Chapter 11

89 20 32
                                    








Hari Sabtu sore.

Lelaki berambut hitam itu sedang terlihat sibuk berganti pakaian. Setelah mengenakan pakaian yang rapi dan menurutnya pas, dia mengambil ponsel yang sejak tadi tergeletak di atas meja.

Sesuai janji, Uchiha Obito akan mengajak Rin pergi berdua untuk makan malam. Sore ini, dia akan menjemput wanita itu di rumahnya, tapi sebelumnya dia memberi pesan terlebih dahulu jika dia sudah siap dan tinggal berangkat saja.

Senyum di bibir pria itu mengembang saat melihat balasan dari Rin. Wanita itu mengatakan jika dia sudah siap, dan menunggu dirinya kesini.










Nohara Rin duduk di ruang tamu rumahnya sendirian. Kedua kakinya yang beralaskan sepatu wanita mengetuk-ngetuk lantai, menandakan jika dia sudah tidak sabar lagi. Selain itu, perasaan gugup melandanya walaupun ini bukan kali pertama dia pergi dengan seorang pria.

Diam-diam, dari arah belakang Hanare mengawasi atasannya. Dia cukup dibuat penasaran dengan 'pasien' yang dimaksud Rin. Jika bukan Kakuzu, siapa?

Manik coklat Hanare melebar sedikit saat ia mendengar suara bel rumah itu yang berbunyi tiba-tiba. Ya pria itu sudah datang! Sekarang dia melihat Rin berdiri, menepuk-nepuk pakaian yang dikenakannya barangkali berantakan, sebelum akhirnya membukakan pintu.

Manik Hanare seketika membulat saat selanjutnya pintu rumah tersebut terbuka. Menampilkan sesosok pria yang ia akui ..  tampan, dengan rambut hitam jabrik yang sedang berpenampilan rapi.

Oh, Kami-sama.. pantas saja Rin salah tingkah saat ia menanyakan tentang pria ini kemarin. Jika dibandingkan dengan Kakashi, mereka sama-sama memiliki wajah yang tampan. Tapi, aura lelaki ini... berbeda dari Kakashi.

"Hai, Rin. Maaf kalau membuatmu menunggu lama." Suara berat itu menginterupsi, membuat wanita yang sedang diajak berbicara itu menggeleng.

"Tidak kok." Jawabnya. Telat sepuluh menit sesuai janjian mereka, bukan masalah.

Obito mengangguk. Sepasang onyxnya mengarah pada arah belakang Rin. Dimana rumah dokter yang ia sukai ini ternyata sederhana. Meskipun sederhana, nampaknya nyaman.

Pria itu mengerjab dan mengalihkan pandangan saat Rin menangkap basah dirinya yang sedang meneliti rumah tersebut. Mungkin terlihat tidak sopan tapi wanita itu malah tersenyum lebar.

"Kau masuk dulu, Obito?" Tanya Rin. "Kita bisa duduk dulu kalau kau mau.." Tawarnya.

Obito agak terkejut.  "Boleh?"

"Tentu saja. Siapa yang bilang tidak boleh?" Balas Rin ramah.

Obito melangkah masuk setelah dipersilahkan, dia mengatakan permisi terlebih dahulu sebelum akhirnya duduk di sebuah sofa. Rin ikut mendudukkan diri disampingnya.

"Rumahku memang sederhana.." Ucap Rin membuka pembicaraan, Obito hanya mengangguk. Pria itu sempat melirik sebuah foto keluarga dimana ada seorang pria berambut cokelat, seorang wanita dan bocah kecil yang tak lain adalah Rin.

Pasti dua orang itu adalah orangtuanya. Tapi melihat itu membuat Obito bertanya-tanya sendiri dalam hati. Kemana mereka? Apa mereka sedang tidak ada di rumah? Jujur saja, rumah ini terlihat cukup sepi. Hampir sama dengan rumahnya.

"Hanare!" Suara Rin membuyarkan lamunannya. Obito tersadar saat mendengar suara teriakan Rin yang entah memanggil siapa.

Tak lama, muncul sesosok wanita berambut hitam yang sedang menundukkan kepala.

"Kau mau minum apa? Teh? Kopi?"

Menyadari pertanyaan itu dilayangkan padanya, Obito menggeleng. "Tidak perlu repot-repot, Rin. Lagian sebentar lagi kita akan pergi."

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang