Chapter 66

52 8 64
                                    







Gorden jendela tertiup angin di kamar. Tatapannya jatuh pada pepohonan besar yang rindang di halaman. Masa ikut berlalu, bersama akhir musim semi hingga semua daun di kota menguning. Satu persatu daun yang gugur itu bagaikan satu persatu bagian dari cerita kehidupan yang sudah terlewati. Daun-daun yang lain akan menyusul, seperti lembar demi lembar kehidupan yang menyatu layaknya cerita yang akan selalu tersimpan dalam memori.

Setelah melalui masa-masa sulit bersama, kebahagiaan pasti akan datang. Ungkapan itu tidak hanya bualan semata, ungkapan itu adalah sebuah kenyataan. Apa yang dilewati dalam kehidupan adalah suatu tantangan dan perjuangan bersama-sama. Orang-orang yang terlibat di dalamnya adalah orang-orang yang saling menyayangi dan mengasihi, orang-orang yang mau berjuang bersama demi mencapai apa yang mereka inginkan.

Setelah mereka melaluinya bersama-sama dan berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan, bukan berarti mereka sudah penghujung cerita. Tentu saja cerita kehidupan mereka masih berlanjut, rasa kebahagiaan dan cinta semakin melengkapi kehidupan mereka.

Kami-sama benar-benar memberikan kebahagiaan padanya, juga pada orang-orang sekelilingnya.

Helaan napas meluncur dari bibir itu. Mata bewarna coklat terang itu menatap ke arah luar jendela. Wanita itu mengusap perutnya yang kian membuncit. Ia merasakan pergerakan janinnya yang cukup aktif di dalam sana. Tak terasa waktu berlalu, sebentar lagi bayinya akan terlahir di dunia.

Sejenak, kepala coklat itu menoleh ke arah belakang sesaat setelah mendengar suara pintu terbuka. Seorang wanita tengah tersenyum padanya, baru saja wanita itu menyelesaikan beberapa pekerjaan di luar. Rin segera menghampirinya.

"Dokter, ada laporan bagus!"

Rin terperangah. Kedua mata coklatnya melebar menatap wanita berambut hitam didepannya.

Wanita itu segera mengeluarkan sebuah map pada Rin. Memperlihatkan sebuah laporan terkait seorang pasien. Rin seketika tersenyum dan ikut merasa senang.

"Hasil dari laboratorium," Ujarnya. "Aku bersyukur akhirnya anak itu sudah bebas dari alerginya. Kasihan sekali.. sudah hampir enam tahun dia mengalami ini."

Rin masih bergeming di tempatnya. Ia meneliti dan membaca kertas yang dipegangnya dengan seksama. Selanjutnya helaan napas lega meluncur dari bibirnya. Tak jauh berbeda dari wanita yang ada didepannya, Rin ikut tersenyum berikutnya.

"Apa kau sudah memberikan hadiah padanya?" Sejenak Rin mengalihkan pandangannya pada wanita didepannya.

"Eh? Hadiah apa?" Raut bingung begitu jelas diperlihatkan.

Melihat respon itu, Rin menghela napasnya. Ia geleng-geleng kepala, "Tentu saja ini bentuk apresiasi terhadap usahanya. Aku selalu melakukannya jika pasiennya adalah anak kecil, Hanare."

Wanita itu nampak sedikit terkejut. Ia menggeleng seraya memberengut, "Maaf.. aku tidak tahu. Aku kan baru bekerja sebulan disini."

"Kalau begitu biar besok aku meminta bantuan seseorang untuk mengirimkan sesuatu untuknya." Ujar Rin tersenyum. Dalam hati ia sangat senang mendengar kabar seperti ini.

Sejak kecil, memang hobinya untuk mengobati orang lain, meskipun dulu dia hanya bisa mengobati luka kecil. Pekerjaan ini bukanlah sebuah pekerjaan yang membebaninya, justru pekerjaan ini adalah sebuah hobi sehingga dia sangat bersedia menjalankannya tanpa keterpaksaan.

Dulu saat bekerja di rumah sakit, setiap pasien yang menderita suatu penyakit selalu saja mengingatkannya pada sang Ayah. Saat itu dia selalu berpikir bagaimana dia bisa mengobati orang lain tetapi tidak dengan Ayahnya. Berbagai macam cara dia lakukan untuk Ayahnya tetapi tidak berhasil.

Unexpected Love •NewWhere stories live. Discover now