Chapter 2

145 21 50
                                    






Sebuah mobil mewah yang dapat menampung enam orang sedang melaju di jalanan besar yang sepi sore itu. Didalam mobil, suara hingar-bingar musik berdentuman, membuat orang-orang didalam mobil merasa terhibur. Tapi salah satu diantara enam orang tadi justru pusing dan khawatir, bagaimana tidak? Apa mereka tidak belajar dari teman mereka yang baru saja kecelakaan? Kalau tahu begini, ia berangkat sendiri dari rumah.

"Kakuzu, bisa kau kecilkan volumenya?" Tanya Itachi cemas-cemas menatap pria berambut panjang yang sedang berada di kursi supir.

"Itachi, biar aku kasih tau ya!" Bukan Kakuzu yang menjawab, melainkan seorang pria berambut putih yang duduk disamping Kakuzu. "Lagu galau ini mengingatkan Kakuzu bahwa ia sudah ditolak berkali-kali oleh seorang wanita—pftt."

Hidan berhenti, ia tidak sanggup menahan tawanya.

Itachi tidak menjawab. Pria itu menghela napas, menyandarkan punggungnya pada kursi dan memilih beralih bermain handphone.

"Lagian Kakuzu, seharusnya kalau mau berkencan, dengan wanita se-usiamu saja. Kau mengajak wanita yang sedang duduk di bangku kuliah!" Lanjut Hidan setelah berhasil melepaskan tawanya yang sempat ia tahan.

"Hidan jangan cerewet. Aku akan menurunkanmu dijalan kalau kau terus mengoceh!" Ucap Kakuzu dengan tatapan sebalnya.

"Turunkan saja."

Jawaban dari Hidan membuat Kakuzu menepi dan memelankan laju kendaraannya. Perlahan-lahan mobil itu berhenti didepan sebuah minimarket.

Itachi dengan sabar terpaksa harus menanggapi teman-temannya yang mempunyai sifat kekanak-kanakan. Onyx pria itu menunjukkan kilatan tidak suka.

"Kakuzu, apa yang kau lakukan?" Tanya Itachi saat melihat Kakuzu memberhentikan mobilnya secara tiba-tiba. "Kita tidak punya waktu untuk bercanda."

"Siapa yang bercanda?" Sahut Kakuzu menoleh. Raut wajahnya serius. "Aku serius!"

"Santai saja, Itachi.." Sahut Deidara. "Kau bilang tidak punya waktu? Memangnya sekarang jam berapa hah? Aku yakin seratus persen Obito lebih senang kita tidak ada disana, uhn." Jawab Deidara panjang lebar, kalimatnya yang terakhir membuatnya cemberut sendiri.


















Unexpected Love



















Mobil mewah milik pria berambut hitam panjang itu terparkir di parkiran rumah sakit. Mereka— Itachi, Deidara, Sasori, Hidan, Kakuzu dan Kisame segera keluar dari mobil. Bertepatan setelah mereka semua keluar, sebuah mobil mewah yang lain menyusul di belakang.

Seorang pria berambut oranye dengan tindik di wajahnya keluar dari mobil tersebut. Pain sejenak tak langsung menghampiri teman-temannya melainkan membuka pintu mobil di sebelahnya. Wanita berambut pendek yang ada di mobil itu tersenyum penuh arti saat tunangannya memperlakukan dirinya seperti princess.

"Ayolah, Pain selalu membuat kami iri." Ucap Kisame dengan helaan napas. "Oy, kalian, apa kalian tidak berniat menghabiskan waktu di klub nanti malam?"

Itachi memutar mata. "Aku tidak punya waktu."

"Itachi, jangan bersikap dingin.. Kita semua tahu, kau perlu kehangatan dari seorang wanita. Oleh karena itu bergabunglah dengan kami nanti malam." Lanjut Kisame tersenyum. Dengan penuh perhatian, ia merangkul bahu Itachi.

"Itachi butuh hiburan." Timpal Sasori dengan senyum khasnya.

"Bukan begitu. Aku hanya tidak mau telat berangkat bekerja."

Unexpected Love •NewTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon