Chapter 35

65 13 89
                                    








Setelah menjadi peserta meeting selama dua jam lamanya, akhirnya Obito tiba di depan kediamannya yang sunyi. Obito memasuki rumah megah itu tanpa melepas sepatu. Hari ini dia pulang kerja dengan segudang lelah. Tapi walaupun begitu, sebuah senyum kecil tersungging di bibirnya. Entah apa yang pria itu pikirkan.

Pemikirannya yang bisa membuatnya tersenyum kecil bercampur aduk dan lepas landas, bahwa ia tidak akan menemukan makanan dan juga sambutan yang ia butuhkan.

Sedikit berbeda dari sebelum-sebelumnya saat di penginapan, Rin menyambutnya. Atau paling tidak, mereka pulang bersama dan bermalam bersama.

Namun, perkiraan Obito salah besar kali ini. Ketika pria itu hendak melenggang pergi menuju tangga, senyum Obito melebar melihat seorang wanita yang sedang duduk di meja makan.

"Okaerinasai,"

Obito menghampiri Rin yang duduk disana dengan beberapa makanan. Wanita itu menggaruk pelipisnya dan tersenyum karena perasaan tidak enak. "Aku menolak tawaranmu untuk menjemputku karena ada beberapa urusan di rumah sakit. Aku juga tidak mau membuatmu menunggu. Ini, untuk makan malam kita."

Obito duduk di depan Rin dengan pakaian yang masih lengkap. Masih tetap tersenyum, pria itu melirik bento di tangan Rin. "Ada urusan di rumah sakit atau repot memasak?"

Pipi Rin merona karena malu. "Sebenarnya dua-duanya."

"Kebetulan sekali sayang.. aku juga membawakan sesuatu untukmu." Obito menanggapi Rin sembari tertawa kecil. Rin langsung mengangkat kedua alisnya dengan penasaran.

"Apa itu?"

Pria berambut jabrik itu mengeluarkan sesuatu dari dalam kantongnya. Sepanjang perjalanan menuju rumah, dia tak bisa menahan senyumnya dan membayangkan bagaimana reaksi kekasihnya jika dia memberi sesuatu ini. Sesuatu yang bisa membuat siapapun wanita di dunia ini menginginkannya.

Memang tak semua orang mampu membelinya. Walaupun harganya mencekik, Obito menyempatkan diri untuk mampir ke sebuah toko di mall.

Seketika manik wanita itu melebar melihat Obito mengeluarkan dua kotak perhiasan kecil bewarna hitam. Rin berkedip dengan perasaan yang tidak menentu. Saat kedua tangan Obito membuka dua kotak perhiasan itu bergantian, oksigen di ruangan itu mendadak tertarik dari bumi. Membuat Rin harus menahan napas beberapa detik.

Sebuah kalung emas yang berkilau. Siapapun pasti bisa mengira-ngira harganya apalagi kalung itu memantulkan sinar dari manik di tengahnya. T-tunggu, apa di tengah itu berlian?

Memang sih tidak terlalu mencolok dan terlihat simple. Tapi bagaimanapun juga baru pertamakali dalam sepanjang hidupnya dia melihat kalung berlian seperti ini.

"Pasti kaget ya?" Obito tertawa setelah melihat kebekuan Rin yang tidak kunjung hilang. "Jangan sampai hilang, Rin. Harganya mahal."

Rin mengedipkan matanya ekspresinya masih terlihat terkejut. "K-Kenapa tiba-tiba memberi beginian?"

"Sejak awal kita berpacaran, aku sudah ingin memberimu perhiasan. Tapi, baru kesampaian. Maaf karena baru sempat."

... Maaf?

"Obito," Rin menggelengkan kepalanya. Sorot matanya nampak memohon dengan alis ke atas. Dia tidak habis pikir dengan laki-laki yang satu ini. "Kenapa meminta maaf? Ada-ada saja. Aku seharusnya yang berterima kasih. Arigatou, Obito.."

"Biar ku pakaikan... Yang satunya itu jepit rambut. Aku yakin kau pasti cantik jika memakainya."

Rin menggigit bibirnya karena pujian itu. Sekarang berpura-pura cemberut. "Aku kan memang sudah cantik,"

Unexpected Love •NewWhere stories live. Discover now