan sungai Eye of The Sands.

Your Professor is Mine [Haikaveh]Kde žijí příběhy. Začni objevovat