Chapter 67 (Special Chapter)

80 7 69
                                    







"Apa?!"

Sosok tinggi berambut jabrik itu terlihat sangat terkejut mendengar suara seseorang dari sebrang telpon yang memberitahukan jika sang istri sepertinya sedang kontraksi dan akan melahirkan sebentar lagi.

Detik itu juga pria itu mematikan teleponnya dan beranjak dari kasur yang sedang didudukinya. Jujur saja, dia baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan dan baru saja akan berbaring ke tempat tidur. Tapi, ada sebuah telpon masuk dari nomor istrinya yang memberitahukan padanya jika istrinya akan melahirkan.

Tentu saja kabar ini sangat mengejutkannya. Selain takut terjadi apa-apa pada Rin, ini salah satu hal yang dia takutkan juga. Obito ingin ada disamping istrinya selalu, hingga hal seperti ini bisa dilewati bersama-sama.

Waktu dari tempat yang dia tempati sekarang menuju ke kota tinggalnya cukup jauh. Menempuh jarak tiga jam melalui jalan tol. Jika tidak melewati jalan tol, tentu saja akan lebih lama. Bisa empat sampai lima jam.

Detik itu juga Obito meninggalkan hotel yang dia singgahi malam ini. Beberapa pelayan hotel yang sedang berjaga di lobby langsung memberi hormat pada bos mereka. Bos? Ya, Obito adalah bos mereka. Hotel ini adalah salah satu properti milik orangtuanya, yang sekarang sedang Obito kembangkan.

Ada raut kebingungan dikala bos mereka tak membalas sapaannya. Pria itu pergi dengan tergesa-gesa dan wajah yang begitu gelisah.

Obito langsung duduk di kursi mobil dan mulai menyetir. Memasang sabuk pengaman, bersiap dengan kecepatan penuh. Untuk kedua kalinya, Obito merasa dunianya segera berakhir. Dia begitu ceroboh. Tidak seharusnya dirinya meninggalkan sang istri di kala seperti ini.

Obito menargetkan agar bisa sampai secepat-cepatnya ke rumah sakit yang sedang Rin tempati. Yang jelas sekarang, dia tak mau istrinya menunggu terlalu lama. Lebih parahnya lagi, Rin akan melahirkan tanpa ada yang menemani.

Refleks Obito memukul setir mobil karena menduga hal yang belum pasti. Dia merasa kesal dan marah, lebih tepatnya dia merasa kesal dan marah pada dirinya sendiri yang pergi keluar kota.

Dalam pemikirannya itu, mobil Obito melaju dengan kecepatan penuh. Menyalip kendaraan-kendaraan di jalan tol tanpa kenal kegelapan malam dan keselamatan diri. Dia harus sampai secepatnya.

















Unexpected Love



















Rin merasakan sakit dan mulas yang bersamaan. Rasa itu semakin banyak setiap detiknya. Wanita itu menatap langit-langit kamar yang hampa tanpa ada seorang pun yang menemani. Memang baru saja seorang dokter memberinya infus dan membiarkan Rin untuk terbaring menunggu pembukaannya sempurna. Sembari menunggu, dokter tersebut mondar-mandir hanya untuk memeriksa keadaan Rin.

Hanare yang sebelumnya mengantarkan temannya ke rumah sakit menunggu di luar. Tentu saja alasannya karena dia bukan anggota keluarga, hanya keluarga yang boleh masuk ke ruangan tersebut. Mengenai Sato, pria itu ingin sekali menemani putrinya. Tetapi Rin tidak ingin ayahnya yang menemaninya. Di kala kondisi genting seperti ini, dia tidak ingin ayahnya dalam kondisi panik atau akan beresiko karena riwayat penyakit yang diderita.

"Sebentar, nyonya. Tahan sedikit lagi," Dokter tersebut masuk kedalam ruangan kembali. Setelah mengecek kondisi Rin sesaat, dokter itu keluar dari ruangan bersalin lagi.

Rin tidak bisa berpikir apapun selain menahan rasa sakit yang sedang menyerangnya. Rasa sakitnya benar-benar menyiksa hingga peluh semakin banyak di leher dan wajahnya. Obito juga sepertinya masih lama, mustahil jika pria itu akan datang sekarang.

Unexpected Love •NewWhere stories live. Discover now