Chapter 17 (Special Chapter)

105 19 65
                                    








Sebuah sofa putih dengan bantalnya yang bewarna hijau menghadap jendela. Jendela sengaja dibuka lebar-lebar demi menyejukkan pening soal lelah. Kiri kanan jendela dibuai korden yang menjuntai sampai menyentuh lantai. Pemandangan malam sedikit menggiurkan dengan taburan bintang gemerlap dan juga lampu-lampu keemasan kota.

Malam ini, Obito dan Rin akan menghadiri pesta pernikahan Pain dan Konan. Obito sudah bersiap, pria itu melirik arlojinya. Punggungnya menikmati sandaran lembut bantal sofa sembari menunggu seorang wanita yang belum kunjung keluar di kamarnya.

Rin kelihatannya masih betah di kamarnya. Sudah pukul tujuh malam dan kamar itu tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Hening sekali..

Tak sabar, Obito beranjak dan berdiri didepan pintu kamar Rin. Ia mencoba untuk mengetuk pintunya. Beberapa detik ada jawaban, hingga setelahnya Obito mendengar suara cicitan dari dalam.

"T-tunggu sebentar,"

Obito menurunkan tangannya. Pria itu berbalik membelakangi pintu. Apa wanita itu sedang bingung mencari gaun? Atau, dia sedang tidak percaya diri hingga mondar-mandir mengganti penampilannya?

Klek.

Obito menoleh saat mendengar suara pintu dibuka. Seketika kedua mata hitamnya melebar.

Demi Kami-sama.. Dia sudah sering bertemu wanita-wanita cantik dalam hidupnya. Tapi tak ada wanita selain wanita didepannya yang sekarang berhasil menarik perhatiannya. Rin benar-benar terlihat sangat.. cantik.

Tanpa sadar, wanita yang sedang ditatap sedemikian dalam itu menundukkan kepalanya. Seolah ada magnet yang membuat pandangannya tidak bisa lepas.

Mungkin Obito terlalu kaget. Biasanya pria itu melihat dirinya memakai baju sederhana atau pakaian dokter, kini memakai gaun bewarna biru tua yang panjangnya hingga mata kaki. Ada belahan samping sehingga kaki jenjangnya terlihat.

Demi apapun, pakaian yang dikenakannya benar-benar menurunkan kepercayaan dalam diri Rin.

"Kau.. terlihat berbeda."

Suara Obito membuat Rin mendongakkan kepalanya. Benar kan, pasti terlihat aneh..

"Benarkah?" Rin menanggapi dengan sebuah senyum. Tanpa sadar tangan Rin bergerak mengelus-elus lengan telanjangnya. Bersikap canggung.

Obito mengangguk, pria itu mengulurkan tangannya. "Mau bergandengan?"

Rin tersentak. Tapi selanjutnya dia mengangguk. Telapak tangan Obito terasa begitu.. hangat. Seolah-olah pria itu menyalurkan kehangatan kedalam tubuhnya, sehingga rasa gugup dalam diri Rin perlahan-lahan mulai memudar.

Mereka keluar dari kamar hotel yang secara otomatis pintu akan terkunci.

Belum sempat menenangkan hati, Obito membuatnya semakin berdebar-debar dengan membawa tangannya yang sedang digenggamnya itu untuk di arahkan ke lengannya.

Tidak ada yang bisa dilakukan Rin selain bisu, membiarkan Obito mengarahkan tangannya untuk memegang lengannya. Sebagai tambahan, tangan Obito tidak menganggur dan meraih pinggang wanita itu.

Sebenarnya Rin tidak mau berakhir lemas dan tidak bertenaga hanya karena jantungnya berdebar-debar tidak wajar. Wanita itu berusaha untuk tenang, walaupun rasanya sulit.

Dalam hati dia bertanya-tanya, ada apa gerangan pria itu bersikap seperti ini? Mereka.. jadi terlihat seperti sepasang kekasih.








Ballroom hotel bintang lima itu disulap menjadi ruangan pesta super mewah dengan dekorasi penuh.

Mungkin ini adalah yang pertama kalinya Nohara Rin menghadiri pesta semacam ini. Beberapa teman-temannya yang sudah menikah, tidak mengadakan pesta seperti pesta yang dihadirinya sekarang.

Unexpected Love •NewWhere stories live. Discover now