Chapter 57

67 12 57
                                    









Waktu berjalan begitu cepat. Setelah melalui berbagai rintangan, gelombang kehidupan di dunia ini masih terus berjalan. Mengumpulkan momen sebagaimana perjuangannya tinggal sedikit lagi untuk hidup bahagia sepenuhnya.

Pria itu, masih memikirkan cara menyelesaikan masalah-masalah yang belum tuntas. Menurutnya, bisa hidup bersama orang yang dia cintai itu sudah sangat membahagiakan. Bertemu dengan orang yang dicintai juga membuatnya sadar jika dirinya sangat berharga. Rin begitu mencintainya, begitu pula dengan anggota keluarganya yang lain meskipun tidak dengan salah satu Pamannya. Dia masih berharga dan dicintai meskipun kedua orangtuanya sudah meninggal.

Jikalau kedua orang tuanya masih hidup, Obito ingin sekali Rin bisa mengenali mereka dan melihat bagaimana sikap mereka berdua. Ayah dan ibunya adalah sosok pasangan panutan bagi Obito meskipun Ayahnya adalah sosok yang cukup keras. Tapi, ibunya adalah sosok lembut yang bisa meredam percikan api layaknya air diantara persaudaraan Uchiha. Ayahnya yang menjadi sosok orang keras kepala perlahan-lahan selalu mengalah pada adik-adiknya. Semua karena ibunya.

Bahkan keputusan sang kakek pada hari-hari terakhir sebelum meninggal bahwa dia akan menyerahkan Perusahaan Uchiha pada Madara, keputusan itu sangat tidak adil karena Ayahnya lah yang mati-matian bekerja keras selama Uchiha Tajima jatuh sakit, namun malah diberikan pada adiknya. Tapi perlahan-lahan keputusan itu dapat diterima setelah mendapat ribuan penenangan dari ibunya.

Sosok lembut itulah yang membuat Obito memantapkan hatinya pada Rin. Menurutnya, ibunya memiliki beberapa persamaan dengan Rin. Mereka berdua sama-sama lembut. Hal yang lain adalah ketika sikap perhatian sudah seperti air yang tumpah dalam sebuah wadah hingga tak terhitung banyaknya.

Obito masih ingat dan akan selalu ingat ketika pertamakali bertemu dengan Rin. Meskipun hanya sebatas dokter dan pasien, tapi dia  sudah dibuat jatuh cinta pada pandangan pertama tanpa dia sadari saat itu, semua karena perhatian dan kelembutan dari Rin. Melihat dari sikapnya, mungkin tidak hanya dia pasien yang sudah dibuat kagum. Jika Ayah dan Ibunya mengenali wanitanya, pastilah mereka berdua sangat setuju.

Obito selalu mengharapkan bisa mempertemukan Rin dengan kedua orang tuanya meskipun hal itu tidak akan terjadi. Meskipun tidak akan pernah bisa terjadi, ada sebuah cara yang bisa membuat keinginannya terpenuhi.

Angin berhembus meniup rambut-rambut hitamnya dengan lembut. Matahari yang berada tepat di tengah-tengah kepala tak mampu membuat tempat itu menjadi panas. Pohon-pohon tinggi yang rindang adalah penyelamat tempat orang-orang yang sedang beristirahat dalam damai itu, membawa banyak kesejukan.

Sepasang onyx itu menatap pemakaman itu keliling. Sudah cukup lama dia tidak menginjakkan kakinya di sini. Kedua orang tuanya sudah pasti merindukannya, banyak hal yang Obito ingin sampaikan pada mereka.

Onyx sejernih mutiara hitam itu berpaling pada Rin disebelahnya, membawanya ke tempat ini adalah keputusan yang tepat. Bibirnya menyunggingkan senyuman. "Pertamakalinya aku mengajakmu kesini. Maaf kalau terkejut, sudah bawa bunganya?"

Obito mengajak Rin duduk berlutut di hadapan kedua makam yang terlihat cukup terawat dengan batu nisan yang bersih dari debu. Tertulis dua buah nama menyandang klan Uchiha yang merupakan kedua orang tua Obito.

"Sudah," Jawab Rin balas tersenyum. Segera ia mengeluarkan sebuah kantong yang berada di tas sebelumnya. "Ini, Obito-kun.."

Obito menerimanya dan mengajak Rin untuk ikut menaburkan bunga. Tanah yang tadinya polos sekarang menjadi lebih baik.

"Aku hanya ingin.. mengenalkan dirimu pada dua orang tuaku. Mereka harus tahu siapa dirimu."

Tak tahu harus menanggapi apa, Rin hanya bisa tersenyum. Dia tidak merasa tersipu kali ini, hanya ada sebuah rasa sedih yang menelusup ke dalam hati ketika melihat onyxnya yang redup.

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang