Chapter 65

65 11 62
                                    










Obito menjadi suami yang sangat perhatian selama beberapa bulan ini. Keberadaan Rin yang selalu sendiri di rumah membuat Obito menjadi khawatir ketika bekerja. Pria itu selalu menanyakan kabar sang istri setiap jamnya. Mungkin orang-orang di sekitarnya berpikir apa yang dia lakukan berlebihan, namun Obito ingin selalu tahu bagaimana kondisi Rin di rumah. Usia kehamilannya yang masih tergolong usia muda harus selalu diperhatikan.

Menginjak bulan keempat ini, perut Rin lebih membesar sedikit. Namun orang-orang asing mungkin tidak menyadari bahwa dia tengah hamil, perutnya saat ini tidak terlalu kentara.

Sebagai seorang dokter, Rin mengerti apa-apa yang harus dilakukan selama kehamilan, meskipun hal itu bukan bidangnya.  Selama kehamilannya ini, ia selalu mempelajari sesuatu yang bermanfaat dan makan makanan bergizi. Dia juga berusaha membuat kondisi hatinya selalu gembira, tak luput juga Obito pasti akan membantunya. Rin mengerti apa yang dilakukan oleh ibu hamil pasti berdampak pada bayinya. Bagaimana bayi itu akan tumbuh nantinya..

Pada kondisi kehamilannya yang keempat ini, awalnya Rin tidak mengerti mengapa dia tidak mempunyai keinginan apapun. Misalnya, sekedar meminta Obito untuk membeli makanan atau apa. Tapi setelah memperhatikan gerak-gerik Obito yang selalu terbangun tengah malam dan pergi membeli makanan, dia paham apa yang sedang terjadi.

Rin juga kerap kali terbangun tengah malam untuk sekedar ke kamar mandi. Mungkin ibu hamil pada umumnya akan meminta suaminya membeli makanan atau apapun itu, namun Rin hanya ingin ke kamar mandi saja. Anehnya saat ia terbangun, Obito juga ikut terbangun. Padahal dia sudah membuat gerakan sehati-hati mungkin agar pria itu tidak terbangun.

"Obito-kun, maaf kalau aku berisik.. tidurlah lagi."

Kalimat yang selalu Rin lontarkan pada Obito jika Obito ikut terbangun. Namun jawabannya bisa Rin duga, seperti biasa.

"Aku lapar, Rin. Aku ingin mencari makanan di luar."

Rin menyadari apa yang terjadi pada suaminya. Tidak ada penjelasan nyata memang di balik munculnya sindrom suami ngidam. Bahkan, kondisi ini tidak secara formal dikenal sebagai kondisi medis, meski angka kejadiannya cukup tinggi.

Pada akhirnya mereka berdua selalu berakhir dengan menikmati suasana malam seraya menyantap makanan.

"Kau bisa memesannya, Obito-kun.  Sekarang sudah tengah malam, aku khawatir denganmu.."

"Tidak bisa." Rin mengernyit heran mendengar penolakannya. "Aku ingin ramen super pedas dengan tiga telur dan irisan daging."

Rin cukup terkejut mendengarnya. "Tapi, kau bisa memesannya kan? Catat saja apa yang kau inginkan."

Alih-alih menjawabnya, Obito beranjak dari kasur dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya. Rambut hitamnya berantakan, begitupula dengan piyama nya yang kusut. Ia hampiri Rin yang mematung di depan pintu kamar mandi dengan wajah kaget.

"Maksudku telurnya setengah matang dan dagingnya diiris setipis mungkin. Lalu aku ingin juga ramen nya porsi jumbo tapi kuahnya tidak terlalu banyak. Aku juga ingin menambah banyak toppingnya."

"Rin kehilangan kata-kata dan merasa lucu dengan kondisi ini.

"Kalau memesannya lewat online, aku tidak yakin mereka akan membawakan pesanan sesuai dengan keinginanku. Percuma saja karena aku tidak mau makan kalau tidak sesuai dengan keinginanku." Lanjut Obito.

Rin tidak memberikan jawaban selanjutnya. Tapi didalam hati dia merasa lucu melihat sikap Obito. Seharusnya dia yang mengalami gejala ngidam begini, tapi malah Obito yang mengalaminya. Pria itu terlihat.. menggemaskan.

Unexpected Love •NewOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz