Chapter 23

72 16 41
                                    








Rin meletakkan boneka beruang kecil berpita di dekat jendela kamarnya. Ah, padahal boneka kecil yang sederhana. Tapi entah mengapa membuatnya tidak berhenti untuk tersenyum.

Rin masih ingat betul bagaimana Obito berusaha mendapatkannya. Walau banyak tatapan aneh dari orang-orang, dia nampaknya tidak peduli dan hanya ingin boneka itu jatuh ke tangannya.

Rin mengambil salah satu tas berisi coklat, dia masih belum memakannya sejak kemarin. Rasanya.. sayang sekali jika dimakan.

Hey, mengapa dia seperti seorang remaja yang baru saja kasmaran?

Menggelengkan kepalanya, Rin tersenyum dan beranjak keluar dari kamar. Dia baru saja mandi dan berniat untuk membuat sarapan untuk sang Ayah. Tak lupa, dia akan memberikannya pada Obito juga.

Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi. Masih pagi sekali untuk seseorang yang akan berangkat bekerja. Wanita itu baru akan mulai berangkat saat nanti pukul delapan, seperti biasa.

Rin menuju ke dapur dan mulai memasak. Ia mengeluarkan bahan-bahan memasaknya dari lemari pendingin, seperti sayur-sayuran dan daging.

Menit-menit berlalu hingga wanita berambut coklat menyelesaikan kegiatan memasaknya. Rin tersenyum, membayangkan bagaimana reaksi Obito nanti.

"Ayah," Wanita itu masuk ke kamar sang ayah, ternyata pria berumur lima puluh tahunan itu sudah bagun.

Rin kemudian duduk di ranjang besar itu. "Ayah mau makan dulu? Aku sudah menyiapkannya."

Tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Pria itu juga tidak menampakkan ekspresi apapun.

Jujur saja, Rin ingin Ayahnya bisa kembali normal seperti dulu. Tapi bagaimana caranya? Dia sudah melakukan usaha, namun belum menunjukkan hasil. Bahkan dulu teman-temannya yang juga merupakan dokter di rumah sakit pernah menyarankan wanita itu agar membawa sang Ayah perawatan di luar negeri.

Rin bukannya tidak mau. Meninggalkan kota ini sama saja dengan memulai semuanya dari nol, pekerjaannya sebagai dokter di kota ini akan dia tinggalkan. Dia juga tidak mempunyai uang sebanyak itu untuk perawatan di luar negeri.

Berpikir tentang hal ini membuat Rin merasa tidak berdaya dan ingin menangis.

Menghela napas, Rin beranjak untuk mengambil sepiring makanan. Setelahnya dia kembali ke kamar Ayahnya dan membantu bapak itu beranjak dari kasur.

Rin meletakkan ganjalan bantal untuk punggung tua-nya. Agar Ayahnya bisa duduk tegap.

Setelah menyuapi sang Ayah sarapan, Rin segera bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Tapi sebelum itu, dia akan mengunjungi rumah Obito dulu untuk memberinya bekal.

Hanare yang baru saja datang ke rumah Rin menatap wanita berambut coklat itu dengan heran saat melihatnya berkutat di dapur dengan beberapa makanan. Dua kotak bekal berupa nasi, sayur-sayuran, telur, dan daging sapi itu apa akan dibawa ke rumah sakit?

"Rin," Hanare memanggilnya, membuat wanita itu menoleh. "Tumben bawa bekal sebanyak itu.."

"Oh, ini?" Rin mengangkat kotak makannya. "Ini untuk seseorang."

Manik Hanare melebar. "Siapa? Kakashi?"

"Bukan.." Jawab Rin tenang.

Hanare ingin bertanya. Tapi wanita itu sudah melenggang pergi begitu saja. Kalau bukan Kakashi, mungkinkah bekal itu untuk Obito? Tumben-tumbenan..

















Unexpected Love




















Unexpected Love •NewWhere stories live. Discover now